Ketika menjabat sebagai Direktur Kompetisi PSSI, komentator kondang Tommy Welly pernah menjelaskan perbedaan mendasar antara liga dan turnamen. Hal ini ia kemukakan dalam sebuah rilis pers resmi di laman PSSI pada 21 Oktober 2015 (sumber).
Menurut pria yang akrab dipanggil Bung Towel ini, dua di antara faktor pembeda turnamen dengan liga adalah durasi kompetisi dan jumlah pertandingan yang dilakoni tim peserta. Di mana turnamen memainkan lebih sedikit pertandingan dalam jangka waktu pendek.
Sementara liga, masih menurut Bung Towel, digelar secara teratur sepanjang musim. Idealnya antara 8-10 bulan, dengan seluruh tim peserta saling bertemu dalam format kandang-tandang dan memainkan idealnya lebih dari 30 partai dalam semusim.
Berdasarkan dua poin ini, Liga 3 Zona Regional tidak bisa disebut sebagai sebuah liga. Karena selain durasinya hanya 1-3 bulan, jumlah pertandingan yang dilakoni tim peserta juga sangat sedikit.
Ambil contoh Liga 3 Banten 2023 yang baru lalu. Adhyaksa Farmel FC yang keluar sebagai juara hanya memainkan total 6 pertandingan!
Kompetisi pun hanya berjalan selama sebulan, persisnya bahkan kurang dari 30 hari. Dimulai pada 8 Oktober, laga puncak yang mempertemukan Farmel FC vs Persikota dihelat pada 31 Oktober.
Di Jawa Tengah yang jumlah pesertanya sedikit lebih banyak, yakni 39 tim tahun lalu, Persip Pekalongan yang keluar sebagai juara hanya memainkan 9 pertandingan. Rinciannya, 4 di Putaran Pertama, 2 di Putaran Kedua, lalu 3 dari perempat final hingga partai final.
Bayangkan, juara sebuah liga hanya bermain sebanyak 6-9 pertandingan dalam semusim. Terdengar agak aneh, terutama jika kita memakai standar kompetisi Eropa.
Itu tim yang mencapai partai final, lo. Bagaimana dengan yang sudah tersingkir di putaran pertama? Mereka hanya bermain sebanyak 3-4 kali. Dalam setahun!
Format Kompetisi dan Peserta yang Tak Selalu Sama
Kondisi ini terjadi karena format kompetisi di kebanyakan Liga 3 Regional memang lebih cocok disebut sebagai turnamen. Di mana para peserta dibagi ke dalam grup-grup, sebelum kemudian juara dan runner-up setiap grup masuk ke fase knock-out yang memakai sistem gugur.
Skema begini lebih umum dipakai oleh turnamen alih-alih liga. Seperti Piala Dunia, Piala Asia, Piala AFF dan juga turnamen antardesa maupun antarkampung saat tujuhbelasan.