NETIZEN Indonesia kompak memaklumi kekalahan timnas atas Jepang di Matchday 5 Putaran Ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026, Jumat (15/11/2024) malam WIB. Padahal ini sejatinya hasil ironis, mengingat dulu federasi sepak bola Jepang (JFA) sempat berguru pada Indonesia.
Mari balik ke tahun 1991, tahun di mana Indonesia meraih medali emas SEA Games di Manila. Lima tahun sebelum itu, Tim Garuda menembus semifinal Asian Games 1986 di Seoul.
Dua fakta itu merupakan gambaran jika pada masa itu Indonesia tergolong salah satu tim yang diperhitungkan di Asia. Masa kejayaan timnas kita yang kerap dibangga-banggakan Tommy Welly, si public enemy netizen itu, pada kenyataannya bukanlah pepesan kosong, melainkan fakta belaka.
Coba bandingkan dengan Jepang yang tersingkir di fase grup Asian Games 1986 itu. Di saat Indonesia menjadi runner-up Grup C dan kemudian menang atas Uni Emirat Arab di perempatfinal, Blue Samurai dibantai 0-5 oleh Kuwait dan gagal melaju karena hanya bisa mengambil poin dari dua tim terbawah Grup D: Bangladesh dan Nepal.
Ketika kemudian mencatatkan peningkatan dengan melaju ke perempatfinal Asian Games 1990, modal Biru Samurai hanyalah kemenangan atas Bangladesh selaku tim terlemah di grup. Lalu keok dari Iran dan tersingkir.
Betul, Indonesia pernah dibantai Jepang 0-5 di Preliminary Round Kualifikasi Piala Dunia 1990. Namun di paruh akhir era 80-an hingga awal 90-an itulah Indonesia mampu mencatatkan dua hasil imbang dan sekali menang atas Jepang.
Dan di era itu pulalah tim pemantau dari Japan Football Association (JFA) mendatangi Indonesia untuk mempelajari model Liga Sepak Bola Utama (Galatama). Ya, Anda tidak salah baca dan saya tidak salah menulis: Jepang belajar soal liga domestik ke Indonesia.
Era Dua Liga
Sebagai pengantar bagi netizen generasi Y, Z, dan terutama Gen Alpha, masa itu di Indonesia ada dua liga domestik: Liga Perserikatan yang amatir dan Galatama yang semi-profesional.
Perserikatan adalah lanjutan liga garapan PSSI sejak era prakemerdekaan. Sedangkan Galatama diresmikan pada Oktober 1978 dan musim pertamanya dimulai pada Maret 1979.
Jika Perserikatan diikuti klub-klub tradisional nan bersejarah seperti Persija, Persib, Persebaya, PSIM, serta klub-klub lain dengan nama berawalan "Per" atau "P", Galatama diikuti klub-klub yang berarosiasi dengan perusahaan-perusahaan besar nasional.