Bertambah umurmu tak menjamin bertambah kebijaksanaanmu
Bertambah rambut putih di kepalamu, bukan tanda kau (telah) menaklukan pikiranmu
Besar ucapanmu, yang terlihat hanya egomu
Tingginya nadamu, hanya untuk menutupi kesalahanmu
"Tua" kau jadikan alibi supaya ingin dimengerti
"Tua" kau jadikan gengsi, tapi lakumu tak terpuji
Ironis memang ketika ingin dimengerti, tapi tak mau mengerti
Ironis memang ketika selalu ingin benar, tapi menolak dikoreksi
Di bawahmu, kau anggap bodoh
Di bawahmu, kau anggap tak tahu apa - apa
Di bawahmu, kau ingin selalu dia yang merendah
Selalu ingin di atas, namun banyak kepala yang kau injak
Selalu ingin benar, interupsi pun dianggap kurang ajar
Selalu ingin menang, diberi masukan dianggap membangkang
Merasa paling tahu, diberi tahu (malah) makin sok tahu
Berkata "maaf" seakan najis untuk diucap
Mengaku salah, seakan harga diri menjadi rendah
Balik badan, balik muka, tanpa mengucap sepatah kata
Tutup mata, tutup telinga, dan merasa paling segalanya
Kau pikir yang Tua selalu benar?
Kau pikir yang Beruban selalu bijaksana?
Kau pikir bertambah usia, kedewasaan selalu mengikuti?
Kepala enam, tapi (sayang) emosi masih nyangkut di kepala dua
Ups..Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H