Hal itu menandakan bahwa lemahnya keimanan. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa manusia memiliki kepentingan dan kebutuhan yang banyak dan beragam. Sifat manusiawi yang kadang salah dan kadang benar pun sandang manusia.Â
Tetapi, jika manusia berusaha menanamkan rasa syukur atas pemberian Tuhan YME. Tentu segala problem kehidupan ini yang menyangkut harta tetap dirasakan cukup.
Jika mau mengingat - ingat pemberian Tuhan YME. Manusia tidak akan mampu menghitungya. Lauatan yang luas tidaklah cukup dijadikan tinta serta ranting-ranting pohon pun tidak cukup menjadi pena untuk menulis banyaknya pemberian Tuhan YME.Â
Harus diakui bahwa praktek korupsi juga merupakan contoh dari tidak adanya rasa syukur dan cukup terhadap harta yang dimiliki. Sehingga menjadikan koruptor terjebak dalam wilayah materialis yang menyeret kepada tindakan kejahatan moral.
Selain memiliki rasa keimanan , korupsi bisa dicegah dengan solusi yang menggunakan jalan preventif yakni taqwa. pun bisa Taqwa, para ulama seringkali mendifinisikan sebagai melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Rasa takut yang sedalam-dalamya kepada Tuhan YME. Sungguhnya sudah pasti membuat enggan akan melakukan tidakan korupsi.
Justru  fakta hari ini rasa takut itu mulai krisis dimiliki oleh oknum-oknum sang koruptor. Seakan-akan bagi koruptur ancaman melanggar larangan Tuhan YME.Â
Dianggap hanya sebuah retorika. Padahal semua bentuk perbuatan manusia di dunia ini akan dipertanggung jawabkan di pengadilan tinggi akhirat kelak.
Harapan ke depannya, tidak ada lagi kasus-kasus korupsi di Negeri ini terjadi. Iman dan Taqwa menjadi pondasi penting dalam membentengi jiwa. Terlepas apapun motif melakukan korupsi, tetap saja itu tindakan yang dilarang Negara dan Agama.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI