Mohon tunggu...
Iip Rifai
Iip Rifai Mohon Tunggu... Penulis - ASN

Penulis Buku PERSOALAN KITA BELUM SELESAI!, 2021 | Pernah Belajar @Jurusan Islamic Philosophy ICAS-Paramadina, 2007 dan SPK VI CRCS UGM Yogyakarta, 2015

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pilkada, Kitab Suci dan Epistemologi Al-Jabiri

30 Oktober 2016   06:02 Diperbarui: 7 Juni 2020   15:31 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah mengetahui ketiga epistemologi yang dikemukakan Al-Jabiri, langkah selanjutnya adalah menentukan hubungan diantara ketiganya. Bagaimana hubungan yang ideal? Jika hubungan antara ketiga corak epistemologi dipilih secara paralel maka masing-masing akan berjalan sendiri-sendiri tanpa ada hubungan dan persentuhan antara satu dengan yang lainnya dan ini akan berimplikasi pada perolehan nilai manfaat teoritis maupun praktis sangat minimalis sekali. Sedangkan jika hubungannya secara linear pada ujung-ujungnya akan menghadapi jalan buntu, karena dari ketiga epistemologi itu salahsatunya akan menjadi primadona.

Dalam lingkungan yang majemuk ini, pola hubungan yang baik antara ketiganya adalah sirkulasi, yaitu masing-masing corak epistemologi dapat memahami kelemahan, keterbatasan, dan kekurangan yang melekat pada diri masing-masing. Di dalam alam pola relasi sirkulasi ini tidak ada istilah  finalitas, eksklusivitas dan hegemonitas. Dari rahim relasi sirkulasi ini akan lahirlah tradisi dialog, dengan dialoglah maka konflik, kekerasan dan sejumlah potensi perpecahan bisa dihindari.  

Epilog

Hiruk pikuk pilkada serentak 2017 telah menguras energi bangsa ini. Kampanye hitam yang rasis dan cara-cara lain yang mendiskreditkan rival politiknya telah menjadi tontonan rakyat sehari-hari. Setiap calon kepala daerah di wilayahnya masing-masing hendaknya terus berhati-hati dan waspada ketika berucap atau bersikap di depan publik. Kasus calon gubernur DKI Jakarta, Ahok, yang membawa-bawa teks suci Al-Quran surat Al-Maidah: 51telah menjadi bukti nyata sebagai tamparan keras betapa publik, khususnya kaum muslim, sangat reaktif dan emosional menyikapinya. Mereka menganggap Ahok sudah kebablasan menafsirkan ayat suci Al-Quran dengan tafsirannya sendiri. Ia adalah seorang kristen yang seharusnya tahu diri di tengah mayoritas muslim yang gampang marah tidak sembarangan bertutur kata, apalagi hal yang menyangkut tafsir kitab suci kaum muslim.

Perebutan tafsir terhadap teks suci Al-Maidah: 51, yang Ahok tafsirkan sendiri, menjadi sentral isu konflik. Reaksi kaum muslim dari berbagai ormas menyuguhkan tafsiran yang justru menambah kegaduhan sehingga pilkada yang sejatinya menumbuhkan benih-benih demokrasi berubah menjadi ajang saling hantam berbuntut SARA. Sekalipun, akhirnya Ahok meminta maaf kepada seluruh umat Islam.

Menurut Al-Jabiri, kelemahan kaum muslim terjebak pada epistemologi bayani, yaitu suatu usaha menfsirkan teks secara skriptual (tekstualis), akibatnya teks menjadi rigid, kering dan kerdil makna sekaligus sensitif jika ditafsirkan tunggal. Ketika ada teks dalam ayat suci salahsatu agama apapun yang membutuhkan tafsiran kontekstual mereka justru mengabaikannya. Sejatinya teks tersebut dibaca, dikaji, dianalisis kemudian didialogkan, sehingga teks tersebut menjadi kaya makna dan tentu tidak akan menjadi penyebab konflik seperti saat ini. Al-Jabiri menawarkan epistemologi burhani untuk menafsir teks agar kita tak salah dalam memaknai teks, karena epistemologi burhani selalu melibatkan nalar, akal dalam memahami teks tersebut, selain meyuguhkan bukti-bukti yang mendukung kebenarannya. Sekali lagi, sudah saatnya kita cerdas dan bersikap dewasa menghadapi isu-isu sensitif berbau SARA dalam menghadapi pilkada serentak 2017. Dialog adalah cara solutif menyelesaikan perselisihan dan konflik bagi siapapun.  

IIP RIFAI

Alumnus Pascasarjana IAIN ‘SMH’ Banten, Program Studi Islamic Studies

Pengajar di Kampus CMBBS Propinsi Banten

Peneliti di Omar Institute

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun