INDONESIA berhasil menambah satu poin berharga di partai kedua Kualifikasi Piala Dunia 2026 Putaran Ketiga. Namun ada masalah lama yang masih terlihat dalam pertandingan melawan Australia tersebut.
Bertanding di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Selasa (10/9/2024) malam WIB, Indonesia diharapkan dapat kembali mendulang hasil positif. Ini demi memperbesar peluang meraih tiket putaran final Piala Dunia dua tahun mendatang.
Saya pribadi sih, sangat mengharapkan Indonesia menang agar mengulangi sejarah 43 tahun lalu. Terlebih semuanya merupakan ulangan: tempat yang sama, lawan yang sama dan di event yang sama pula.
Sebagaimana kita tahu, satu-satunya kemenangan Indonesia atas Australia dibukukan pada 30 Agustus 1981. Itu terjadi di Stadion Senayan, nama lama SUGBK, dalam gelaran Kualifikasi Piala Dunia 1982.
Sayang, harapan saya tak terwujud. Pertandingan Indonesia vs Australia berkesudahan tanpa gol.
Namun demikian tentu saja saya ikut bersyukur Indonesia mampu meraih hasil imbang. Karena itu berarti koleksi poin Jay Idzes, dkk. bertambah, menjadi total 2 dari dua pertandingan.
Kurang Menggigit
Biar bagaimanapun hasil imbang atas Arab Saudi dan Australia tersebut layak diapresiasi. Terlebih jika mengingat Indonesia merupakan tim dengan peringkat FIFA paling rendah di Grup C, bahkan di antara seluruh kontestan Putaran Ketiga.
Akan tetapi ada satu hal yang harus menjadi sorotan: barisan depan tim asuhan Shin Tae-yong masih saja kurang menggigit. Pertandingan melawan Australia seakan mempertegas kekurangan tersebut.
Seperti saya singgung dalam tulisan sebelumnya, ada tiga kunci agar Indonesia dapat membungkam Australia seperti yang dilakukan Bahrain. Ketiga poin tersebut adalah pertahanan solid, permainan agresif-provokatif untuk merusak konsentrasi lawan, lalu dipungkasi dengan serangan efektif nan mematikan.
Sayangnya, Indonesia di bawah Shin Tae-yong masih saja lemah di poin ketiga. Para pemain kita masih jauh dari kata efektif ketika melancarkan serangan, terutama serangan balik cepat yang bersifat sporadis.