Mohon tunggu...
Bung Lomi
Bung Lomi Mohon Tunggu... Freelancer - Debutant Writer

Read Well, Write Well

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Cinta & Benci Menurut Empedokles

8 Oktober 2019   21:43 Diperbarui: 28 Maret 2021   13:23 751
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Empedocles, Photo by Google Images

Asingkah di telinga kita, ketika mendengar kata tentang Cinta dan Benci? Sepertinya tidak ya, karena perasaan ini hampir selalu "mampir" atau "singgah" dalam kehidupan kita. Tapi apakah lumrah, di telinga kita ketika mendengar kata Empedokles? Saya rasa masih sedikit asing di telinga kita. Di tulisan kali ini, mari kita berkenalan dengan sang filsuf Empedokles, beserta pemikirannya.

Empedokles, adalah seorang filsuf Yunani Pra-Socrates, yang dianggap sebagai anggota di sekolah pluralis yang kurang terdefinisi dengan baik, karena dia merasa eklektik (memilih dari yang terbaik) dalam setiap pemikirannya.

Empedokles lahir sekitar tahun 490SM di Acragas, sebuah koloni Yunani di Sisilia. Ia lahir dari keluarga yang cukup terhormat dan aristokrat (orang dari golongan bangsawan). Ayahnya, Meto tampaknya telah berperan dalam menggulingkan Thrasydaeus, tiran Agrigentum pada tahun 470SM.

Dia mungkin dikenal sebagai pencetus Teori Kosmogenik dari empat elemen klasik dunia, yaitu Bumi, Udara, Api, dan Air.

Empedokles mengatakan bahwa sesungguhnya di dunia ini tidak ada sesuatu yang baru. Alam semesta dibentuk oleh empat unsur (rizomata) yaitu api, udara, tanah, dan air. Keempat anasir ini dapat dijumpai di seluruh alam semesta dan memiiki sifat-sifat yang saling berlawanan.

  • Api dikaitkan dengan yang panas 
  • Udara dengan yang dingin 
  • Tanah dikaitkan dengan yang kering 
  • Air dikaitkan dengan yang basah

Empedokles berpendapat bahwa semua anasir memiliki kuantitas yang persis sama. Anasir sendiri tidak berubah, sehingga, misalnya, tanah tidak dapat menjadi air.

Semua proses alam disebabkan oleh menyatu atau terpisahnya keempat unsur ini. Sebab, semua benda merupakan campuran dari tanah, udara, api, dan air tetapi dalam proporsi yang beragam.

Jika sekuntum bunga atau seekor binatang mati, katanya kempat unsur itu terpisah lagi. Kita dapat mengamati perubahan - perubahan ini dengan mata telanjang. Namun tanah, udara, api, dan air tetap abadi bahkan "tak tersentuh" oleh semua campuran yang ada di dalamnya.

Kitapun dapat membuat perbandingan dengan sebuah lukisan.

Jika seorang pelukis mempunai satu warna saja - yaitu merah - dia tidak dapat melukis pepohonan yang hijau. Namun, jika dia mempunyai warna kuning, merah, biru, dan hitam dia dapat melukis ratusan warna yang berbeda, dengan cara dia mencampur warna - warna itu dengan takaran yang berbeda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun