Mohon tunggu...
Iip Rifai
Iip Rifai Mohon Tunggu... Penulis - ASN

Penulis Buku PERSOALAN KITA BELUM SELESAI!, 2021 | Pernah Belajar @Jurusan Islamic Philosophy ICAS-Paramadina, 2007 dan SPK VI CRCS UGM Yogyakarta, 2015

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Efek (Lain) Ramadan

20 April 2023   11:10 Diperbarui: 20 April 2023   12:56 527
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ramadan merupakan bulan dengan segala keistimewaannya. Teks-teks agama dalam kitab suci dan sabda Nabi mengisyaratkan hal tersebut. Para mubalig, khatib, kiai, cendekiawan berulang kali menyampaikan pesan gembira tersebut di atas mimbar, di forum-forum publik termasuk media sosial dan lain-lain. Pesan kebaikan serta pahala yang akan didapat secara gamblang 'dihidangkan' mereka agar umat melaksanakan dengan sebaik-baiknya.

Pesantren Ramadan sebutan lain dari Pesantren Kilat menjadi media alternatif bagi berbagai kalangan untuk mendalami pengatahuan serta mempraktikkan ajaran agama, khususnya bab puasa, dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Tak hanya sekolah, sebagai lembaga pendidikan untuk para pelajar yang mengadakannya. Kantor-kantor perusahaan negara dan swasta juga mengambil bagian dalam rangka di atas. Memanfaatkan Ramadan sebagai bekal bagi setiap individu dalam rangka mendekatkan diri kepada Tuhan.

Kesalehan individu sebagai pelajar, karyawan, pegawai dan sejenisnya adalah tujuan akhir dari kegiatan pesantren Ramadan tersebut. Menjalani perintah dan menjauhi larangan Tuhan secara konsisten adalah pesan umum yang dibawa Pesantren Ramadan.

Keistimewaan Ramadan yang langka, karena di dalamnya mengandung sejumlah 'kebaikan' dan eksklusivitasnya serupa gunungan gula yang cepat dikerubuti semut. Euforia Ramadan pun tak terbantahkan. Semua kalangan mendapatkan berkah 'manis' darinya. Termasuk berkah di dalamnya yaitu pertumbuhan ekonomi nasional yang semakin meningkat.  

Efek Ramadan dari sisi ekonomi memberi energi positif bagi perekonomian negara, pasalnya permintaan barang dan jasa yang naik. Selain adanya tunjangan hari raya (THR) bagi para pegawai baik swasta maupun aparatur sipil negara, yang menyebabkan konsumsi rumah tangga meningkat, ada juga faktor lainnya yaitu pembagian zakat dan sedekah yang bisa digunakan masyarakat untuk membeli barang kebutuhan sehari-hari.

Kondisi di atas sesuai dengan teori ekonomi, permintaan akan berjalan seiring dengan peningkatan penawaran. Dengan demikian kapasitas produksi dunia usaha ikut meningkat, baik di hilir maupun di hulu industri.

Belum lagi jika kita melihat efek ekonomi lainnya, yaitu tradisi mudik. Ramadan di Indonesia selalu diakhiri dengan tradisi mudik setelah mendapatkan jatah cuti libur hari raya dari pemerintah. Mudik tak hanya sekadar perjalanan orang dari satu kota ke kota lain, satu pulau ke pulau lain di Nusantara ini, ia juga merupakan perjalanan aliran dana.

 Jutaan orang Indonesia yang berpindah dari satu tempat ke tempat lain, baik itu karena pulang ke kampung halaman atau mengunjungi destinasi wisata tertentu, otomatis mengalirkan dana. Hal ini menjadi ladang rezeki di sektor transportasi, akomodasi, pariwisata, perhotelan, dan kuliner. Tak luput juga aliran dana yang bersumber dari pemberian amplop lebaran, sebagai sebuah tradisi, bagi sanak saudara di kampung halaman.

Jika saya refleksikan lebih singkat, Ramadan adalah media alternatif bagi manusia beriman untuk melatih jasmani dan ruhaninya agar lebih dekat dengan Tuhan-Nya pada bulan-bulan berikutnya. Nilai-nilai universal Ramadan membuahkan kesalehan individu yang diiringi kepekaan dan kepedulian kepada orang lain, baik yang seiman maupun berbeda keyakinan. Dan itulah yang disebut dengan kesalihan sosial.

Menjaga stabilitas kenyamanan, keamanan, kerukunan, kedamaian dan sejenisnya termaktub dalam ajaran-ajaran agung puasa. Nabi Muhammad Saw. secara eksplisit menyebutkan dalam salah satu sabdanya, "Jika (ada) orang lain yang mengajak kamu berkelahi (bertarung fisik), katakanlah saya sedang berpuasa". Hadis ini mendeskripsikan bahwa ibadah puasa yang dilandasi pada nilai-nilai agung yang diajarkan Nabi Muhammad akan membawa dampak positif bagi diri dan lingkungannya.  

Sedangkan dampak lain yang dibawa Ramadan, selain lebih dekat dengan Tuhan, ia membawa kesejahteraan ekonomi. Peningkatan ekonomi masyarakat dan negara menjadi bonus 'agung' tambahan yang dirasakan warga dunia secara masif. Dan itulah yang disebut dengan "Berkah Ramadan".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun