Angin menyusupkan satu dari sepasang matamu
Mengerat kesunyian yang mengunci pintu
dengan sebaris kalimat yang tak lengkap
Segera, mataku berlarian pada kata demi kata
mencoba menggantikan bagian yang melenyap
dengan canggung tanda baca
...
Tanya atau seru, api atau abu … atau aku?
...
Tak juga mataku bisa memutuskan selain gamang
yang membakar malam dengan riuh perdebatan
antara jarak dan jejak yang di telingaku terserak
tentang; di mana semestinya mimpi dibaringkan
atau semestinya tidak
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!