Mohon tunggu...
Eko Nurhuda
Eko Nurhuda Mohon Tunggu... Penulis - Pekerja Serabutan

Peminat sejarah dan penikmat sepak bola yang sedang belajar berkebun di desa transmigrasi. Tulisannya pernah dimuat di Tabloid BOLA, BOLAVaganza, FourFourTwo Indonesia, detikSport, juga Jambi Ekspres, Telusuri.id dan Mojok.co. Sempat pula menelurkan beberapa buku seputar blog-internet, juga menulis cerita silat di aplikasi novel online.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Rekam Jejak Patrick Kluivert, Bakal Calon Pelatih Baru Indonesia

7 Januari 2025   18:21 Diperbarui: 9 Januari 2025   15:10 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Netizen boleh saja mencela, tetapi Patrick Kluivert punya rekam jejak yang boleh diadu. (FOTO: via Tribun Jogja)

Pemecatan Shin Tae-yong membuat dunia maya gempar. Netizen ramai-ramai menyuarakan kekecewaan, sampai-sampai mencela dan menjelek-jelekkan calon pelatih baru timnas Indonesia. Padahal, rekam jejak Patrick Kluivert tidak bisa dibilang jelek.

Jika kita menilik linimasa media sosial, netizen lebih suka membuka borok Kluivert sebagai pribadi. Tindakan yang sangat disayangkan karena yang diserang bersifat personal alias ad hominem, serta jauh dari pembahasan terkait sepak bola. 

Yang lebih saya sayangkan lagi, sejumlah jurnalis populer--beberapa merupakan juru warta media nasional ternama, ikut-ikutan dalam arus ini. Misalnya dengan mengunggah tangkapan layar pemberitaan miring mengenai pribadi Kluivert.

Ketika ada netizen lain yang mengingatkan untuk tidak mengorek-korek masa lalu orang, dijawab itu karena memang tidak ada hal positif dari sosok Kluivert. Jawaban yang menunjukkan keengganan mencari tahu sesuatu hal secara menyeluruh, melainkan hanya yang dapat memuaskan ego.

Padahal dengan googling sedikit saja dapat ditemukan rekam jejak Kluivert sebagai pelatih. Tersedia banyak bahan untuk dijadikan bahan diskusi mengenai tepat-tidaknya ia dengan kebutuhan timnas. Bukan alih-alih menggunjingkan hal-hal personal yang bahkan bukan merupakan sebuah aksi kejahatan.

Jadi, bagaimana sebenarnya rekam jejak seorang Patrick Kluivert sebagai pelatih?

Dari Asisten, Lalu Manajer

Karier kepelatihan Patrick Kluivert dimulai setelah masa-masa bermainnya yang gemilang bersama klub-klub top Eropa. Sebutlah Ajax Amsterdam dan Barcelona, serta tim nasional Belanda di ajang Euro dan Piala Dunia.

Kluivert mengawali karier manajerial sebagai asisten Louis van Gaal di AZ Alkmaar. Di klub ini ia ditugasi melatih para penyerang selama musim 2008-10.

Salah satu buah didikan Kluivert adalah mencuatnya nama Mounir El Hamdaoui sebagai top scorer Eredivisie musim 2008-09. AZ sendiri keluar sebagai juara Eredivisie, titel kedua sejak yang terakhir diraih pada 1980-81.

Setelah itu Kluivert sempat sebentar menjadi asisten Ange Postecosglu di Brisbane Roar. Sebelum kemudian kembali ke Belanda untuk mengasisteni Wiljan Vloet di NEC Nijmegen.

Begitu Vloet pindah ke Sparta Rotterdam di akhir musim 2010-11, Kluivert ikut pergi. Kali ini ia naik pangkat menjadi manajer penuh, sekalipun masih di tingkat tim junior: Jong Twente.

Di akademi FC Twente ini, Kluivert bertanggung jawab atas tim muda dan tim cadangan. Racikan strateginya membawa Jong Twente meraih gelar juara nasional di liga cadangan Belanda, yang dikenal sebagai Beloften Eredivisie.

Jadi, kalau ada yang bilang Kluivert pelatih nirgelar, tidak sepenuhnya benar. Setidak-tidaknya ia pernah menjuarai Eredivisie versi skuat reserve. Sama seperti Indra Sjafri yang punya koleksi trofi Piala AFF junior.

Mungkin bakal ada yang merendahkan gelar tersebut, menyebutnya sebagai Piala Ciki sebagaimana Piala AFF. Namun bagaimanapun ini sebuah pencapaian yang menunjukkan kemampuan Kluivert dalam meracik strategi dan mengembangkan bakat-bakat muda.

Legacy di Curacao

Agustus 2012, Kluivert kembali ditunjuk Van Gaal sebagai asisten. Kali ini di level timnas, yakni manakala Belanda melakoni Kualifikasi Piala Dunia 2014.

Hasil duet senior-junior ini mengantarkan Belanda ke Brazil dengan rekor mentereng: tak terkalahkan selama kualifikasi dan hanya imbang sekali. Catatan apik yang dilanjutkan di putaran final, dengan menyapu bersih semua lawan untuk melaju hingga semifinal.

Di semifinal pun sebetulnya Belanda tak terkalahkan. Arjen Robben en vrienden bermain sama kuat 0-0 hingga 120 menit, tetapi harus menyerah di babak adu penalti dari Lionel Messi, dkk.

Peran di timnas Belanda sangat penting bagi perkembangan manajerial Kluivert. Bekerja dengan salah satu manajer yang paling dihormati di dunia sepak bola, di ajang paling tinggi sedunia, tentulah merupakan pengalaman sangat berharga.

Selepas Piala Dunia 2014, Kluivert menerima tawaran menjadi pelatih tim nasional Curacao. Ia dikontrak dengan target lolos ke Piala Dunia 2018, sebuah misi mustahil mengingat bagaimana kondisi sepak bola Curacao saat itu.

Sama halnya Shin Tae-yong di Indonesia, Kluivert menerima tantangan ini dengan cara mendatangkan pemain-pemain berdarah Curacao yang merumput di Eropa. Hasilnya, nama-nama seperti Leandro Bacuna dan kiper Eloy Room bersedia merapat.

Kluivert memang gagal membawa Curacao ke Piala Dunia 2018. Langkah mereka terhenti di putaran ketiga usai kalah dari tim kuat El Salvador. Namun dalam perjalanan tersebut mereka mencatatkan sejumlah pencapaian bersejarah.

Mencapai putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia saja sudah merupakan sejarah pertama bagi Curacao. Terlebih Eloy Room, cs. membuat kejutan dengan menyingkirkan Kuba, tim tradisional Concacaf, di Putaran Kedua.

Gagal di Kualifikasi Piala Dunia, Kluivert membalas di Kualifikasi Piala Karibia 2017 yang juga menentukan partisipasi di Piala Emas Concacaf. Hasilnya, pria keturunan campuran Suriname-Curacao ini sukses meloloskan timnya ke dua kompetisi tersebut.

Khusus untuk Piala Emas Concacaf, catatan Kluivert merupakan yang pertama dalam sejarah Curacao. Namun jika cakupannya diperluas menjadi kompetisi kontinental sebelum era Piala Emas, ini menjadi partisipasi pertama setelah absen selama 40 tahun.

Di media sosial banyak yang mengutip ungkapan kekecewaan satu-dua orang Curacao atas kinerja Kluivert. Namun sejarah mencatat, berkat tangan dinginnyalah Curacao kembali ke level kontinental setelah tertidur nyaris setengah abad lamanya.

Dipecat Federasi Curacao?

Isu miring tentang Kluivert juga diikuti sebuah kabar hoaks: Kluivert pernah dipecat oleh Curacao. Tidak cuma satu akun yang percaya kabar menyesatkan yang entah dari mana asal-usulnya ini.

Padahal yang sebenarnya terjadi adalah, Kluivert mengundurkan diri dari posisinya sebagai pelatih Curacao. Posisinya lantas digantikan oleh Remko Bicentini, mantan asistennya.

Kluivert meninggalkan Curacao karena mendapat tawaran menangani tim junior Ajax Amsterdam. Namun tak lama kemudian tawaran sebagai direktur teknik diberikan oleh Paris Saint Germain, sebuah kesempatan yang tidak ia sia-siakan.

Agustus 2018, Kluivert menerima ajakan Clarence Seedorf untuk menjadi asisten pelatih timnas Kamerun. Mereka berdua diberi target tinggi: mempertahankan gelar juara Piala Afrika pada gelaran tahun 2019, menembus Piala Afrika edisi 2021, serta melaju ke putaran final Piala Dunia 2022.

Duet Belanda tersebut mengawali kiprah dengan baik. Kamerun dibawa melaju ke fase gugur Piala Afrika 2019 sebagai runner-up Grup F dengan rekor tak terkalahkan.

Sayang, meskipun sempat unggul 2-1 pada babak pertama, Kamerun tersingkir di 16 besar usai Kamerun comeback dan berbalik menang 3-2. Kegagalan ini membuat Seedorf dipecat, sehingga Kluivert pun turut kehilangan posisi.

Hanya beberapa hari usai meninggalkan Kamerun, Kluivert mendapat posisi sebagai direktur akademi Barcelona. Peran ini ia jalani hingga kontraknya berakhir pada Juni 2021.

Di antara itu, pada Mei 2021 Kluivert diminta menjadi pelatih interim Curacao. Adalah Van Gaal yang merekomendasikan namanya kepada federasi, sementara sang juru taktik sesungguhnya menjalani pemulihan usai terserang wabah Covid-19.

Kala itu Curacao sedang bersiap-siap menuju Piala Emas Concacaf 2021. Akan tetapi wabah kian meluas sehingga federasi memutuskan untuk menarik tim dari turnamen.

Awal musim 2023-24, klub Turkiye Adana Demirspor mengikat Kluivert sebagai manajer baru dengan kontrak berdurasi 2 tahun. Namun kedua belah pihak sepakat memutus kerja sama pada 4 Desember 2023.

Momen Menepis Keraguan

Meski belum diumumkan secara resmi, indikasi penunjukan Kluivert sebagai pelatih baru timnas Indonesia semakin kuat. Momentum yang menurut saya harus dimaksimalkan olehnya untuk menepis segala keraguan.

Toh, Kluivert punya modal besar. Perjalanan kariernya menunjukkan perkembangan dari peran asisten, mengelola tim junior, hingga memimpin tim nasional, yang mencerminkan reputasi dan pengalamannya yang terus berkembang dalam manajemen sepak bola.

Lalu reputasi dalam karier sebagai pemain, sebagai seorang penyerang kelas atas, turut memberikan tambahan sisi positif. Dengan harapan bahwa pengetahuan taktis dan kepemimpinannya dapat diterjemahkan ke dalam kesuksesan di dunia kepelatihan.

Soal ia terlilit utang gara-gara judi, bukan ranah kita untuk mengurusi apalagi menghakimi. Terlebih judi adalah perkara legal di Belanda juga kebanyakan negara Eropa, serta memiliki utang juga bukan tindakan kriminal atau dosa besar.

Coba deh jujur, siapa dari kita yang tidak pernah punya utang selama hidup? Yang salah dan berdosa itu kalau punya utang, tetapi tidak mau melunasi.

Lalu soal ia dituding menerima tawaran karena sedang menganggur, ya apa salahnya? Toh, kalau diingat-ingat lagi Shin Tae-yong juga tengah berstatus pengangguran saat dulu ditawari PSSI melatih Indonesia U20. Sama saja, kan?

Malah kalau Kluivert menganggur selama sekitar 12 bulan--dari 4 Desember 2023 ke 12 Januari 2025, STY menganggur lebih lama. Yakni sejak dipecat usai Piala Dunia 2018, sampai kemudian teken kontrak dengan Indonesia pada Desember 2020.

Kluivert nirgelar? Setidaknya ia adalah bagian dari tim kepelatihan AZ Alkmaar yang menjuarai Eredivisie 2008-09. Salah satu striker didikannya menjadi top scorer pula. Ayo, coba dibanding-bandingkan lagi.

Melihat keriuhan di media sosial, tekanan akan langsung dirasakan oleh Kluivert begitu menggelar konferensi pers. Tidak ada yang bisa ia lakukan untuk meng-counter semua itu, kecuali memberikan bukti bahwa ia memang layak menggantikan Shin Tae-yong.

Caranya? Tentu dengan mencapai target yang telah ditetapkan PSSI, yakni lolos ke Piala Dunia 2026.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun