Untuk menggambarkan betapa ngetopnya Muthia kala itu, majalah Zaman menjadikan potret dirinya dalam bentuk lukisan airbrush sebagai gambar sampul edisi Juli 1984 (No.44/V). Juga ada liputan khas mengenai Muthia dalam terbitan tersebut.
Menariknya, Muthia mengawali karier ketika sepak bola wanita Indonesia belum bergeliat. Ketika ia bergabung dengan Buana Putri dalam usia 14 tahun, Liganita belum bergulir. Yang ada hanyalah turnamen-turnamen partikelir di luar naungan PSSI.
Baru lima tahun berselang PSSI menghadirkan kompetisi sepak bola wanita resmi dalam bentuk Liganita. Pada saat bersamaan, Muthia telah mengamankan posisinya sebagai kiper utama Buana Putri.
Namun ternyata ibu Muthia tak ingin putrinya menjadi semakin tomboi karena keasyikan bermain bola. Maka dimintanya Muthia mengikuti ajang pemilihan Abang None Jakarta Barat 1978.
Siapa sangka jika Muthia malah terpilih sebagai pemenang. Bahkan sebagai None Jakarta Barat ia menyabet juara kedua di pemilihan tingkat propinsi.
Dari situ karir Muti berubah haluan ke dunia perfilman. Ia sempat beradu akting dengan legenda layar lebar Khoe Tjeng Lie alias Ateng dalam film Ira Maya dan Kakek Ateng (1979). Di dunia film pulalah Muthia bertemu jodoh, yakni aktor Herman Felani yang menjadi lawan mainnya di film Sirkuit Kemelut (1980).
Namun rupanya Muthia merasa tak nyaman dengan dunia keartisan. Ia pun kembali ke lapangan hijau, tetapi comeback-nya tak seindah masa sebelumnya. Terlebih karena sepak bola wanita mulai surut, kalah bersaing oleh Galatama dan liga Perserikatan yang lebih digandrungi.
Muthia lantas memutuskan pensiun dari lapangan hijau pada 1986, bertepatan dengan saat mengandung anak pertamanya di usia 27. Setelah itu ia sempat jadi komentator di TPI, serta menulis kolom di sejumlah media olah raga.Â
Dari sepak bola, Muti melanjutkan karir di dunia perbankan. Namanya pernah tercatat sebagai karyawan Bank Duta dan Bank Nusa. Ia berhenti dari bank saat krisis ekonomi pada tahun 1999.
Satu keinginan terbesar Muthia yang belum terwujud hingga kini adalah menjadi pelatih. Keinginan yang sangat terbuka peluangnya untuk terwujud seiring komitmen PSSI era Erick Thohir memajukan sepak bola wanita Indonesia.