Di tengah perdebatan mengenai masa depan Shin Tae-yong, ternyata masih ada saja misinformasi tentang pencapaiannya yang beredar di dunia maya. Salah satunya klaim bahwa baru dialah yang sukses mengantar Indonesia ke Putaran Ketiga Kualifikasi Piala Dunia.
Netizen benar-benar tengah terbelah saat ini. Keadaan yang membuat kolom komentar setiap unggahan terkait timnas dan Shin Tae-yong dipenuhi debat, bahkan saling ejek antara kubu yang pro #styout dengan yang kontra.
Di antara sekian materi pembelaan kubu pembela #stystay, ada satu yang begitu sering disebut-sebut. Ya, "fakta" bahwa baru STY yang bisa membawa timnas Indonesia ke Putaran Ketiga Kualifikasi Piala Dunia.
Dengan kata lain, Indonesia baru sekali ini mencapai Putaran Ketiga Kualifikasi Piala Dunia. Kerap ditambahkan pula, ini merupakan pencapaian terjauh timnas kita sepanjang mengikuti kualifikasi turnamen sepak bola sejagat.
Hal inilah yang dijadikan dasar argumen oleh pembela STY kalau tidak seharusnya si pelatih dipecat. PSSI tidak tahu terima kasih kalau sampai memecat sosok yang telah memberikan satu rekor baru bagi timnas.
Pertanyaannya, benarkah demikian?
Sayangnya tidak. Itu sebabnya saya beri tanda kutip pada kata 'fakta' di atas tadi, sebab pada kenyataannya ini memang bukan kali pertama Indonesia melaju hingga Putaran Ketiga dalam Kualifikasi Piala Dunia Zona Asia. Pun ini bukanlah pencapaian terjauh sepanjang sejarah sepak bola kita.
Sudah Dua Kali
Mari kita kupas fakta sebenarnya satu-satu. Pertama, misinformasi soal "Indonesia baru sekali ini mencapai Putaran Ketiga Kualifikasi Piala Dunia".
Kalau masih ingat kisah kelam pembantaian 10-0 oleh Bahrain di tahun 2012, laga itu juga terjadi di Putaran Ketiga Kualifikasi Piala Dunia, lo. Tepatnya adalah Kualifikasi Piala Dunia 2014 yang putaran finalnya dihelat di Brazil.
Kalau tidak percaya sama saya, cari saja berita-berita lawas maupun artikel penulis lain yang lebih kredibel mengenai kejadian tersebut. Yakinlah, semuanya akan menerangkan demikian. Bahwa partai Bahrain vs Indonesia yang berlangsung di Bahrain National Stadium, 29 Februari 2012, tersebut merupakan matchday terakhir Grup E di Putaran Ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2014.
Sebagai informasi, AFC telah menerapkan format empat putaran dalam Kualifikasi Piala Dunia Zona Asia sejak tahun 2003. Sebelumnya, pada Kualifikasi Piala Dunia 2002 hanya ada dua putaran plus satu babak play-off.
Sama seperti sekarang, dulu juga negara-negara di urutan teratas rangking FIFA terbaru langsung bye ke putaran selanjutnya. Sedangkan yang berperingkat rendah-rendah harus berjuang dari putaran pertama.
Satu yang menjadi pembeda, hingga Kualifikasi Piala Dunia 2014 format Putaran Kedua masih berupa pertandingan kandang-tandang, bukan berupa grup bersistem round robin. Format baru seperti sekarang diterapkan sejak Kualifikasi Piala Dunia 2018.Â
Nah, di Kualifikasi Piala Dunia 2014 tadi Indonesia langsung bye ke Putaran Kedua. Usai mengalahkan Turkmenistan dengan skor agregat 5-4, Tim Garuda tergabung di Grup E bersama Iran, Qatar dan Bahrain.
Jadi, Indonesia sudah dua kali mencapai Putaran Ketiga Kualifikasi Piala Dunia. Yang pertama sudah terjadi dua dekade lalu dengan pelatih yang berjasa meloloskan timnas ke round tersebut adalah Wim Rijsbergen.
Bukan Pencapaian Terjauh
Kini kita bahas poin kedua, yakni klaim STY adalah pelatih timnas yang menghadirkan pencapaian terjauh sepanjang mengikuti Kualifikasi Piala Dunia.
Saya sudah pernah membahas tema ini dalam artikel tersendiri, September lalu. Silakan baca tulisan berjudul Salah Kaprah 'Prestasi' Lolos Putaran Ketiga Piala Dunia.
Namun tidak ada salahnya saya ringkaskan di sini. Hitung-hitung biar paginasi dan jumlah view tulisan ini jadi banyak, hehehe.
Jika frasa "pencapaian terjauh" ini mengacu pada keadaan paling dekat dengan putaran final Piala Dunia, maka apa yang diberikan STY sekarang masih belum ada apa-apanya. Masih jauh jika dibandingkan dengan jasa Sinyo Aliandoe di Kualifikasi Piala Dunia 1986.
Ketika itu Aliandoe membawa Indonesia keluar sebagai juara Grup 3B di Putaran Pertama. Status tersebut membuat Tim Garuda hanya butuh mengalahkan dua lawan lagi untuk mengantongi tiket lolos ke putaran final di Meksiko. Hanya perlu melakoni empat pertandingan, dua kandang dua tandang.
Lawan pertama adalah Republik Korea, yang merupakan juara Grup 3A, di Putaran Kedua. Kemudian lawan berikutnya pemenang pertandingan lain antara Jepang vs Hong Kong.
Sayang, Indonesia tak kuasa meredam Republik Korea. Setelah pada leg pertama di Seoul keok 0-2, pada leg kedua di Jakarta malah kalah lebih besar: 1-4. Agregat 1-6.
Andai ketika itu Indonesia menang atas Republik Korea, maka tinggal berebut satu tiket jatah Zona Timur dengan Jepang. Mengingat Taeguk Warriors adalah calon lawan terkuat, tak heran jika banyak yang menggambarkan kondisi saat itu dengan ungkapan "tinggal selangkah lagi lolos ke Piala Dunia."
Harus diakui, ungkapan tersebut berbau hiperbola. Namun di atas kertas memang demikianlah adanya. Karena di antara empat juara grup yang lolos ke putaran kedua kala itu, Republik Korea merupakan tim terkuat. Pesaing terberat di Zona Timur Asia.
Jika saja Indonesia menang atas Republik Korea ketika itu, secara hitung-hitungan tidak bakal kesulitan melangkahi Jepang maupun Hong Kong di partai final kualifikasi. Maka tidak salah juga jika dibilang mengalahkan Taeguk Warriors berarti tinggal selangkah lagi menuju Piala Dunia.
Sekalipun gagal, itulah yang lebih pantas disebut sebagai pencapaian terjauh Indonesia sepanjang partisipasi di Kualifikasi Piala Dunia. Bayangkan, hanya tersisa dua lawan menuju putaran final di Meksiko. Tinggal empat pertandingan lagi!
Dengan skema kualifikasi yang dipakai AFC sekarang, tidak satupun skenario yang dapat membuat Indonesia menyamai pencapaian di tahun 1985 itu. Satu-satunya cara melampaui catatan itu, ya dengan lolos ke Piala Dunia 2026.
Talang Datar, 19 November 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H