Duel sengit terus tersaji pada 15 menit tambahan kedua. Intensitas serangan kedua tim tampak tidak menurun banyak.
Persiba mendapat peluang emas ketika diberi freekick tepat di depan kotak penalti pada menit ke-120. Sayang, tendangan Aldito Daffa Quarisma membentur pagar hidup.
Memasuki pengujung injury time, gantian Hizbul Wathan yang mendapat peluang emas. Akan tetapi sepakan keras pemain bernomor punggung 30 masih bisa ditepis kiper Persiba.
Sepak pojok yang lahir setelah itu juga gagal dimanfaatkan menjadi gol. Alhasil, skor 4-4 bertahan sampai wasit menuntaskan pertandingan.
Adu penalti harus digelar untuk menentukan pemenang. Kiper Hizbul Wathan sempat memberi angin ketika menepis eksekusi pertama Persiba, tetapi hasil akhir tidak memihak mereka.
Psywar yang dilakukan kiper Persiba jauh lebih ampuh. Menyebabkan dua eksekutor Hizbul Wathan gagal dalam tugasnya, sehingga Persiba menang adu penalti dengan skor 4-3.
Sebuah pertandingan yang sangat menarik. Namun beberapa keputusan wasit sangat patut dipertanyakan.
Saya pribadi tidak sependapat dengan dua hadiah penalti yang diberikan pada Persiba. Yang pertama adalah potensi didahului offside, sedangkan yang kedua mustinya body charge biasa.
Lalu ada pula momen lain di babak pertama, ketika salah seorang pemain Persiba melanggar lawan dengan dua kaki dari arah belakang. Kartu merah layak diberikan pada pemain tersebut, tetapi wasit hanya mengeluarkan kartu kuning.
Namun, mau bilang apa? Beginilah kualitas liga kita. Kalau di Liga 1 saja sampai membutuhkan wasit dari Jepang, apa kabar wasit-wasit di kompetisi lebih bawah?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H