Mohon tunggu...
BunnAish
BunnAish Mohon Tunggu... -

Dreamer, writer wanna be, good mother wanna be.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Masa Muda yang Tak Muda: Chapter 11

30 April 2019   22:26 Diperbarui: 30 April 2019   22:55 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Chapter 11: Kehilangan, Hampa....

Angin malam semakin kencang, selama di perjalanan ibu diam tanpa suara sedikitpun, ibu hanya menundukkan kepala sambil terus berdoa, bahkan Tio tidak berani memulai pembicaraan dengannya.

Tak lama mereka sampai di rumah sakit, ibu sudah sangat tergesa-gesa ingin segera menemui putri-putrinya, "cepat tio antar tante ke ruangan kayla dan kiran" ibu menarik lengan tio dengan cepat, ia sudah tidak sabar lagi ingin memastikan semuanya. 

Suster kembali mengantar mereka karena hanya petugas yang bisa mengantar keluarga korban ke ruangan itu. Setibanya di depan pintu, ibu meminta waktu kepada suster untuk tidak segera membukanya, ibu menarik nafas dan akhirnya "ayo suster, buka pintunya sekarang!" intruksi ibu keluar dan susterpun segera membukakan pintu dan langsung menuju jenazah kayla, kiran dan pak didi. 

Setelah suster menunjukan 3 jenazah yang masih di tutup, ibu meminta agar dia saja yang membuka penutupnya "Biar saya yang membukanya sendiri suster!" dengan mengumpulkan kekuatan maksimal, ibu perlahan dan gemetar membuka penutup jenazah satu persatu dan tangis yang coba ia tahan pun akhirnya pecah, keadaan ibu saat itu seperti sedang berada di ruangan gelap tanpa cahaya setitikpun, semuanya gelap, semuanya hening.

ia tak lagi merasakan apapun dalam tubuhnya, ia seperti terbawa dalam kegelapan yang tak berujung, tangis histerisnya tak bisa di hentikan, ia semakin menggila ketika suster kembali menutup jenazah kedua putrinya, ia tak bisa berkata-kata, yang keluar dari mulutnya hanya teriakan nama putri-putrinya diiringi tangisan yang menyakitkan bagi siapapun yang mendengarnya saat itu. 

Tio segera memapah ibu keysa ke ruangan dokter yang bertanggungjawab atas genta dan adik-adiknya. Dokter menjelaskan kondisi genta, bahwa genta ada kemungkinan cacat seumur hidup, genta tidak akan bisa berjalan dengan kondisi tulang punggung dan kondisi kakinya seperti saat itu. 

Ibu memohon kepada dokter untuk melakukan segala cara agar putranya tidak cacat, tapi dokter hanya mengatakan bahwa ibu harus sabar dengan situasi itu, karena genta butuh support keluarga dalam kondisinya saat ini. 

Hari itu adalah hari terburuk dalam keluarga Kinan, lebih buruk dari berpisah dengan ayah, Kinan menyadari bahwa kakak-kakaknya tidak akan kembali lagi, tidak akan bisa berkumpul lagi, mereka sudah beristirahat tanpa harus merasakan rindu pada ayah setelah itu. 

Ibu yang dulu selalu berusaha untuk tetap tersenyum meski dalam kondisi terburuk sekalipun, setelah hari itu, Ia terlihat murung setiap kali bangun dan memulai harinya, hingga fajar kembali tenggelam, ada kalanya dalam hening malam ibu menangis sendiri di kamarnya, ibu merasa bersalah dengan semua yang terjadi, karena pada hari itu dia yang meminta semua orang di rumah untuk berlibur ke jogja dan menggunakan kendaraan pribadi. 

Semua orang sudah memberikan pengertian pada ibu bahwa semua itu kecelakaan yang sudah di takdirkan oleh Tuhan, manusia tidak bisa menolak itu. 

Tapi Ia tetap pada rasa bersalahnya. Usaha ibupun sempat vakum untuk beberapa bulan karena kesedihan yang terus menggelayutinya. 

Keysa melanjutkan kuliahnya hingga selesai, beberapa hari setelah kejadian kecelakaan itu adalah jadwal sidang akhirnya, tapi ia mendapatkan dispensasi dari kampus dan dijadwalkan setelah masa berkabungnya selesai, keysa tetap berusaha terlihat paling tegar diantara semuanya, ia merasa jika ia tidak memperlihatkan ketegarannya, maka kinan dan genta juga ibu akan sangat lebih terpuruk, jadi ia selalu berusaha menghibur ibu dan adik-adiknya. 

setelah kecelakaan itu Genta menjadi anak laki-laki yang pendiam, hari-harinya hanya dihabiskan di kursi roda sembari memainkan PS di kamarnya, ia mengalihkan sekolahnya menjadi Home schooling karena tidak ingin bertemu dengan teman-teman sekolahnya, rasa tidak percaya diri dengan kondisinya membuat ia menarik diri dari lingkungan sosial, tapi beruntungnya genta memiliki teman yang solid dan setia kawan, semua teman-teman sekolahnya tetap selalu datang ke rumah menemani genta bermain PS, kadang genta di bawa jalan-jalan ke taman dekat komplek untuk sekedar mencari udara segar, tapi ia tetap jauh lebih pendiam dibandingkan sebelumnya, trauma akan kejadian itu membuat ia berubah total.

(Saat Ini...)

