Mohon tunggu...
Eko Nurhuda
Eko Nurhuda Mohon Tunggu... Penulis - Pekerja Serabutan

Peminat sejarah dan penikmat sepak bola yang sedang asyik berkebun di desa transmigrasi. Tulisannya pernah dimuat di Tabloid BOLA, BOLAVaganza, FourFourTwo Indonesia, detikSport, juga Jambi Ekspres, Telusuri.id dan Mojok.co. Sempat pula menelurkan beberapa buku seputar blog-internet juga berkecimpung di dunia novel online dan digital self-publishing.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Belajar dari Jurus Bahrain Meredam Australia

10 September 2024   12:36 Diperbarui: 10 September 2024   22:32 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pertemuan terakhir Indonesia vs Australia tersaji di 16 Besar Piala Asia 2023 pada Januari 2024 lalu. FOTO: Dok. AFC via Twitter

Kemenangan Indonesia atas Australia tersebut dicatatkan pada 30 Agustus 1981 alias 43 tahun lalu. Gol tunggal penentu kemenangan Tim Merah Putih dicetak oleh Risdianto pada menit ke-88.

Nah, Indonesia berpeluang mengulang hasil positif tersebut. Menghadapi lawan sama sama, di ajang yang juga sama, serta bertempat di lapangan yang sama pula seperti 43 tahun lalu, tidak salah dong kalau segenap fans mengharapkan hasil akhir sama?

Lagipula, Indonesia sudah mendapatkan contoh dari Bahrain yang baru saja menekuk Australia. Tinggal meniru saja bagaimana jurus yang diterapkan tim asuhan Dragan Talajic di Robina Stadium, lima hari lalu.

Solid, Provokatif, Efektif

Jika kita menyaksikan ulang rekaman pertandingan Australia vs Bahrain di kanal YouTube resmi AFC, ada beberapa hal yang dapat dipelajari dari strategi Bahrain. Bagaimana Ali Madan, dkk. merusak permainan The Socceroos dan memanfaatkan keuntungan dari kekacauan yang mereka ciptakan tersebut.

Hal pertama yang menjadi kunci permainan Bahrain adalah pertahanan solid. Ini memegang porsi terbesar pada keberhasilan Dilmun's Warriors meredam serangan yang dilancarkan Australia.

Sekalipun Australia lebih banyak memegang bola (72% ball possession), juga melakukan total 508 operan dengan akurasi hingga 82%, tetapi dominasi itu gagal membuahkan ancaman berarti ke gawang Bahrain. Ini dapat dilihat dari jumlah shot on goal yang hanya sejumlah 4 dari total 11 tembakan.

The best defense is a good offense, demikian bunyi sebuah ujar-ujar lawas yang kerap diatributkan pada George Washington. Dalam bahasa lain, ada ungkapan yang mengatakan bahwa jika gawang kita tidak kebobolan itu artinya kita sudah separuh menang.

Itulah yang dilakukan Bahrain untuk meredam Australia dan itu pulalah yang harus diterapkan Indonesia malam nanti.

Namun pertahanan solid tidak selalu berarti deretan bek tangguh, sebab tugas mempertahankan wilayah menjadi tanggung jawab setiap pemain. Bahkan para penyerang di barisan depan pun punya kewajiban bertahan.

Maka bertahan di sini artinya adalah total defense sebagai sebuah tim. Jaring pertahanan sudah harus ditebarkan sejak pertama kali seorang pemain kehilangan bola, di area manapun itu terjadi. Termasuk di area lawan sekalipun.

Poin kedua, para pemain Bahrain tampil provokatif. Mereka melakukan pelanggaran-pelanggaran keras menjurus kasar ketika kehilangan bola, sehingga memancing kemarahan pemain-pemain Australia. Ini tentu membuat fokus The Socceroos buyar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun