Buntut dari aksi kelewatan netizen Indonesia di media sosial layak bikin kita ketar-ketir. Bahrain Football Association (BFA) meminta pertandingan kedua tim di Jakarta dipindahkan ke tempat netral. Mungkinkah?
Sebagaimana saya tuliskan sebelumnya, berkembang satu narasi tentang adanya plot negatif yang digalang tim-tim Timur Tengah. Hasil imbang 2-2 di kandang Bahrain, 10 September lalu, disebut-sebut karena Indonesia dikerjai oleh tuan rumah dibantu wasit Ahmed Al-Kaf.
Netizen Indonesia yang gampang meledak, mudah menerima narasi paling tidak masuk akal sekalipun sepanjang yang menyampaikan sosok terkenal lagi popular, merespons dengan badai serangan digital. Yang diserang tak cuma akun media sosial wasit Al-Kaf, tetapi juga akun resmi AFC, BFA dan para pemain Bahrain.
BFA lantas mengeluarkan pernyataan resmi terkait serbuan ini. Mereka mengecam aksi netizen Indonesia, juga menyebutkan jika beberapa pemain Bahrain mendapat ancaman pembunuhan di akun media sosial mereka.
Dengan dalih mengkhawatirkan keselamatan para pemain, BFA berkirim surat ke AFC meminta laga di Jakarta, 25 Maret 2025 mendatang, dipindah ke tempat netral. AFC langsung menanggapi dan akan mendiskusikan soal ini bersama FIFA dan PSSI.
Alih-alih sadar tindakan mereka memalukan, netizen Indonesia justru semakin menjadi-jadi. Bahrain dikata-katai pengecut karena tidak berani datang ke Jakarta.
Netizen agaknya tidak menyadari jika tindakan mereka itu bisa sangat merugikan timnas. Bayangkan jika ternyata FIFA mengabulkan permohonan tersebut, siapa yang mau tanggung jawab?
Mungkinkah Terjadi?
Faktor keamanan dalam pertandingan sepak bola menjadi concern utama FIFA dan seluruh organisasi di bawahnya. Karena itu, ada kemungkinan permohonan BFA bakal dikabulkan. Terlebih jika bukti-bukti yang dilampirkan dirasa meyakinkan.
Jangan buru-buru menuduh AFC pilih kasih karena cepat merespons permohonan BFA, sementara sebelumnya seperti tak menggubris surat protes PSSI. Perbedaannya jelas: PSSI mengeluhkan hal yang bersifat subyektif dan sulit dibuktikan, sedangkan BFA mengajukan satu case serius.
Ya, ancaman pembunuhan itu hal yang sangat serius. Ini tindakan pidana yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), juga UU Nomor 1 Tahun 2023 yang bakal menjadi penggantinya per 2026 nanti.
Jika pengancaman dilakukan melalui media sosial, ada pasal yang mengaturnya dalam UU Nomor 1 Tahun 2024 tentang Perubahan Kedua Atas UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Ancamannya hukuman penjara maksimal 4 tahun dan/atau denda paling banyak Rp750.000.000.
Satu contoh kasus terbaru adalah penangkapan seorang warga Kutai Timur pada Januari 2024 lalu. Penyebabnya, pemilik akun Instagram @rifanariansyah tersebut memberi komentar berbunyi, "mohon izin bapak, nembak kepala Anies berapa lama hukumanmya ya?" di salah satu unggahan.
Jadi, partai Indonesia vs Bahrain ada kemungkinan bakal digelar di tempat netral. Ini jika FIFA menilai apa yang dilakukan netizen Indonesia terhadap para pemain Bahrain sebagai ancaman keamanan yang tidak dapat ditoleransi.
Andai benar terjadi, ini bukan partai pertama dalam Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia yang digelar di tempat netral karena alasan keamanan. Di Putaran Ketiga ini saja, sudah ada empat laga yang berlangsung di luar lokasi yang seharusnya.
Palestina, misalnya, menjadi tim nomaden karena harus berpindah-pindah kandang dalam dua laga awal. Lalu match Korea Utara vs Qatar dipindah ke Vientiane, Laos, sedangkan Iran vs Qatar berlangsung di Dubai, UEA.
Di Putaran Kedua, Afghanistan, Suriah dan Yaman memainkan seluruh laga kandang mereka di Arab Saudi. Sedangkan Lebanon harus berpindah-pindah kandang di UEA, Qatar bahkan Australia yang merupakan rival segrup.
Bahrain Dianggap WO?
Menariknya, kabar ini membuat kebanyakan netizen Indonesia justru gembira alih-alih khawatir. Mereka mengira Bahrain bakal dianggap walk-out karena menolak bertanding di Jakarta.
Usut punya usut, ternyata narasi begini juga diembuskan oleh sejumlah media daring arus utama. Jangan tanya bagaimana dengan akun-akun fanbase di media sosial. Nyaris semuanya melambungkan impian sama.
Apa yang terjadi pada Mohun Bagan di Liga Champions Asia (ACL) Two 2024/2025 menjadi patokan. Klub India Super League tersebut dianggap walk-out dari turnamen setelah absen dalam laga tandang melawan klub Iran, Tractor CSC, awal bulan ini.
Gampang saja netizen menganggap Bahrain bakal di-WO jika tidak datang ke Jakarta, tahun depan. Itu artinya Indonesia akan mendapat kemenangan 3-0 tanpa harus bertanding.
Yang jarang didalami adalah detail peristiwa tersebut. Di mana sebelumnya Mohun Bagan sempat meminta laga melawan Tractor digelar di tempat netral, tetapi ditolak AFC.
Karena permohonannya ditolak, Mohun Bagan harus tetap hadir menghadapi Tractor di Iran pada jadwal yang telah ditentukan. Namun klub tersebut memilih tak datang.
Hal berbeda bisa menimpa Indonesia. Jika permohonan BFA disetujui FIFA, timnas wajib datang ke mana saja pertandingan itu bakal digelar. Kalau ngotot ingin bermain di Jakarta dan tidak datang ke tempat yang ditentukan AFC, justru PSSI yang kena sanksi.
Saya pribadi tentu berharap negosiasi PSSI dengan FIFA dan AFC berakhir positif, sehingga partai kedua melawan Bahrain tetap digelar di Jakarta. Jangan sampai timnas kehilangan keuntungan nonteknis berupa dukungan suporter yang dipastikan memenuhi stadion.
Kalau ternyata Indonesia harus bertanding di tempat netral, saya ingin sekali pandit yang pertama kali mengusung narasi "Indonesia dikerjain" membiayai seluruh ongkos yang harus ditanggung timnas.
Tanggung jawab, dong!
Talang Datar, 19 Oktober 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H