Kedua, Learning by doing. Konsep ini diperlukan untuk menjembatani kesenjangan antara dunia pendidikan dengan kebutuhan dalam masyarakat. Supaya anak didik bisa eksis dalam masyarakat bila telah menyelesaikan pendidikannya, maka mereka dibekali keterampilan-keterampilan praktis sesuai dengan kebutuhan masyarakat sosialnya.
Beberapa kalangan menyebutkan bahwa pendiri teori konstruktivisme adalah Jean Piaget. Namun John Dewey sering dikutip sebagai pendiri filosofis dari pendekatan teori konstruktivisme ini. Bruner dan Piaget dianggap sebagai ahli teori utama di antara konstruktivis kognitif, sementara Vygotsky adalah ahli teori utama di antara konstruktivis sosial.
Dalam konstruktivisme John Dewey menolak anggapan bahwa sekolah harus fokus pada pengulangan, hafalan yang menghafal & mengusulkan metode "hidup terarah" - siswa akan terlibat dalam lokakarya praktis di dunia nyata di mana mereka akan menunjukkan pengetahuan mereka melalui kreativitas dan kolaborasi. Siswa harus diberi kesempatan untuk berpikir dari diri mereka sendiri dan mengartikulasikan pemikiran mereka.
Dewey menyerukan agar pendidikan didasarkan pada pengalaman nyata. Dia menulis, "Jika Anda ragu tentang bagaimana pembelajaran terjadi, terlibatlah dalam penyelidikan berkelanjutan: belajar, merenungkan, mempertimbangkan kemungkinan alternatif dan sampai pada keyakinan Anda yang didasarkan pada bukti."
John Dewey mengemukakan bahwa belajar tergantung pada pengalaman dan minat siswa sendiri dan topik dalam kurikulum seharusnya saling terintegrasi bukan terpisah atau tidak mempunyai kaitan satu sama lain. Sugihartono dkk, 2007 dalam (Just Weare Noegayya 2012). Apabila belajar siswa tergantung pada pengalaman
dan minat siswa maka suasana belajar siswa akan menjadi lebih menyenangkan dan hal ini akan mendorong siswa untuk berfikir proaktifdan mampu mencari pemecahan masalah, di samping itu kurikulum yang diajarkan harus saling terintegrasi agar pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan memiliki hasil maksimal
Menurut John Dewey, pendidikan adalah rekonstruksi atau reorganisasi pengalaman yang menambah makna pengalaman, dan yang menambah kemampuan untuk mengarahkan pengalaman selanjutnya.Â
Seperti telah diuraikan di muka bahwa dalam teori konstruktivisme disebutkan bahwa permasalahan muncul dibangun dari rekonstruksi yang dilakukan oleh siswa sendiri, hal ini dapat dikatakan bahwa dalam pendidikan ada keterkaitan antara siswa dengan permasalahan yang dihadapi dan siswa tersebut yang merekonstruksi lewat pengetahuan yang dimiliki.
Dapat disimpulkan, bahwa pendekatan konstruktivisme mempunyai beberapa konsep umum seperti:
1. Pelajar aktif membina pengetahuan berasaskan pengalaman yang sudah ada.