DUA kali Indonesia beruji-coba melawan Libya dan hanya mampu mencetak satu gol melalui Yakob Sayuri. Apakah ini pertanda bahwa putra Papua ini bakal melanjutkan kiprah pendahulunya yang tampil memesona di Piala Asia?
Sebagaimana kita semua ketahui, Indonesia tampil sangat buruk pada pertemuan pertama melawan Libya, 2 Januari lalu. Menampilkan dua tim berbeda dalam dua babak, gawang Syahrul Trisna Fadillah jebol empat kali.
Indonesia tidak mampu membalas satu kalipun pada saat itu. Hanya bisa nyaris mencetak gol kala tendangan keras Adam Alis dari luar kotak penalti ditepis kiper Libya sehingga membentur sudut tiang-mistar gawang.
Penampilan jauh lebih baik ditunjukkan pada pertandingan kedua, 5 Januari lalu. Jordi Amat, dkk. langsung menekan sejak kick-off dan berhasil menekan Libya.
Hasilnya, satu gol tercipta dari kaki Yakob Sayuri pada menit ke-6. Gol yang berawal dari pergerakan brilian Ivar Jenner di sisi kiri pertahanan lawan.
Sayangnya, keunggulan Indonesia hanya bertahan sebentar saja. Libya langsung membalas dua kali, sehingga sudah berbalik unggul 2-1 pada menit ke-20.
Apapun itu, performa Yakob Sayuri layak mendapat acungan jempol. Bukan hanya karena mencetak satu-satunya gol timnas, tetapi juga karena pergerakannya yang sangat mobile dan spartan di sepanjang laga.
Duta Papua Selalu Ada
Yakob Sayuri menjadi duta Papua di dalam skuat timnas untuk Piala Asia 2023. Berdua dengan Ricky Kambuaya yang juga menampilkan permainan mengesankan di lini tengah.
Kehadiran kedua pemuda ini melanjutkan tradisi betapa beragamnya isi skuat timnas Indonesia. Pemain-pemain dari Sumatera sampai Papua ada semua. Bahkan sekarang melibatkan pemain-pemain keturunan yang dinaturalisasi.
Tak cuma sebagai pelengkap tim, para pemain asal Papua selalunya menjadi kerangka utama timnas. Baik itu di lini belakang, tengah, maupun depan.
Mundur 30-an tahun ke belakang, ada nama Aples Gideon Tecuari. Ini palang pintu tak tergantikan di lini belakang timnas Indonesia pada masanya.
Aples membela Tim Garuda sejak 1996 di usia 23 tahun. Ajang pertamanya bersama timnas adalah AFF Championship (kini Piala AFF) tahun itu, di mana Indonesia berakhir sebagai peringkat keempat.
Namanya kemudian masuk dalam daftar skuat arahan pelatih Danurwindo untuk Piala Asia 1996. Aples bahkan menjadi starter dan bermain penuh dalam pertandingan pertama Indonesia dalam sejarah Piala Asia.
Ya, benar sekali, partai pertama Grup A di mana secara mengejutkan Indonesia mampu menahan imbang Kuwait 2-2 pada 4 Desember 1996. Dalam partai inilah gol salto Widodo Cahyono Putro tercipta.
Indonesia bahkan sempat unggul 2-0 ketika itu. Usai gol pertama yang dicetak Widodo pada menit ke-20, keunggulan bertambah 21 menit berselang lewat aksi Ronny Wabia.
Nah, nama pencetak gol kedua di atas juga putra Papua. Ronny Wabia dan Aples adalah perwakilan Bumi Cenderawasih dalam skuat timnas kala itu.
JIka Aples menjadi benteng kokoh di lini pertahanan timnas, Ronny Wabia adalah striker moncer di lini depan. Dua gol ia sumbangkan di Piala Asia 1996 itu.
Setelah gol ke gawang Kuwait, tambahan satu lagi ia cetak ketika menghadapi Korea Selatan di pertandingan kedua. Sayang, Indonesia kalah 2-4 dari lawan yang kala itu diperkuat oleh Shin Tae-yong.
Bakat-bakat Lain
Baik Aples maupun Ronny Wabia tak masuk skuat Indonesia di Piala Asia 2000. Namun tetap ada duta Papua di tim saat itu dalam diri gelandang elegan Eduard Ivakdalam.
Sayang, seolah mereplikasi tahun penyelenggaraan yang jumlah nolnya ada tiga, Indonesia tak bisa mencetak satu gol pun di Piala Asia 2000. Hasilnya adalah imbang 0-0 versus Kuwait, kalah 0-4 dari Tiongkok dan kalah lagi 0-3 dari Korsel.
Representasi bakat-bakat Papua tetap terlihat di Piala Asia 2004, turnamen di mana Indonesia mencatatkan kemenangan perdana sepanjang berpartisipasi. Kali ini malah tiga orang: Aples, Alexander Pulalo dan Elie Aiboy.
Namun Aples hanya menjadi pemain cadangan di Tiongkok saat itu. Pelatih Ivan Kolev sama sekali tak memainkannya dalam tiga laga.
Sementara Alex Pulalo dan Eli Aiboy menjadi pemain kunci di pertandingan pertama. Laga bersejarah yang berujung kemenangan 2-1 atas Qatar.
Sayangnya Alex Pulalo mendapat dua kartu kuning kala menghadapi tuan rumah Tiongkok, sehingga harus absen di partai pamungkas melawan Bahrain. Sementara Elie Aiboy masuk sebagai pemain pengganti.
Indonesia hanya butuh hasil imbang untuk lolos ke fase gugur ketika itu. Hitung-hitungan di atas kertas, dengan 4 poin saja Agung Setyabudi, dkk. bakal terus melenggang bersama Tiongkok.
Elie Aiboy sempat memperkecil skor menjadi 1-2 pada menit ke-75. Namun ketika tengah mengejar gol kedua, justru gawang Hendro Kartiko yang kembali kebobolan.
Pada perhelatan berikutnya, AFC menggeser perhelatan Piala Asia ke tahun ganjil. Indonesia menjadi tuan rumah edisi tahun ganjil pertama di 2007 bersama Malaysia, Thailand dan Vietnam.
Duta Papua di timnas kali itu adalah Elie Aiboy bersama Erol Iba. Nama pertama semakin mengukuhkan perannya lewat serangkaian kontribusi penting di sisi sayap.
Usai mengalahkan Bahrain 2-1 di partai pembuka Grup D, Indonesia nyaris menahan imbang Arab Saudi pada partai kedua. Sayang akhirnya harus mengaku kalah 1-2, di mana Elie Aiboy mencetak satu-satunya gol.
Bersinar di Qatar?
Sebagaimana kita ketahui bersama, setelah itu Indonesia absen sangat lama di putaran final Piala Asia. Baru kembali lagi setelah 16 tahun alias melewatkan tiga edisi (2011, 2015, 2019).
Kini, dalam skuat timnas ada dua talenta Papua dalam diri Yakob Sayuri dan Ricky Kambuaya. Keduanya juga sudah menunjukkan kemampuan masing-masing dalam dua ujicoba melawan Libya.
Jika Yakob Sayuri sukses mengiris tepi lapangan untuk menembus pertahanan lawan, Ricky Kambuaya menjaga kestabilan lini tengah dengan baik. Ketenangannya sangat dibutuhkan saat nanti menghadapi lawan-lawan tangguh di Grup D.
Indonesia boleh saja jadi tim dengan peringkat FIFA kedua terendah di antara seluruh kontestan. Namun, seperti kata Shin Tae-yong, ranking tersebut hanyalah angka.
Meski tipis, Indonesia tetap punya peluang. Bahkan tidak mungkin mampu membuat seantero Qatar bergetar. Bukankah bola itu bundar?
Lagipula, dengan format baru yang diberlakukan sejak 2019, Indonesia hanya butuh satu kemenangan untuk ikut melaju ke 16 Besar. Peluang untuk itu sangat terbuka, meski tak terlalu lebar.
Optimisme itu ada karena Indonesia kini diperkuat pemain-pemain yang merumput di Eropa. Ditambah talenta-talenta lokal yang tak kalah hebat, seperti halnya Yakob Sayuri dan Ricky Kambuaya.
Akankah Yakob Sayuri dan Ricky Kambuaya bersinar di Piala Asia 2023, melanjutkan kiprah bakat-bakat hebat asal Papua sebelumnya? Menarik ditunggu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI