Chapter 8 : Hidup Baru (10 Tahun Kemudian)
Banduuuuunngggggg...."""""",,,,,,,,
Teriakan seorang gadis yang sedang berlari meninggalkan masa remajanya, yang kebanyakan orang menganggap itu masa terasik, tergila, bahkan terkonyol sepanjang hidup, semua hal bisa menjadi benar jika itu dilakukan oleh anak-anak remaja, lebih tepatnya mereka membenarkan sendiri apa yang mereka lakukan, membolos sekolah, motor-motoran padahal belum punya SIM, gonta ganti pacar tergantung mood, bilangnya kerja kelompok tapi ternyata nonton bioskop dan nge Mall bareng semua teman-teman, dan semua kegilaan serta kekonyolan lainnya yang hanya anak remaja 17 tahun kebawah yang bisa menikmati itu semua, usia spesial untuk manusia bisa menikmati hidupnya, kebanyakan dari mereka tidak perduli dengan semua peraturan, yang penting happy, yang penting uang jajan lancar,,,lewat dikit dari usia itu, "Tamat Hidup Lu". (intermezo).
Rambut panjang sepinggang, bergelombang, sedikit pirang, bergoyang-goyang tertiup angin yang sejuk di pagi hari, memakai training, baju olah raga, sepatu kets, dan tidak lupa hadset di telinga gadis ini berlari pagi sambil terus berteriak "Banduuung, Banduuung,,,,,, ia berusaha melepas citra anak remaja dan akan menjadi wanita dewasa mulai pagi itu, tepat 1 hari sebelumnya adalah acara wisuda SMAnya dan itu artinya dia bukan lagi anak putih abu-abu yang cupu dan konyol, dia wanita dewasa dengan baju olah raga ketat dan rambut panjang, kulit putih bersih, tinggi 170cm dan langsing pastinya.
 Ya.... dia Kinan, gadis mungil 10tahun lalu yang selalu dirundung permasalahan kedua orang tuanya, yang menangis hanya karena ingin menelepon ayahnya di hari terakhirnya dirumah yang sejak lama ia tinggali bersama semua kakaknya.
10 tahun lalu...
hari itu setelah sampai di Bandung, ia diperbolehkan menelepon ayahnya dan betul saja, ponsel ayahnya tidak aktif, lebih tepatnya, nomor ayahnya sudah tidak di gunakan lagi, "ibu tidak berbohong ternyata", dalam hati kinan berbisik, "kenapa ayah melakukan ini?" itu pertanyaan yang ada di benak kinan.
Waktu terus berjalan dan setelah beberapa lama diketahui setelah hampir 1bulan dari kepindahannya ke bandung, akhirnya sang ayah menelepon menggunakan nomor kantor, dan bilang bahwa ayah di mutasi, dia akan pindah ke luar negeri, ia di tempatkan di kantor pusatnya di Belanda, ayah menjelaskan kepada kinan kenapa nomornya tidak aktif, alasannya sepele dan terlalu mudah bahkan untuk anak biasa usia 8th, hpnya hilang
"Kenapa baru telepon sekarang?" Kinan bertanya, "karena ayah selalu sibuk", itu alasan yang membuat Kinan tidak bisa berkata-kata lagi, ayah bahkan tidak mengatakan apa-apa perihal kepindahan Kinan ke rumah baru, Kinan berpikir dan berkata dalam hati, "apa ayah tidak tahu kalau Kinan sudah tidak tinggal di rumah itu lagi? apa ayah bukan hanya tidak telepon tapi juga ayah tidak datang ke rumah itu untuk menemuiku dan kakak-kakak? itu kenapa dia tidak pernah telepon?", dalam hati Kinan berkecamuk semua pertanyaan itu dan tanpa sadar dia meneteskan air mata, dan bersembunyi lari ke kamar karena takut kakaknya melihat, ibu sedang pergi ke toko kue, ibu membuka toko kue di Bandung dan bisa dibilang sukses untuk skala hitungan waktu satu bulan, ibu dibantu oleh teman-temannya di Bandung jadi tidak begitu sulit karena semua temannya menbantu mempromosikan toko dan cafe kuenya.
"ayah telepon Kinan mau memberikan kabar ini? ayah mau pindah ke Belanda? selamanya? apa ayah begitu sangat tidak ingin bertemu dengan Kinan? kenapa ayah memberikan kabar ini hanya lewat telepon, ayah tidak akan datang ke rumah untuk bertemu Kinan terlebih dahulu, bahkan untuk terakhir kali sebelum keberangkatan ayah? Kinan tahu ayah sibuk, tapi Kinan tidak tahu kalau kesibukan ayah bahkan bisa membuat ayah tidak merindukan Kinan, ka Keysa, Kayla,Kiran dan Ka Genta, ibu tidak perlu ayah rindukan, dia sudah baik-baik saja sekarang", Kinan marah kepada ayahnya, " baiklah ayah nanti malam ke rumah sepulang kerja, karena minggu depan ayah berangkat sayang, Kinan jangan marah ya!! mau ayah bawakan apa? tanyakan juga kakak-kakak kamu mau ayah bawakan apa?" ayahnya membujuk Kinan karena dia terdengar sangat marah, "apa ayah pikir aku dan kakak menginginkan sesuatu dari ayah? ayah datang kesini tanpa bawa apa-apapun kinan sudah senang, tidak perlu membujukku dengan barang, aku sudah besar sekarang, ayah tidak tahu itu". Kinan menutup telepon secara sepihak. Kinan menangis, ayahnya benar-benar tidak tahu dia sudah pergi dari rumah itu, setelah lebih dari 1bulan, "ayah baik-baik saja tidak mendengar ataupun melihat Kinan dan kakak-kakak, sedangkan kami semua disini selalu merindukan dia, setiap hari berusaha menelepon ponselnya berharap ada keajaiban, nomornya aktif kembali".
Ibu Ranti menghapus nomor telepon kantor dan semua kontak teman-teman ayah anak-anaknya karena sangat membenci dan ingin memutuskan semua hubungan yang berkaitan dengan ayah dan itu membuat Kinan dan kakaknya yang lain kesulitan memberi kabar kepada ayah.
"Tapi sebaliknya disana, jauh disana, ayah sama sekali tidak mencari kami, tidak mencoba menelepon , tidak mencoba menemui kami di rumah, apa yang sudah aku lakukan selama ini? merindukan ayah? ayah yang bahkan tudak tahu anak-anaknya sudah pindah rumah dan sekolah, Kinan benci ayah, dia bahkan memberiku kabar satu minggu lagi dari keberangkatannya ke luar negeri, kepindahan yang sangat jauh, kepergian yang tidak mungkin bisa dilakukan secara mendadak" Kinan membayangkan, bahkan persiapan kepindahan mereka yang hanya ke bandung saja ibu memerlukan persiapan 1-2bulan, dan ayah akan ke luar negeri, Kinan sambil membuka buku Atlas untuk melihat keberadaan Belanda sejauh apa dari Indonesia, "dan yaaa,,, itu sangat jauh, ayah baru memberi kabar 1 minggu sebelum keberangkatannya, ayah benar-benar ingin di benci oleh ku,baiklah, karena Kinan anak baik, Kinan turuti kemauan ayah, Kinan sekarang akan benci ayah, Kinan tidak akan merindukan ayah lagi, Kinan tidak akan menghubungi ayah lagi". Dan setelah ibu pulang dari Toko kue, kinan memberi kabar soal ayah kepada ibu dan kakaknya, mereka langsung menelepon ke nomor yang ayah gunakan untuk meneleponku tadi pagi tapi hasilnya nihil, karena itu nomor kantor, ayah sudah pulang kerja di jam itu, dan di saat ibu meminta nomor telepon ayah.