Mohon tunggu...
Iip Rifai
Iip Rifai Mohon Tunggu... Penulis - ASN

Penulis Buku PERSOALAN KITA BELUM SELESAI!, 2021 | Pernah Belajar @Jurusan Islamic Philosophy ICAS-Paramadina, 2007 dan SPK VI CRCS UGM Yogyakarta, 2015

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Suara Kami dari Sekolah Guru Kebinekaan 2022

7 Oktober 2022   14:20 Diperbarui: 7 Oktober 2022   14:37 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam konteks tersebut seorang guru harus memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk melihat sebuah objek dari perspektif mereka. Hal ini bertujuan agar mereka menemukan pengetahuan baru dengan cara mereka sendiri. Peran guru dalam hal ini adalah menjadi fasilitator bagi mereka bagaimana cara menemukan pengetahuan baru tersebut sehingga mereka merasakan manfaatnya sekarang dan yang akan datang.

Pesan dari Rumah Ibadah

Beberapa tema lain pada pertemuan selanjutnya juga sangat menarik bagi kami, selaku guru, sebagai modal menghadapi keragaman di lingkungan sekolah dengan segala problemnya. Tema-tema tersebut antara lain; Penyelenggaraan Pendidikan: Dari Prinsip ke Praktik,  Kekuatan dan Tantangan Keragaman. Ada satu tema "Praktik Perjumpaan: Kunjungan Rumah Ibadah" yang sejatinya kami berkunjung ke rumah-rumah ibadah". Namun karena pertemuan yang diselenggarakan di dunia maya, kami tak mendapatkan pengalaman langsung bagaimana kesan itu kami rasakan. Meski demikian, spiritnya kami dapatkan.

Saya sebagai muslim, selama ini, belum pernah mengunjungi rumah ibadah pemeluk agama lain karena alasan tertentu. Ketika SGK membuat rencana praktik kunjungan ke tempat ibadah lain tentu banyak hal yang bisa saya dapatkan dari kegiatan ini, antara lain saya diajarkan menghormati hal-hal di luar ajaran agama saya. Ada nilai-nilai kebenaran agama lain yang harus dihormati. Saya yakin semua agama mengajarkan kebaikan kepada umatnya.

Konsep ketuhanan memang agak rumit, Jika kita berkunjung langsung ke rumah-rumah ibadah tiap agama, kita bisa melihat langsung bagaimana semua orang berdoa dengan tangan yang terangjkat ke atas. Pemandangan tersebut menjadi alat peraga yang nyata bahwa Tuhan dari semua agama berada di atas (transenden) memonitor semua tingkah laku manusia yang ada di bawah (baca: dunia).

Dengan demikian kita bisa lebih memahami bahwa setiap kepercayaan (agama)  meyakini Tuhan yang sama, Tuhan yang ada di atas sana. Melihat dan memahami keberagaman agama dan tempat ibadah, kita akan lebih menghargai sesama dan tidak gagap pada perbedaan.

Belajar dari Maria, Engku, dan Yap

Pertemuan ke-8 dengan tema "Inspirasi Kebangsaan dan Kemanusiaan dari Ruang Kelas" menjadi pertemuan yang sangat berharga bagi saya, khususnya. Dalam kesempatan ini ada 3 tokoh luar biasa yang "dikuliti" riwayat hidup, latar belakang dan perannya sebagai tokoh inspiratif yang berjasa besar dalam dunia pendidikan.

Tokoh inspiratif pertama adalah seorang perempuan yang berasal dari Minahasa Utara, Sulawesi Utara. Beliau tokoh emansipasi yang memperjuangkan politik dan pendidikan bagi kaum perempuan. Pada saat itu perempuan menjadi manusia nomor 2 setelah laki-laki, terutama dalam masalah kepemimpinan.

Berkat keberanian dan kecerdasannya, perempuan bisa menjadi pemimpin yang sejajar dengan laki-laki. Perempuan itu bernama Maria Josephine Catherine Maramis (1 Desember 1872 -- 22 April 1924) atau yang lebih dikenal sebagai Maria Walanda Maramis

Dalam urusan pendidikan Maria Walanda Maramis mendirikan sebuah sekolah kejuruan putri yang diperuntukkan untuk mengasah kecakapan tertentu bagi murid-murid perempuannya  dalam menghadapi kehidupan nyata. Selain itu beliau juga mendirikan PIKAT   (Percintaan Ibu Kepada Anak Temurunannya) pada 8 Juli 1917 yang salah satu tujuannya adalah membiasakan para perempuan Minahasa untuk mengeluarkan dan merumuskan pandangan-pandangan serta pikiran-pikirannya secara bebas serta mengedukasi perempuan tentang pola berumah tangga, karena keberhasilan rumah tangga dimainkan perannya oleh perempuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun