Setelah adanya perang dunia ke-dua, terjadilah perang dingin (Cold War) antara blok barat yang dipimpin oleh amerika dan blok timur dipimpin oleh Uni soviet. Perang ini berlangsung sejak 1945 sampai tahun 1989 pada saat tembok china berlin runtuh. Amerika mewakili ideologi kapitalis dan Uni soviet mewakili ideologis sosialis. Jika kita lihat dalam segi pergulatan komunikasi internasional, amerika memperjuangkan laissez-faire dan free flow of informations yang digagas oleh Komisi Huchin.
Kala itu Unesco juga menuntut free flow across border to lead better world yang didukung oleh para peneliti program riset komunikasi internasional (KI) yang tergabung dalam MIT Center for International studies. MIT lalu membentuk program riset dalam komunikasi internasional yang dipimpin oleh Lasswell, Ithiel de sola Pool, Karl Dutssch, dan riset mereka didanai oleh Ford Foundation. Keterlibatan Amerika dalam perang dunia ke-dua dengan Uni soviet, membuat para peneiti bias barat karena strategi KI dirancang agar pro-barat dan anti komunis.
Muncul paradigma KI yang menjual dokrin free flow dan the ideal to lead better world yang kemudian dilegitimasi oleh metode riset komunikasi yang berpuat pada efek empiris media yang diprakarsai Lasswell, Lazarsfeld dan Hovland. Kemudian lahirnya paradigma pembangunan moderenisai yang didalamnya menempatkan media sebagai magic multiplayer effects dalam pembangunan, yang telah dijadikan sarana untuk mencapai tujuan perubahan masyarakat dari yang tradisional ke modern.
Pandangan komunikasi yang berfokus pada interaksi antarnegara, yang sekarang ini sudah dianggap konvensional atau klasik. Dengan adanya dan ditemukanya teknologi informasi komunikasi membuat seolah era baru dari mulai interaksi antar individu sampai antarbangsa yang sudah berubah total, terutama dalam bidang bisnis dan budaya yang telah memberikan aspek penting dalam komunikasi internasional. Faktor negara bukan lagi menjadi fakor penentu dalam komunikasi internasional, melainkan dengan teknologi digital. Akibatnya itu membuat perhelatan pemahaman dan makna yang melihat bahwa komunikasi internasional dalam lingkup yang lebih luas, menurut Philip M. Taylor dalam global communications international affairs and the media since 1945 telah memperluas definisi komunikasi internasional sebagai " communications between two or more parties (peple, goverments, organizations) who are located in deffrent goegraphical regions" (1997:22) . Ada beberapa pendapat mengenai teori pendekatan komunikasi internasional yaitu :
* Idealistic-humanistic approach
Menggambarkan komunikasi internasional sebagai sebuah cara atau metode untuk membawa bangsa dan negara berdaulat dan juga untuk membantu organisasi-organisasi internasional dalam melaksanakan pelayanan kepada komunitas dunia lainya. Bagaimana setia negara atau bangsa mampu menjalin hubungan komunikasi yang harmonis demi mencapai dunia yang damai (world peace).
* Procelytization
Pendekatan yang memandang komunikasi internasional sebagai propaganda konfrontasi, periklanan, mitos . Dan ini disebut juga sebagai "political procelyzation", komunikasi internasional jenis ini bersifat one way yang biasanya dilaksanakan sebagai antarinstitusi negara.
* Economic
Berkembangnya pendekatan komunikasi international sebagai kekuatan ekonomi (economic power). Dimana antarnegara melakukan pertukaran barang dan jasa, dan mereka melakukan transfer of technologi merupakan negara yang akan bergerak dan berkembang menuju modernisasi serta menunjang ekonomi pasar bebas model neo-liberal.
* Political