"Ibu, aku mau melihat kampus yang terakhir kali aku cek dengan Kak Keysa, hari ini aku akan menentukan akan masuk universitas yang mana, pokoknya ibu harus setuju dengan pilihanku", Kinan berbicara sambil menyantap jus buah yang disediakan sang ibu, pagi itu ibunya belum berangkat ke toko, dan Genta masih berada di kamarnya, ia biasa di bawa keluar kamar oleh kinan setelah selesai berolah raga, setiap kinan mengajak genta untuk olah raga genta selalu menolak. 

Sambil berjalan menuju kamar genta, kinan menelepon Keysa "Kak, aku hari ini akan ke kampus yang terakhir kali kita kunjungi, apa menurutmu itu yang terbaik untukku?" 3tahun setelah kecelakaan itu, Keysa menikah dengan teman sekampusnya dulu, Tio.

Mereka telah memiliki satu putri kecil usia 1tahun sekarang. Kehidupan harus terus berjalan, semua perubahan harus di lakukan, kita tidak bisa ada dalam kesedihan sepanjang waktu. 

Keysa memulai kehidupan barunya dengan Tio bukan dengan mudah, semuanya terjadi karena tio selalu berusaha ada di samping keysa, mereka bahkan bekerja dalam satu kantor dan menyembunyikan hubungan mereka selama itu, sampai akhirnya mereka memutuskan untuk menikah dan keysa berhenti bekerja dan fokus membantu usaha ibunya, mereka tinggal di Bandung, tidak jauh dari rumah Kinan dan ibunya.

"Kinan, kan kamu yang akan kuliah, kamu pilih sendiri mana yang terbaik menurutmu, sesuai minatmu, kakak akan selalu mendukung pilihan kamu, oke!", keysa menjawab dari ujung telepon sana, sambil sedikit terdengar begitu terburu-buru. 

"Aaah, sangat salah aku menanyakan ini ke kamu kak, baiklah!" kinan menutup telepon dan membuka pintu kamar genta sambil sedikit kesal karena tidaj mendapatkan jawaban yang di harapkannya. 

"Selamat pagi kak, apa kau sudah bangun? hari ini aku mau ke kampus baruku, nanti ku carikan wanita cantik disana untukmu" keysa memulai pagi kakaknya dengan leluconnya, walaupun genta tidak merespon dan hanya menengok sinis pada kinan. "sudah cepat, aku lapar, lagian bunda, kapan bi cupi datang, lama bener cutinya, aku ga mau setiap pagi di ganggu kamu".

Kinan dan genta memiliki hubungan yang layaknya kakak adik kebanyakan, mereka selalu cekcok karena hal-hal yang tidak penting, dan jika tidak sedang bertengkar, mereka hanya saling berdiam tanpa saling menyapa, tapi bukan berarti mereka tidak saling sayang. 

Setelah kecelakaan itu Kinan menjadi anak yang sangat murung, ia hanya akan bicara jika ada sesuatu yang penting, bahkan itu kepada ibu ataupun Kak keysa, dia hanya sesekali bisa melemparkan candaannya pada genta karena berusaha menghibur kakaknya yang selalu menghabiskan waktu di rumah.

Kondisi genta membuat kinan semakin tak memiliki alasan untuk bisa tersenyum bebas. Kinan yang paling terpuruk secara psikis dari dampak kejadian kecelakaan itu. meskipun di lihat dari kondisi fisik genta paling buruk, tapi ia masih mau bergaul dengan teman-temannya yang selalu setia berkunjung ke rumah, masih bisa bersosialisasi meskipun sekedar di rumah. 

Kinan menutup diri dari siapapun, bisa dibilang kinan tidak menjalin pertemanan dengan siapapun, diusianya saat ini, dia hanya selalu berbagi suka dukanya dengan kakaknya, Keysa, itupun sangat jarang sekali terjadi, kecuali disaat keysa berhasil membujuk kinan untuk bercerita. 

Kinan sangat teramat merasa kehilangan kedua kakaknya, bahkan dihari ia tahu kedua kakaknya telah tiada, ia tidak bisa mengikuti upacara pemakaman mereka karena kondisinya saat itu masih lemah di rumah sakit, pihak dokter tidak mengijinkan kinan untuk keluar dari rumah sakit, kinan hanya menangis sendiri tanpa siapapun di sisinya, ibu dan keysa pergi ke upacara pemakaman dan genta ada di rumah sakit lain, tapi genta masih bisa melihat jenazah kiran dan kayla sewaktu di Rumah sakit, memaksa ibu dan dokter untuk mengijinkannya ke ruangan jenazah meskipun menggunakan roda, ia ingin mengucapkan kata-kata terakhir untuk adik dan kakaknya. 

Tapi kinan tidak memiliki kesempatan seperti itu sama sekali, yang ia terakhir ingat dari kedua kakaknya, hari itu mereka berantem di dalam mobil karena kinan marah, kiran telah merusak hadsetnya, dan keyla menengahi pertengkaran itu, ia merasa bahkan kiran belum meminta maaf padanya karena telah merusakan hadsetnya. 

Hari itu tanpa di undang, ayahnya kembali dalam ingatannya, setelah berjuang selama beberapa tahun untuk tidak mengingat ayahnya yang telah lama pergi meninggalkannya, kinan berpikir apa perlu ia memberitahu ayahnya apa yang terjadi pada keysa dan kiran. tapi kembali ia berpikir, bahkan nomor teleponnyapun dia tak punya, kinan hanya memiliki alamat ayah yang berada di belanda, karena ayah pernah mengirim via inbox di IG kinan walaupun kinan tidak meresponnya.

Akhirnya niat kinan urung karena setelah ia ingat-ingat, bahwa ayahnyAmmmmj tidak pernah datang mencari mereka, jika ayah berniat dan sangat ingin bertemu kita, dia pasti bisa menemukan dimana dia tinggal sekarang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun