Mohon tunggu...
Eko Nurhuda
Eko Nurhuda Mohon Tunggu... Penulis - Pekerja Serabutan

Peminat sejarah dan penikmat sepak bola yang sedang asyik berkebun di desa transmigrasi. Tulisannya pernah dimuat di Tabloid BOLA, BOLAVaganza, FourFourTwo Indonesia, detikSport, juga Jambi Ekspres, Telusuri.id dan Mojok.co. Sempat pula menelurkan beberapa buku seputar blog-internet juga berkecimpung di dunia novel online dan digital self-publishing.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Kebijakan Naturalisasi dalam Dua Sisi

14 September 2024   05:30 Diperbarui: 17 September 2024   19:26 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Asnawi Mangkualam (4), contoh pemain 'lokal' yang tergusur akibat semakin masifnya pemain naturalisasi di timnas. FOTO: X/@afcasiancup

Terbukti kehadiran pemain naturalisasi langsung memberi efek positif secara performa. Peringkat FIFA timnas Indonesia terus meningkat, lalu yang terbaru adalah hasil imbang melawan dua raksasa Asia di Kualifikasi Piala Dunia. Mana tahu kelak ada piala yang didapat.

Jadi, saya pribadi sangat bisa bisa memaklumi jika ada pengurus PSSI yang melihat program naturalisasi sebagai jalan keluar terbaik. Katakanlah sebagai win-win solution bagi catatan timnas sekaligus para pengurus tersebut.

Sisi Negatif

Di sisi lain, dominasi pemain naturalisasi sangat boleh jadi bakal mengganggu laju pembinaan pemain di dalam negeri. Pembinaan pemain yang dilakukan oleh klub-klub di bawah PSSI sendiri, yang secara aturan justru merupakan tugas federasi.

Hal ini bakal terjadi ketika pemain di tim kelompok usia naik kelas ke timnas senior. Karena tim senior sudah disesaki pemain naturalisasi, bahkan hingga ke bangku cadangan, tidak ada tempat tersisa bagi pemain lokal.

Coba bayangkan, bagaimana kelanjutan karier Kadek Arel atau Iqbal Gwijangge kelak? Keduanya tampil apik menggalang pertahanan tim Indonesia U-19 saat memenangkan Kejuaraan AFF U-19 2024 yang baru lalu. 

Saya tidak akan heran jika karier keduanya bakal mentok sampai Indonesia U-20. Kalaupun bisa masuk timnas senior, paling-paling hanya jadi penghangat bangku cadangan.

Kenapa? Karena timnas senior sudah disesaki bek-bek naturalisasi yang sebagian besar berusia muda-muda. Terlebih kita semua sama tahu, STY gemar sekali menaturalisasi pemain belakang lebih dari posisi manapun.

Ah, kok membayangkan yang belum terjadi. Bahkan yang sudah di depan mata pun ada, yakni tergusurnya Ernando Ari Sutaryadi dari pos penjaga gawang utama timnas sejak kehadiran Maarten Paes.

Lalu bagaimana nasib Ikram Algiffari si penjaga gawang terbaik Kejuaraan AFF U-19 2024?

Yang seperti inilah yang disayangkan oleh orang-orang seperti Peter F. Gontha. Baginya, lebih baik melihat Indonesia kalah tetapi yang bermain di atas lapangan adalah anak-anak bangsa sendiri, ketimbang meraih hasil positif bersama pemain asing yang diindonesiakan.

Suara senada disampaikan oleh pengamat sepak bola kawakan Tommy Welly alias Bung Towel. Ia terus mengkritisi kebijakan naturalisasi pemain yang menurutnya sudah kebablasan, sehingga mengancam kelanjutan pembinaan pemain muda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun