Saat itu sekira 2 juta warga Mesir berkumpul di Tahrir Square, Kairo untuk perayaan "Hari Kemenangan". Hari itu adalah hari Jumat. Adalah pengkhutbah hari itu seorang tua berusia 84 tahun, Yusuf al-Qardhawi, seorang sarjana Muslim besar. Al-Qardhawi hidup eksil di Qatar sejak 1961 dan tampaknya ia satu-satunya tokoh intelektual global termasyhur yang dihubungkan dengan gerakan Islamis. Khotbahnya hari itu bukan semata ditujukan pada para Islamis, atau bahkan Muslim semata, tetapi lebih luas lagi.Â
Dia berseru, "Wahai Muslim dan Koptik! Wahai anak-anak Mesir!" dan menyatakan bahwa "para pemuda ini berasal dari seluruh wilayah Mesir, dari seluruh kelas sosial, kaya dan miskin, terpelajar dan buta huruf, pekerja dan berbudaya ... Mereka menjadi, mereka bergabung menjadi satu wajan percampuran: Muslim dan Kristen, radikal dan konservatif, kanan (rightists) dan kiri (leftists), lelaki dan perempuan, tua dan muda, semuanya menjadi satu, semua bertindak demi Mesir, demi membebaskan Mesir dari ketidakadilan dan tirani."
Arkian, ideologi memang tak selalu bulat. [Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H