Sebagai informasi bagi yang belum tahu, wilayah Muaro Jambi memang melingkungi Kota Jambi seluruhnya. Membuat Kota Jambi seakan-akan sebuah exclave, serta sering dianekdotkan sebagai kuning telur dengan Muaro Jambi putih telurnya.
Bagi warga di kawasan transmigrasi Sei Bahar seperti saya, harus "menyeberangi" Kota Jambi terlebih dahulu untuk mencapai ibukota kabupaten di Sengeti. Kata "menyeberangi" tadi bisa juga diartikan secara literal, sebab dalam perjalanannya memang melintasi Jembatan Aur Duri yang membelah Sungai Batang Hari.
Untungnya, seluruh keempat cawabup Muaro Jambi masih warga lokal. Tak cuma menyumbang satu suara, mereka menjadi motor penggerak kemenangan di TPS tempat mencoblos, bahkan memenangkan seluruh desa dan kecamatan.
Misalnya cawabup nomor urut 4, Junaidi Mahir. Ketua DPD Partai Persatuan Indonesia Muaro Jambi ini menyalurkan hak suara di TPS 03 Jambi Kecil, Kecamatan Maro Sebo.
Di TPS tersebut, pasangan Bambang Bayu Suseno-Junaidi Mahir menang telak. Mereka meraup 297 dari 401 suara yang masuk, hanya menyisakan 105 suara untuk dibagi-bagi tiga paslon lain.
Lebih jauh, BBS-Jun unggul telak di Jambi Kecil dengan perolehan 1.383 dari total 1.827 suara di tingkat desa. Mereka juga menang besar di Kecamatan Maro Sebo dengan raihan 48,18% alias meraup nyaris separuh total suara masuk.
Elektabilitas di Atas Potensi Putra Daerah
Di Kota Batu, hal sama terjadi. Pasangan Kris Dayanti-Kresna Dewanata sama-sama ber-KTP luar daerah, sehingga tidak bisa memberikan suara untuk diri mereka sendiri dalam Pilkada.
Krisdayanti memang aslinya berasal dari Kota Batu, tetapi sudah sejak lama pindah domisili menyusul perkembangan karier menyanyinya di ibukota. Sedangkan Kresna masih memegang KTP Kabupaten Malang.
Firhando Gumelar yang menjadi pesaing Kris Dayanti sebetulnya juga warga luar daerah, tepatnya Surabaya. Namun calon walikota yang akrab dipanggil Mas Gum ini mengurus surat pindah memilih, sehingga dapat menyalurkan hak suara di Kota Batu sekalipun hanya boleh mencoblos surat suara pemilihan gubernur.
Di Pemalang pun demikian. Cabup nomor urut 1 Vicky Prasetyo merupakan warga Kota Bekasi, Jawa Barat, dibuktikan dari nomor induk kependudukannya yang berkode awal 327504. Sementara cawabupnya, Mochamad Suwendi, adalah warga Kabupaten Tegal.
Dari sedikit contoh di atas, di mata saya fenomena kandidat kepala daerah berasal dari luar daerah membuktikan satu hal. Bagi partai politik pengusung pasangan calon, faktor elektabilitas adalah hal paling utama di atas lain-lainnya.