Menurut hasrat saya, yang lebih tertarik dengan ikan air tawar. "Tiada sikap yang paling bijaksana pasca Idulfitri ini, untuk sesaat meninggalkan semur daging, rendang, soto ayam dan sejenisnya".
Cobalah beralih sejenak untuk mengonsumsi ikan mas bakar, misalnya. Ikan mas bakar dengan sambal "combrang", sungguh sebuah perpaduan dahsyat yang luar biasa. Lebih dahsyat lagi jika disajikan di hamparan daun pisang; dengan nasi yang dimasak di kastrol (Sunda: tomo) bukan di magic jar.
Satu hal penting, kayu bakar sebagai bahan bakarnya, bukan (tenaga) listrik. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah; "Kapan ini bisa terwujud?"
Sedangkan Kang Doktor Yanwar Pribadi sedang fokus liburan dengan keluarga tercintanya di luar kota sana; (Kandidat) Doktor Nurholis Al-Bantanie juga tak memberi isyarat apapun soal momentum berharga ini; Apalagi Kang Edi Supriadi, bungkam seribu bahasa soal ini, padahal ia sedang berada di kampung halamannya (mudik) yang sekampung halaman dengan saya.
Tapi walau demikian, saya akan coba mengajak rekan lainnya; Kang Syaff untuk mewujudkan hasrat di atas, karena beberapa hari sebelum lebaran ia pernah berjanji utk (mengadakan) bakar ikan di kampung halamannya, yang secara kebetulan ia juga masih satu kampung halaman dengan saya.
Semoga hasrat ini bisa terwujud dan teralisasi sesuai angan dan cita-cita bersama, yaitu mewujudkan suasana pasca lebaran yang kondusif dan bahagia dengan mengonsumsi ikan bakar secara sistematis dan terstruktur, tapi tidak masif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H