Mohon tunggu...
Galih Andreanto
Galih Andreanto Mohon Tunggu... -

pejuang pemikir - pemikir pejuang

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mengembalikan Visi Kedaulatan Pangan (2)

23 September 2012   13:16 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:51 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Rata-rata

118,03%

Sumber : Bank Indonesia, 2010

Sejak masa pemerintahan SBY tahun 2004 hingga dengan tahun 2009 impor pangan Indonesia terus meningkat. Paling tidak 16 komponen pangan utama mengalami peningkatan impor antara 35 % sampai dengan 331 % dengan rata-rata 118,3 persen dalam kurun waktu lima tahun. Impor terbesar adalah Buah-Buahan dan Sayur-Sayuran (USD 584,079 juta), Gandum dan Olahan Gandum (USD 556,911 juta), Gula, Olahan Gula, dan Madu (USD 372,956 juta), Binatang hidup (USD 312,256 juta) dan Daging dan Olahan Daging (USD 217,477 juta).

Kecenderungan meningkatnya impor pangan tersebut sejalan dengan agenda liberalisasi perdagangan yang dilakukan pemerintah dalam kerangka ASEAN Free Trade Area melalui penghapusan tariff bea masuk impor barang-barang diantara anggota ASEAN dan kesepakatan Free Trade Agreement antara ASEAN dengan negara dan kawasan lainnya di dunia, seperti ASEAN China, ASEAN India, ASEAN Australia Newzealand yang menyebabkan impor pangan semakin deras masuk ke ASEAN termasuk ke Indonesia.

Anehnya impor pangan ke Indonesia dilakukan oleh negara-negara yang tergolong jauh lebih maju dalam mengembangkan industrinya, seperti China, Jepang, Australia dan bahkan dari Eropa. Padahal posisi Indonesia adalah Negara agraris dimana sebagian besar masyarakatnya masih menggantungkan hidupnya dari sektor pertanian. Dengan demikian impor pangan tidak hanya merugikan devisa negara akan tetapi secara langsung menghilangkan pasar produk pertanian lokal dan dindustri lokal, yang berarti juga menghilangkan pekerjaan dan pendapatan rakyat indonesia.

12. Kontradiksi 2 Konsep

Apa dan bagaimana kedua konsep ini? Mana yang lebih baik dan menguntungkan bagi masyarakat? Kelangsungan pangan yang sehat? Bagaimana aspek-aspek produksi? Aspek ekonomi, perdagangan, politik pangan, kesejahteraan petani? Untuk lebih dalam mengkaji hal ini, dan mana yang paling baik untuk diterapkan perlu melihat seperti apa sisi perbedaan kedua konsep tersebut dalam tabel di bawah ini:

Sumber: Diadaptasi dan dikembangkan dari Peter Rosset, Food Sovereignty: Global Rallying Cry of Farmer Movement, Backgrounder, Vol. 9 Num. 4, 2003

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun