Setelah memperlihatkan permainan menawan bersama Central Coast Mariners, serta memenangkan sederet penghargaan, barulah ia mencoba peruntungan ke Eropa. Karena memang pada dasarnya bagus dan ditempa di liga yang sehat, karier Ryan di Benua Biru awet sampai sekarang.
Satu contoh lagi adalah gelandang Connor Metcalfe. Sama halnya Ryan, pemain berusia 24 tahun ini merupakan peraih Harry Kewell Medal pada musim 2020-21.
Metcalfe kini merumput bersama FC St. Pauli di Zweite Bundesliga alias 2. Bundesliga di Jerman. Dan jalur kariernya persis sama seperti Ryan, yakni tampil menonjol di A-League terlebih dahulu, baru kemudian going abroad.
Cek nama lain dalam skuat Australia, maka begitu pulalah pola karier mereka. Ini menunjukkan jika kualitas A-League baik, sehingga pemain jebolannya dapat beradaptasi di liga Eropa dan bahkan bertahan lama.
Merumput di Eropa, tapi....
Sekarang bandingkan dengan skuat Indonesia. Di mana ada 7 pemain yang berkompetisi di Eropa dan tiga lainnya tersebar di tiga liga Asia.
Berbeda dengan skuat Australia, pemain-pemain Indonesia yang merumput di Eropa nyaris seluruhnya adalah pemain hasil naturalisasi. Kecuali Elkan Baggott yang memang memilih menjadi warga negara Indonesia ketika berusia 18 tahun, serta Marselino.
Artinya, pemain-pemain berbasis Eropa tersebut bukan hasil pembinaan liga Indonesia. Mereka bermain di Eropa karena memang sejak kecil hidup di sana dan awalnya penduduk sana, kecuali Marselino.
Barulah setelah dewasa mereka memutuskan bergabung dengan timnas Indonesia. Tak perlu saya sebutkan nama-namanya, Anda semua pasti hafal siapa saja orangnya.
Sedangkan dari tiga nama yang merumput di Asia, Jordi Amat bersama Johor Darul Takzim juga tak pernah mencicipi liga Indonesia. Seluruh karirnya dihabiskan di Eropa, sebelum menerima pinangan JDT jelang menjalani proses naturalisasi.
Alhasil, hanya Asnawi, Pratama Arhan dan Marselino pemain Indonesia yang keluar negeri setelah meniti karir di liga Indonesia. Asnawi tiga tahun di kasta kedua Liga Korea, sedangkan Arhan di musim di kasta kedua Liga Jepang.
Bagaimana performa mereka selama berkiprah di kedua negara top Asia tersebut? Biarlah statistik saja yang menjawab, di mana keduanya bukanlah pemain regular di klub masing-masing.