Menurut Wikipedia, juru bicara (jubir) adalah seseorang yang diberikan tanggung jawab untuk menerangkan kondisi atau situasi orang lain yang mengutusnya.Â
Peranan jubir dalam lembaga negara sangat penting untuk mewakili lembaga yang dipegangnya dalam konferensi pers, ataupun dalam melakukan wawancara dengan wartawan dan media.
Sebut saja misalnya jubir presiden era Gusdur, ada Wimar Witoelar, Cholil Yahya Staquf; Era Megawati, kadang dijubiri Pramono Anung atau Roy BB Janis; Era Soesilo Bambang Yudhoyono, ada Dino Patti Djalal, Andi Alvian Mallarangeng, dan Julian A. Pasha; Era Jokowi, ada Johan Budi dan Fadjroel Rachman.
Kini, di Era Covid 19, ada juru bicara baru yang menyedot perhatian kaum Adam. Silakan Anda cari sendiri namanya, yang jelas, ia sering muncul di televisi sekarang.
Banyak komentar tentangnya, yang ditulis ringan warganet di medsos, bahkan sekelas Amin Mudzakkir, Wahyudi Akmaliah, atau Yanwar Pribadi sekalipun tak ketinggalan meramaikan jagat medsos. Entah apa yang dikomentarinya; kinerja, gaya bicara, profesinya, atau justru bukan ketiga-tiganya yang saya sebutkan tadi. Lantas apa?
Terlepas apa yang mereka komentari tentangnya. Jubir baru Covid 19 ini, menurut saya, tak bisa menggantikan maknyosnya Nasi Uduk depan Pom Bensin Benggala; Gurihnya Bubur Ayam Cikulur, depan Gama Food; Enaknya Kupat Tahu Trip Jamaksari Ciceri, depan Pujasera Tiara; Serta nikmatnya Nasi Padang Maimbau, pertigaan Cipocok, sebelahan dengan Gedung KCP BJB.
*Kota Serang-Jumat Pagi, 12 Juni 2020