Mohon tunggu...
Eko Nurhuda
Eko Nurhuda Mohon Tunggu... Penulis - Pekerja Serabutan

Peminat sejarah dan penikmat sepak bola yang sedang belajar berkebun di desa transmigrasi. Tulisannya pernah dimuat di Tabloid BOLA, BOLAVaganza, FourFourTwo Indonesia, detikSport, juga Jambi Ekspres, Telusuri.id dan Mojok.co. Sempat pula menelurkan beberapa buku seputar blog-internet, juga menulis cerita silat di aplikasi novel online.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Coba Memahami Alasan PKB Mencalonkan Vicky Prasetyo sebagai Bupati Pemalang

2 September 2024   09:15 Diperbarui: 4 September 2024   11:05 2640
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pasangan calon bupati dan calon wakil bupati Vicky- Suwandi mendaftar di KPU Pemalang diantar oleh ratusan pendukung dan kader PKB (Kompas.com/Dedi Muhsoni)

SEPULANG menjemput anak bungsu dari sekolah, akhir Agustus lalu, istri mengajukan satu pertanyaan yang seketika membuat sepasang bola mata saya mendelik besar. Katanya, "Masa iya Vicky Prasetyo jadi calon bupati Pemalang?"

Bukannya menjawab, saya malah balik bertanya, "Masa, sih?"

Istri saya juga bukannya menjawab, malah bertanya lagi, "Memangnya Vicky orang Pemalang, po? Kok bisa nyalon?"

Memang ada teman saya bernama Vicky yang adalah orang Pemalang. Tepatnya warga Kelurahan Sugihwaras, Kecamatan Pemalang. Rumahnya di sebuah perumahan yang hanya sepelemparan batu dari alun-alun Pemalang. Cuma nama lengkapnya Vicky Himawan.

Kalau Vicky Prasetyo, yang nama aslinya konon Hendrianto Prasetyo, lahir di Jakarta. Ini sebagaimana tercantum dalam surat keputusan pencalonan bupati dan wakil bupati Pemalang oleh DPP Partai Kebangkitan Bangsa yang tersebar di sejumlah grup WhatsApp.

Mengutip beberapa pemberitaan media, Vicky disebut-sebut merupakan alumni SMA Negeri 2 Cikarang Utara. Nomor Induk Kependudukan alias NIK-nya juga berawalan 327504, kode wilayah Kota Bekasi.

Dari secuplik informasi tersebut, saya menebak Vicky yang kelahiran Jakarta lantas (dibawa) pindah ke Cikarang Utara. Kemudian pada saat perekaman KTP elektronik, ia tengah bermukim di Kota Bekasi sehingga NIK-nya berawalan 327504.

Jika kemudian PKB merestui Vicky maju sebagai calon bupati Pemalang, saya jadi menebak lagi: jangan-jangan orang tuanya berasal dari Pemalang. Karena punya kaitan emosional dengan daerah tujuan itulah persetujuan dari DPP PKB turun.

Darah Pemalang Vicky Prasetyo

Sekadar informasi, sangat banyak sekali perantauan asal Pemalang di Jakarta dan sekitarnya. Tetangga depan rumah mertua saya di Desa Banjardawa, misalnya, empat dari enam anaknya tinggal di Jabodetabek. Ada yang jadi tentara, ada yang jadi satpam, ada yang jadi buruh pabrik.

Salah satu paman istri dari pihak ibu sudah puluhan tahun bermukim di dekat Stasiun Manggarai. Lalu sejak belasan tahun lalu, anak salah satu sepupu istri dari pihak bapak juga tinggal di dekat Tugu Pancoran.

Kalau mau menyebut nama-nama yang lebih terkenal, pebulutangkis Hendra Setiawan lahir dan besar di Pemalang. Kebanyakan warga perumahan Griya Pelutan Indah pasti tahu di mana letak "rumah Hendra Setiawan di Pemalang".

Namun kemudian Koh Hendra memilih tinggal di luar Pemalang. Kini, ia dan keluarga mendiami sebuah rumah megah dua lantai di Cibubur, Jakarta Timur.

Pendek kata, ada sangat banyak sekali perantauan asal Pemalang di Jakarta dan juga Bekasi. Mereka bahkan kemudian menetap di sana, sampai beranak-cucu.

Vicky Prasetyo bisa jadi salah satu bagian dari kelompok perantauan asal Pemalang ini. Jika benar demikian, keputusan DPP PKB mengusung dirinya sebagai bakal calon bupati Pemalang dapat dimaklumi. Karena ada faktor emosional yang bisa dijadikan modal. 

Toh, Vicky bukan selebritas pertama yang mencoba peruntungan dalam Pilkada Kabupaten Pemalang. Tahun 2010, mendiang Torro Margens pernah mencalonkan diri dari jalur independen, tetapi upayanya gagal di tahap pendaftaran.

FOTO: via dayaknews.com
FOTO: via dayaknews.com

Kandidat Lebih Pas

Masalahnya, bagi saya pribadi, kenapa harus Vicky Prasetyo? Kalau memang butuh figur calon pemimpin yang punya kaitan historis dan emosional dengan Pemalang, kenapa sosok yang diajukan PKB adalah seorang Vicky Prasetyo?

Bukan bermaksud meremehkan orang, ya. Namun kalau sungguh-sungguh berniat menawarkan sosok yang tepat sebagai pemimpin, dalam artian punya paket lengkap elektabilitas-integritas-kapabilitas (seperti diulas Pak Iwan Nugroho kemarin), menurut saya mantan Kapolri dan mantan Kepala Badan Intelijen Negara Jenderal Polisi (Purn.) Drs. Sutanto adalah figur paling pas.

Sutanto kelahiran Comal, Pemalang, dan dikabarkan rutin mengunjungi sanak-saudaranya di sana pada momen-momen tertentu. Hal ini menjadikan dirinya punya ikatan emosional yang kuat dengan warga Pemalang sebagai calon pemilih.

Nama Sutanto juga harum di kampung halaman karena dikenal sebagai seorang dermawan. Pun selama menjabat maupun setelahnya tak pernah menjadi sumber kabar miring. Artinya, dari sisi integritas pun lolos penilaian.

Terakhir, kapabilitasnya sebagai pemimpin telah teruji dari pengalaman memimpin lembaga negara selevel Kepolisian dan BIN. Jangan lupa, jabatan Kapolri itu setara menteri. Jadi, saya yakin Sutanto mampu mengampu tugas dan kewajiban sebagai bupati Pemalang. 

Atau kalau memang mau mengusung calon dari kalangan selebritas yang nyemplung di dunia politik, ada satu nama lain yang (menurut saya) lebih kental rasa Pemalang-nya dan juga lebih lama berkiprah ketimbang Vicky Prasetyo.

Siapa dia? Kristina Iswandari, lebih dikenal sebagai penyanyi dangdut. Lagunya yang berjudul Jatuh Bangun sempat menjadi hits sekitar satu dekade lalu.

Berbeda dengan Vicky yang nyaris tak pernah terdengar mengunjungi Pemalang, Kristina konon kerap mudik ke kampung halaman orang tuanya di Desa Jebed, Kecamatan Taman. Ini desa yang hanya sepelemparan batu dari Banjardawa tempat saya pernah bermukim hingga akhir Juni lalu.

Di masa pemilihan legislatif Pemilu 2024 yang baru lalu, Kristina berkali-kali berkampanye di Pemalang. Ia diajukan sebagai calon anggota DPR RI dari Daerah Pemilihan X oleh Partai Amanat Nasional. Dengan kata lain, secara elektabilitas Kristina punya modal.

Lalu menimbang faktor integritas, Kristina merupakan salah satu selebritas yang jauh dari pemberitaan miring. Satu-satunya jejak digital negatif tentangnya adalah ketika terseret kasus korupsi yang menjerat (waktu itu) suaminya, Al Amin Nur Nasution. Pengusaha cum politisi tersebut dicokok KPK karena tertangkap tangan menerima uang suap dari Sekda Bintan pada 2008.

Minusnya Kristina terletak pada faktor kapabilitas. Ia tak punya rekam jejak memimpin apapun, bahkan belum pernah menjadi pengurus partai.

Tambahan lagi, Kristina selalu gagal lolos ke Senayan dalam dua kali kesempatan mencalonkan diri sebagai calon anggota DPR RI. Padahal ia maju dari daerah pemilihan X Jawa Tengah yang meliputi Pemalang, kabupaten asal-usul kedua orang tuanya.

Pertama, di Pemilu 2019 bersama Partai Nasional Demokrat. Kedua, pada Pemilu 2024 yang baru lalu bersama Partai Amanat Nasional. Dua-duanya karena perolehan suaranya tak cukup untuk dikonversi menjadi kursi DPR RI.

Yang Penting Ngetop?

Apa mungkin karena bolak-balik gagal dapat kursi DPR RI itulah Kristina tak dilirik partai politik di Pemalang? Bukankah dari dua kegagalan tersebut dapat disimpulkan jika elektabilitasnya kurang memadai sebagai modal meraih kemenangan?

Namun kalau alasannya itu, Vicky Prasetyo juga tak lolos ke Senayan pada Pemilu 2024 lalu. Maju dari dapil Jawa Barat VI (Kota Depok dan Kota Bekasi) melalui Partai Persatuan Indonesia, Vicky hanya mengantongi 1.800-an suara. Lebih sedikit dari perolehan suara Kristina.

Saya jadi menduga lagi. Mungkin saja para petinggi PKB Pemalang punya pandangan lain di luar hasil Pemilu lalu. Misalnya, aktivitas Vicky di dunia hiburan saat ini jika dibandingkan dengan Kristina.

Jika melihat poin tersebut, memang Vicky lebih unggul. Kristina sudah sangat lama tak muncul di televisi, tidak seperti Vicky yang terus menjadi host beberapa program di sejumlah stasiun televisi sejak 2015.

Dengan kata lain, bisa jadi para petinggi PKB Pemalang menilai Vicky adalah sosok popular. Lebih popular atau bahkan paling popular di antara selebritas dan tokoh nasional yang punya hubung-kait dengan Pemalang.

Bukankah dalam sebuah pemilihan bupati yang diperlukan adalah perolehan suara terbanyak? Kalau mau menang, ya calonkanlah sosok popular yang berpotensi mendulang sebanyak mungkin suara.

Berbekal dugaan-dugaan begini, saya jadi mengerti kenapa PKB mencalonkan seorang Vicky Prasetyo dalam Pilkada Pemalang 2024. Juga mengapa di daerah lain parpol ramai-ramai mengusung selebritas yang pencalonannya mengundang kerutan kening.

Elektabilitas adalah kunci. Integritas apalagi kapabilitas pikir saja nanti.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun