Mohon tunggu...
Bung Lomi
Bung Lomi Mohon Tunggu... Freelancer - Debutant Writer

Read Well, Write Well

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Tuhan, Maaf Aku MenghinaMu

5 September 2019   22:56 Diperbarui: 5 September 2019   23:35 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Shane Rounce on Unsplash

Spontan kujawab "bukankah semua orang (termasuk diriku) kelak akan meninggal?" Faktanya memang begitu bukan? Tapi dari pertanyaan itu muncul lagi pertanyaan lanjutan, "Apakah aku siap?" nyatanya jawaban spontan tadi tidak semudah dengan kesiapanku bila kelak itu terjadi padaku.

Belakangan ini orang yang kukasihi (kekasihku) baru saja ditinggal oleh mendiang adiknya. Tak ada yang meduga bahwa adiknya pergi pada saat tertidur sedari malam hari. Dan dia pun mengaku padaku bahwa hal ini tidak pernah mudah untuk dijalani olehnya, dan tentu dia pun tidak siap dengan kehilangan mendiang adik tersayangnya.

Kejadian yang sama pun sempat menimpaku belakangan ini, namun bukan kehilangan orang - orang terkasihku. Tapi barang penting bagiku yang hilang (Laptop dan Handphone), aku tak meduga bahwa kedua kedua barang itu akan hilang secara beruntun. Di mana Laptop hilang saat di kereta selang sebulan kemudian Handphone ku dijambret oleh dua orang, dan sialnya aku tak berhasil mengejarnya. Dan (lagi) kejadian yang menimpaku ini tidak pernah siap bagiku untuk menerimanya, tapi Life Must Go On bukan?

3. Jika hari esok kau tidak memiliki makanan bagaimana?

Photo by Shane Rounce on Unsplash
Photo by Shane Rounce on Unsplash

"YA PUASA AJA LAH, RIBET AMAT?" jawaban spontan kembali muncul di otakku. Memang tidak ada yang salah dengan berpuasa. Tapi ada perbedaan di sini, Puasa itu karena kita menahan nafsu untuk makan dan minum namun makanannya itu ada, tinggal menunggu waktu untuk berbuka saja baru menyantapnya. Bagaimana kalau aku dapati memang hari esok tidak ada makanan sama sekali untuk kumakan?

Lagi - lagi pertanyaan lanjutan "bisakah kau tetap mengucap syukur?" nyatanya mengucap syukur itu tidak mudah bagiku terutama di saat - saat terpuruk. Apakah kau begitu juga kawan?

4. Jika kau hidup tanpa uang esok hari, bisakah kau bahagia?

Photo by Vitaly Taranov on Unsplash
Photo by Vitaly Taranov on Unsplash

Ada sebuah kutipan terkenal yang pernah kubaca "Uang tidak bisa membeli kebahagiaan". Pada momen tertentu kurasa itu memang benar dan aku setuju, tapi ada lagi cuita yag bilang "uang tidak bisa membeli segalanya, tapi segalanya butuh uang". Rasanya seperti lingkaran setan bukan?

Benar bahwa banyaknya uang bukan indikator kebahagiaan, justru dengan banyak uang bisa membuat kita takut kalau sewaktu - waktu ada maling yang mengambil uang kita. Tapi bagaimana kalau uang sama sekali tidak kita miliki, sulit juga bukan?

Pertanyaan - pertanyaan tersebut selalu muncul di kepalaku hampir setiap malam yang mana bila itu muncul tak jarang membuatku cemas juga khawatir yang berlebihan. Dan tak jarang aku hampir stres lantaran terlalu memikirkan pertanyaan tadi.

Tiba - tiba aku ingat dengan perkataan Sudjiwo Tedjo 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun