Negara sahabat paling dekat, Malaysia, Singapura & Brunei Darussalam memiliki berbagai kemapanan yang Indonesia inginkan. Bahkan saking mapannya, hanya karena ulah satu warga negara (Malaysia, Noordin Mohammad Top) nya, Indonesia dibuat klimpungan selama hampir satu dasawarsa.
Hingga tahun 1980 an, Malaysia masih intens mengirim para pelajarnya berguru di Indonesia dalam berbagai bidang. Dan hal itu terbalik dengan tidak elok pada sekitar 20 tahun terakhir ini.
Indonesia mengirimkan bangsanya ke negara-negara sahabat bukan untuk mengejar level pendidikan, tetapi mencari sesuap, dua suap, tiga suap nasi demi bertahan hidup lebih lama.
Pasti ada yang harus diperbaiki dalam pembangunan urusan pendidikan di Indonesia.
Kulihat Ibu Pertiwi sedang Bersusah hati…
Senandung lara Ibu Pertiwi terus mendayu-dayu menggelitiki semua telinga bangsa ini di mana pun ia berada, agar terbangun, agar tersadar, agar peduli untuk menceriakan wajah negeri ini di mata bangsanya sendiri, terlebih lagi berharap agar digjaya di mata bangsa-bangsa lain di jagat raya.
Ketika hasil survey sembarang menyebutkan bahwa hasil tes mahasiswa masuk ke perguruan tinggi tentang perbendaharaan lagu-lagu kebangsaan, sangat minim, untuk tidak menyebut ‘tidak ada’, hal ini menunjukkan bahwa selama 12 tahun mengenyam pendidikan di sekolah telinganya langka menangkap nyanyian pemacu adrenalin kebangsaannya. Bahkan lagu-lagu pun diproduksi besar-besaran di negeri ini tanpa kepedulian bahwa menyimaknya can be inspiring to do or making something penikmatnya.
Sebuah “survey” menakjubkan pun memaparkan data lain yang tidak kalah spektakuler dengan kiprah Mr. MNT yang warganegara Malaysia itu. Betapa tidak, pada event yang melibatkan ribuan pihak dan telah diagendakan dalam setiap kalender di negeri ini, Pidato Kenegaraan yang merupakan rangkaian penting dalam tataran perwujudan keindonesiaan, tiba-tiba, Jum’at, 14 Agustus 2009, kehilangan satu space di ruang hati segenap bangsa ini, bergetar seluruh sendi-sendi sakral kebangsaan saat diperdengarkan lagu kebangsaan Indonesia Raya.
Inna lillahi wa inna ilayhi raji’un… !
Gedung DPR RI berisi ribuan bangsa itu “tersihir” untuk tidak pedulikan “Indonesia Raya”.
Kecemasan makin menghantui, jangan-jangan Allah SWT sedang melemparkan ‘pecut’Nya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H