makanya mulai saat ini saya terus-menerus ke dinas perkebunan kehutanan untuk meluruskan ini mau dikemanakan bibit-bibit dibalakng kantor itu menumpuk? kenapa tidak tanam terus? dan kenapa pihak polhut beraninya dengan rakyat kecil seperti abah?? kenapa yang melakukan penambangan dengan meggundulkan hutan sampai tandus begitu tidak ditangkap??? abah gak ngerti, ini harus diselesaikan.. hati abah gak tenang kekebun hanya memikirkan yang di majalah tersebut kalau-kalau begi terus pasti global warming semakin menjadi-jadi bagai mana kelak nasib generasi manusia? akan kah tinggal tanpa menikmati lagi kicauan burung dipagi hari dan tetesan air dari pancuran bambu.
panjang abah bercerita hingga rokok pucuknya mati tanpa dihisap di asbak bambu buatan abah.
sejenak ku renungkan benar apa yang di bilang abah, lelaki stengah baya seorang pekebun pala yang hanya tamatan SD berani mengelurkan suara demikian.
Nah bagaimana dengan Kita?????
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H