Mohon tunggu...
Bung Lomi
Bung Lomi Mohon Tunggu... Freelancer - Debutant Writer

Read Well, Write Well

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Cinta & Benci Menurut Empedokles

8 Oktober 2019   21:43 Diperbarui: 28 Maret 2021   13:23 751
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Empedocles, Photo by Google Images

Contoh lain dari dapur dapat menggambarkan hal yang sama.

Seandainya, aku mempunyai tepung saja, aku harus menjadi tukang sihir untuk dapat membuat kue. Namun, jika aku mempunyai telur, tepung, susu, gula, backing powder, dan lain sebagainya, aku dapat membuat bermacam - macam kue.

Salah satu kemajuan yang dicapai melalui pemikiran Empedokles adalah ketika ia menemukan bahwa udara adalah anasir tersendiri. Para filsuf sebelumnya, misalnya Anaximenes, masih mencampuradukkan udara dengan kabut.

Empedokles percaya bahwa mata terdiri dari tanah, dara, api, dan air, sebagaimana segala sesuatu di alam. Maka "tanah" di mataku melihat apa yang berunsur tanah di sekelilingku, "udara" melihat apa yang berunsur udara, "api" melihat apa yang berunsur api, dan "air" melihat apa yang berunsur air di sekelilingku.

Dan, jika mataku tidak mengandung salah satu dari keempat zat itu, aku tidak dapat meliha seluruh alam semesta.

Sangat sedikit yang diketahui tentang kehidupan Empedokles, dia dikatakan sangat kaya dan beruntung karena dukungannya terhadap orang - orang miskin , namun parah dalam menganiaya perilaku sombong para bangsawan.

Beberapa sumber menyebutkan perjalanannya ke Italia selatan, Peloponnese dan Athena. Dia membudidayakan persona publik yang agung dengan cara yang serius dan flamboyan.

Kendari demikian, menurut Empedokles ada dua prinsip yang mengatur perubahan-perubahan di dalam alam semesta, dan kedua prinsip itu berlawanan satu sama lain.

Kedua prinsip tersebut adalah Cinta (philotes) dan Benci (neikos). Cinta berfungsi menggabungkan anasir-anasir sedangkan Benci berfungsi menceraikannya.

Keduanya dilukiskan sebagai cairan halus yang meresapi semua benda lain. Atas dasar kedua prinsip tersebut, Empedokles menggolongkan kejadian-kejadian alam semesta di dalam empat zaman.

Zaman-zaman ini terus-menerus berputar; zaman pertama berlalu hingga zaman keempat lalu kembali lagi ke zaman pertama, dan seterusnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun