Mohon tunggu...
Gibran Hairudin
Gibran Hairudin Mohon Tunggu... Lainnya - Pemula dalam menulis

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pandemi dan Tergerusnya Empati

1 Mei 2020   13:15 Diperbarui: 1 Mei 2020   13:33 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di tengah pandemi ini juga kita sering dikejutkan dengan beberapa masalah sosial yang terjadi akibat pengaruh virus corona. Penolakan untuk pemakaman dan penolakan tempat untuk  karantina bagi korban atau pasien virus corona kerap terjadi di beberapa daerah. 

Betapa tergerusnya sikap empati ditandai juga dengan munculnya stigma sosial berujung diskriminasi yang sering ditujukan kepada orang-orang dari zona merah atau pasien yang terkonfirmasi terdampak virus corona.

Tempat khusus untuk karantina bagi pemudik atau orang yang dari zona merah  bertujuan untuk mencegah peningkatan risiko penularan dan dilakukan pengawasan secara intens oleh petugas medis. Namun, entah Kurangnya sosialisasi dari pemerintah setempat atau pure kecemasan dari masyarakat setempat sehingga sering terjadi penolakan.

Dan juga sungguh menyayat hati tatkala jenazah korban virus corona yang hendak dikuburkan sedikit dipersulit akibat penolakan warga yang tidak terima adanya penguburan tersebut. Walaupun penguburan sudah dilakukan dengan protokol kesehatan yang telah ditetapkan tetap saja ketakutan para warga terlalu besar.

Mengenai kerap munculnya stigma sosial, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun menyerukan agar masyarakat tidak memberikan stigma terkait COVID-19. WHO meminta agar masyarakat menghindari penggunaan istilah tertentu yang memiliki arti negatif.

Stigma terkait covid-19 pada umumnya ada karena minimnya informasi mengenai pandemi. Hal ini bisa saja membuat kepanikan semakin meluas dan merugikan seseorang yang terjangkit virus corona. Sungguh berat juga apabila di tengah pandemi ini kita harus melawan kepanikan massal.

Kunci untuk memutus rantai penyebaran virus ini adalah masyarakat. Di tengah masyarakat virus menyebar. Namun, di tengah masyarakat juga virus bisa dikalahkan.

Sikap memberikan stigma yang berujung diskriminasi adalah energi negatif. Jangan lagi dipancarkan di saat semua elemen masyarakat bahu membahu melawan wabah virus corona. Sikap empati dan peduli kemanusiaan harus di atas segala-galanya pada masa pandemi sekarang ini. Renungkan lagi budaya asli Indonesia yang diejawantahkan dalam Pancasila; Gotong Royong. 

Semoga kita lebih Humanis dalam menerima korban maupun pasien yang terjangkit virus corona dan tidak mudah  menerima stigma atau istilah tertentu yang memiliki arti negatif serta mendiskriminasi daerah atau orang yang terjangkit virus corona.

Stay Safe!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun