Mohon tunggu...
Eko Nurhuda
Eko Nurhuda Mohon Tunggu... Penulis - Pekerja Serabutan

Peminat sejarah dan penikmat sepak bola yang sedang belajar berkebun di desa transmigrasi. Tulisannya pernah dimuat di Tabloid BOLA, BOLAVaganza, FourFourTwo Indonesia, detikSport, juga Jambi Ekspres, Telusuri.id dan Mojok.co. Sempat pula menelurkan beberapa buku seputar blog-internet, juga menulis cerita silat di aplikasi novel online.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Mengembalikan Indonesia dalam Daftar Top Scorer Piala AFF

26 November 2024   17:33 Diperbarui: 26 November 2024   23:21 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Piala AFF 2024 sudah di depan mata. Boleh saja PSSI tidak menargetkan gelar juara, tetapi setidaknya kembalikanlah nama Indonesia ke dalam daftar top scorer kompetisi seperti pernah terjadi sebelum-sebelumnya.

Siapa-siapa saja pemain yang bakal memperkuat Indonesia telah ditetapkan pelatih Shin Tae-yong. Menilik nama-namanya, kebanyakan pemain berusia 21 tahun ke bawah. Maka, bolehlah dibilang ini sebenarnya tim Indonesia U22.

Dari 33 nama yang beredar di media, Asnawi Mangkualam menjadi pemain paling senior dengan usia 25 tahun. Lalu di tempat kedua ada nama Pratama Arhan yang berusia 22 tahun.

Selebihnya adalah pemain-pemain berusia 21 tahun ke bawah. Rinciannya adalah 14 pemain berusia 21 tahun, 11 pemain berusia 20 tahun, 3 pemain berusia 19 tahun, 2 pemain berusia 18 tahun, serta seorang pemain berusia 17 tahun.

Satu-satunya si sweet seventeen itu adalah Arkhan Kaka. Pemain kelahiran Blitar tersebut melengkapi kariernya di timnas setelah sempat memperkuat tim U16, U17 dan U20.

Konon, kebijakan memakai pemain muda ini atas saran PSSI yang ingin menjadikan Piala AFF--kini bernama ASEAN Championship--sebagai ajang pembinaan bagi pemain muda Indonesia. Terlebih tahun depan ada perhelatan Piala Asia U20 dan SEA Games.

Sebuah kebijakan yang agak mengherankan bagi saya, sebab AFF juga punya kompetisi kelompok usia mulai dari Piala AFF U16 hingga Piala AFF U23. Kenapa tidak memaksimalkan jalur itu untuk skuat muda?

Terlebih saat disebut kebijakan ini sebagai persiapan menjelang SEA Games 2025. Alasan yang terkesan memaksa, sebab ajang multisport tersebut masih berselang tepat 12 bulan lagi (7-19 Desember 2025).

Apapun itu, semoga saja apa yang direncanakan PSSI berbuah manis. Jika gelar juara dianggap tidak penting, saya hanya menginginkan kembalinya nama pemain Indonesia ke dalam daftar top scorer.

Kerap Absen Sejak 2012

Nama pemain Indonesia menghilang dari daftar pencetak gol terbanyak Piala AFF sejak 2018. Artinya, sudah tiga edisi terakhir timnas kesayangan kita tidak hanya gagal juara, tetapi juga kurang produktif di kotak penalti lawan.

Piala AFF 2016 menjadi kali terakhir ada nama pemain Indonesia dalam daftar top scorer. Itupun Boaz Solossa hanya menempati peringkat kedua bersama-sama Safiq Rahim (Malaysia) dengan koleksi ... 3 gol.

Jumlah tersebut cuma separuh dari total gol yang dicetak Teraseel Dangda sepanjang turnamen. Penyerang Thailand tersebut mengemas 6 gol dan mengantar negaranya meraih trofi.

Sebelum itu, pemain Indonesia juga tak bisa mengemas lebih dari 3 gol pada edisi 2012 dan 2014. Rekor yang sedikit memalukan karena kalah subur dari negara-negara lebih lemah seperti Kamboja dan Myanmar, masing-masing mencatatkan Chan Vathanaka dan Kyi Lin dengan torehan 4 gol.

Pada edisi 2010, tahun di mana Indonesia mencapai partai final dan berpeluang besar menjadi juara, hanya ada nama Cristian Gonzales dalam daftar pemain tersubur dengan koleksi 3 gol. Raihan sama dicatatkan Budi Sudarsono pada perhelatan sebelumnya di 2008.

Selain itu, per Piala AFF 2010 tak ada lagi pemain Indonesia yang mampu mencetak lebih dari 3 gol dalam satu perhelatan. Catatan yang terakhir kali dibuat Budi Sudarsono dengan koleksi 4 gol pada 2006.

Ini jelas sebuah kemunduran besar dibandingkan turnamen-turnamen sebelumnya, di mana penyerang-penyerang Indonesia kerap bertengger sebagai top scorer. Misalnya Ilham Jaya Kesuma (7 gol) pada Piala AFF 2004, Bambang Pamungkas (8 gol) pada Piala AFF 2002, Gendut Dony Christiawan (5 gol) pada 2000, dan Kurniawan Dwi Yulianto (7 gol) pada edisi perdana di tahun 1996.

Kala itu Indonesia bahkan tak cuma menempatkan seorang pemain dalam 3 besar top scorer. Misalnya pada 2004 yang diisi Ilham dan Achmad Jufriyanto (4 gol), serta edisi 2002 yang diisi Bepe dan Kurniawan (5 gol).

Pembuktian STY

Untuk urusan ketajaman, dalam tiga edisi terakhir pemain Indonesia kalah dari penggawa Thailand, Vietnam, dan Malaysia. Penyerang ketiga negara itulah yang mendominasi daftar top scorer Piala AFF sejak 2018.

Hal ini tidak boleh lagi terulang pada Piala AFF 2024. Selain merupakan kesempatan ketiga Shin Tae-yong memimpin di ajang ini, bukankah pelatih asal Republik Korea tersebut pernah berkata di media bahwa Indonesia telah berada di level Asia?

Memakai asas jam terbang, pencapaian STY seharusnya lebih baik pada kesempatan ketiganya ini. Memasukkan faktor skuad yang rata-rata berusia muda, sejelek-jeleknya ia musti bisa membawa Indonesia mencapai semifinal seperti Piala AFF 2022.

Ya, bare minimum Indonesia di ajang Piala AFF adalah mencapai semifinal. Saya rela timnas lagi-lagi tidak keluar sebagai juara, sepanjang STY tidak mentok di fase grup dan bisa menempatkan nama pemainnya di dalam daftar top scorer.

Ini bukan tuntutan, melainkan permintaan kepada STY untuk membuktikan ucapannya sendiri. Jika memang level Indonesia bukan lagi Asia Tenggara, melainkan Asia, buktikan dengan memperlihatkan bahwa tim asuhannya tidak kesulitan mencetak gol di Piala AFF yang sebagian besar kontestannya, seperti kata netizen, tim kroco level ASEAN.

Tidak mampu dan beralasan skuadnya mayoritas berusia muda? Lha, kenapa menurut saja ketika diminta membawa tim muda? Bukankah STY sebagai pelatih mempunyai wewenang penuh dalam menentukan komposisi skuad?

Lagipula, Kurniawan baru berusia 20 tahun ketika menjadi top scorer Piala AFF 1996. Gendut Doni juga baru berusia 21 tahun ketika memuncaki daftar pencetak gol terbanyak Piala AFF 2000.

Pemain Indonesia yang meraih sepatu emas Piala AFF dalam usia paling tua adalah Bambang. Itupun usianya baru 22 tahun kala menjadi top scorer Piala AFF 2002.

Pendek kata, Shin Tae-yong tak bisa menjadikan faktor usia sebagai alasan jika kelak gagal menempatkan pemain-pemain pilihannya dalam daftar pemain tersubur di Piala AFF 2024.

Kalau Danurwindo (1996) dan Nandar Iskandar (2000) yang merupakan pelatih lokal saja bisa melakukannya, masa iya seorang Shin Tae-yong dengan atribut pelatih Piala Dunia tak mampu? Ingat, ini cuma kompetisi regional yang dikata-katai sebagai Piala Chiki oleh fans garis keras STY sendiri.

Jadi, satu kata: buktikan!

Talang Datar, 26 November 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun