Mohon tunggu...
BunnAish
BunnAish Mohon Tunggu... -

Dreamer, writer wanna be, good mother wanna be.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Masa Muda yang Tak Muda: Chapter 8

10 April 2019   10:05 Diperbarui: 10 April 2019   13:02 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende


jam 20.00 Wib, telepon Kinan berbunyi, "Kinan mana ibu?" di ujung telepon suara ayah jelas terdengar marah, Kinan langsung menyerahkan hpnya ke ibu, "ayah" Kinan memberitahu ibu bahwa ayah yang ada di panggilan itu, "ada apa kamu telepon malam-malam, kemana saja kamu selama ini baru telepon anak-anakmu, apa kamu begitu bahagia dengan kehidupanmu sekarang sampai tidak lagi kamu memikirkan anak-anakmu yang selalu ingin mendengar suara ayahnya" sebelum ayah bicara ibu dengan cepat membobardir ayah dengan kata-kata yang sangat tegas. 

"Hentikan ucapanmu sekarang juga, dimana anak-anak sekarang, kenapa kalian pergi dari rumah ini, lalu apa ini maksudnya, kalian pergi tanpa memberiku kabar seebelumnya? apa yang kamu rencanakan Ranti?" ayah marah-marah kepada ibu, " dimana teleponmu, kamu ganti nomor telepon, aku dan anak-anak mencoba menghubungimu beberapa kali tapi nomormu sudah mati, kenapa? wanita jalang itu memintamu mengganti nomor agar tidak kami ganggu? dan kamu mengikuti semua perintahnya, bahkan kamu tidak mencoba menelepon kami sama sekali, sekarang kami tahu kalau kamu sama sekali tidak pernah datang ke rumah itu untuk menemui anak-anak selama kurun waktu yang cukup lama, sehingga kamu tidak tahu kami sudah pergi? apa yang kamu banggakan? sudah,,, sekarang kamu nikmati hidupmu, kamu nikmati kepergianmu ke luar negeri, pergi yang jauh dan kamipun sudah tidak membutuhkan kamu lagi disini, kami sudah bahagia dan jangan pernah bertanya anak-anak ada dimana, mereka selalu ada dalam hidupku dan tidak akan pernah menemui mu lagi. tenang saja sampaikan pada wanita jalang itu tidak perlu khawatir".

Ibu puas berbicara di telepon tanpa memberikan kesempatan pada ayah dan langsung mematikan teleponnya. Ayah kesal dan membanting hpnya karena ibu mematikan telepon tanpa memberi dia kesempatan untuk bicara, dan terlalu kesal ayah bahkan tidak ingin melakukan panggilan ulang lagi dan malah membanting hpnya ke tanah. 

Tanpa sadar ayah tepat di depan gerbang dimana disitu pula semua anaknya meneteskan air mata karena sangat ingin mendengar suara ayahnya untuk berpamitan, ayah menangis dan berteriak sangat keras disana dan hujanpun turun deras membasahi tubuhnya.

"Kinan maafkan ayah nak, ayah tahu mungkin tadi siang kamu sangat sedih mengetahui ayah tidak pernah menemuimu di rumah selama ini, ayah bahkan tidak meneleponmu nak, maafkan ayah Kinan, Keysa, Kayla, Kiran, Genta", ayah menangis dengan sangat keras menyesali perbuatannya karena tidak menjenguk anaknya, sekarang ia tidak tahu anak-anaknya ada dimana, waktu untuk mencaripun sangat sedikit, 5 hari lagi ia akan segera berangkat ke Belanda dan masih disibukan dengan semua persiapannya di kantor, ia tidak tahu harus bagaimana sekarang, tapi ia juga tidak mungkin membatalkan kepergiannya ke belanda, ayah sangat mencintai pekerjaannya dan ini salah satu impiannya untuk bisa di tempatkan di kantor pusat di Belanda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun