Mohon tunggu...
Eko Nurhuda
Eko Nurhuda Mohon Tunggu... Penulis - Pekerja Serabutan

Peminat sejarah dan penikmat sepak bola. Tulisannya pernah dimuat di Tabloid BOLA, BOLAVaganza, FourFourTwo Indonesia, detikSport, juga Jambi Ekspres, Telusuri.id dan Mojok.co. Sempat pula menelurkan beberapa buku seputar blog-internet. Kini berkecimpung di dunia novel online dan digital self-publishing.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Pengalaman Seru Nonton Langsung Partai Penentuan PSIP Pemalang vs Persiku Kudus

10 Desember 2023   13:22 Diperbarui: 13 Desember 2023   10:01 692
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
FOTO: Dokumentasi Pribadi

INFORMASI yang dibagikan Ibu Kepala Dusun di grup WhatsApp, Sabtu (9/12/2023) lalu, benar-benar tak bisa saya abaikan. Ada yang bagi-bagi tiket gratis pertandingan PSIP Pemalang vs Persiku Kudus! Asyik.

Tanpa pikir panjang, saya yang selama ini hanya menjadi silent member di grup WA dusun langsung bertindak. Melalui istri, saya minta nomor koordinator pembagian tiket gratis tersebut kepada Ibu Kadus.

Sebetulnya saya kenal koordinator tersebut, siapa pula yang tidak mengenal sosok satu ini. Kalau saya sebut nama bekennya, rasa-rasanya tidak ada orang Pemalang yang tak kenal.

Beliau memakai nama panggung Jodi Sebastian. Dulu tenar sebagai penyiar radio dan kini masih sering menjadi host maupun MC acara-acara besar di lingkup Kabupaten Pemalang.

Nah, ceritanya Mas Jodi, begitu panggilan akrabnya di lingkup desa kami, yang menjadi announcer pertandingan PSIP Pemalang vs Persiku. Beliau juga yang dulu ngemsi partai final Liga 3 Zona Jawa Tengah tahun 2018, di mana PSIP meraih gelar juara setelah mengandaskan Persibara Banjarnegara dalam adu penalti.

Ketika saya kemudian mendatangi rumahnya di dusun sebelah--Mas Jodi menjabat sebagai Kadus di dusunnya, saya tanya siapa yang bagi-bagi tiket? Beliau menyebut "Mas Aldi".

Saya tidak memastikan siapa "Mas Aldi" yang dimaksud. Hanya bisa menebak-nebak saja, kemungkinan besar sosok itu adalah anggota DPRD Kab. Pemalang dari partai penguasa yang kini mencalonkan diri lagi.

Tebakan itu saya dasarkan pada ingatan kalau kecamatan di mana desa saya berada adalah dapil caleg tersebut. Seperti halnya pada pemilihan sebelumnya, di mana saya ikut bertugas sebagai anggota KPPS.

Begitu Mas Jodi balik bertanya mau berapa tiket, saya langsung paham kalau boleh minta lebih dari satu. Maka, tanpa ragu saya langsung menjawab dua, sebab berencana mengajak anak sulung ikut serta.

Nyetadion Lagi

Ini kali pertama saya nyetadion lagi setelah lima tahun absen. Saya terakhir kali duduk di tribun ketika turut jadi saksi kemenangan PSIP di final Liga 3 Jateng pada 2018.

Waktu itu saya juga mengajak anak. Tidak cuma si sulung, tetapi juga adiknya yang perempuan. Itu sebelum Stadion Mochtar direnovasi semegah sekarang dan harga tiketnya Rp15.000 untuk tribun di samping VIP.

Anak-anak saya masih berusia 8 dan 7 tahun ketika itu. Momen pertama mereka menyaksikan pertandingan sepak bola di stadion di mana keduanya terlihat sangat antusias.

Tentu saja saya abadikan momen berharga tersebut. Videonya saya unggah di kanal YouTube mereka dan masih bisa disaksikan hingga kini.


Kali ini saya hanya berdua saja bersama si sulung. Anak kedua tidak mau ikut, lebih memilih menghabiskan hari libur di rumah bersama adiknya alias si bungsu yang lahir lima tahun lalu.

Bagi saya, ini bukan sekadar menyaksikan partai penentuan PSIP di kandang, tetapi juga kesempatan untuk melakukan bonding dengan putera saya. Sekaligus menularkan virus sepak bola, seperti halnya saya dulu juga ditulari virus sepak bola oleh bapak saya.

Cuma dulu Bapak tidak pernah mengajak ke stadion. Nontonnya malah di televisi tetangga setiap malam Minggu, menyaksikan tayangan Bundesliga di TVRI.

Sebetulnya Bapak tidak menonton sepak bola, sih. Malah lebih asyik bermain catur bersama tetangga rasa saudara bernama Pak Budi. Apapun itu, semenjak itulah saya punya ketertarikan pada sepak bola yang seiring waktu bertambah kuat. Sampai sekarang giliran saya yang punya anak.

Stadion Baru, Tapi....

Seperti saya singgung di atas, terakhir kali nonton PSIP ke Stadion Mochtar masih versi bangunan lama. Tribun duduknya hanya di sisi barat, itupun bukan tipe single seater. Melainkan bangku beton.

Sejak menjuarai Liga 3 Jateng pada 2018, stadion kebanggaan warga Pemalang tersebut direnovasi. Yaah, meskipun sebagai penikmat sepak bola saya agak kecewa karena perbaikan lebih mementingkan pembangunan fisik bangunan, bukan lapangan lebih-lebih kualitas rumput.

Kalau kita lihat stadion di Inggris, misalnya, klub selevel Liga 3 itu paling-paling hanya berkapasitas belasan ribu penonton. Tribunnya pun tidak melingkar penuh dengan bangku beton bertingkat. Paling-paling hanya sisi barat atau timur saja yang berbangku dan beratap, sisanya tribun berdiri tanpa atap.

Namun jangan tanyakan kualitas rumputnya bagaimana. Lihat sendiri melalui rekaman pertandingan League One atau bahkan League Two di YouTube. Hijau, tebal dan yang terpenting lagi permukaannya rata.

Bandingkan dengan kebanyakan lapangan di Indonesia. Tidak botak saja sudah bagus, tetapi rata-rata pasti tidak rata. Terlihat dari pergerakan bola yang meloncat-loncat jika digulirkan mendatar atau menelusur rumput.

Cuma ya, saya musti tahu diri bukan siapa-siapa. Hanya sekadar penikmat sepak bola. Misal suguhan lokal kurang terasa nikmat bagi saya, ya tinggal beralih ke yang lebih nikmat saja. Hehehe.

Balik lagi ke Stadion Mochtar yang baru sekitar tiga-empat tahun direnovasi....

Tribun tinggi bertingkat kini melingkari lapangan. Sisi utara menjadi basis kelompok supoter Lasbo Mania, sedangkan yang selatan jadi wilayah kekuasaan golongan hitam Local Boys Squadra alias LBS.

Adapun tribun lama di sisi barat, yang lima tahun lalu menjadi satu-satunya tribun bertingkat, menjadi area VIP dan VVIP. Lalu menariknya adalah ruang ganti pemain ternyata berada di sisi timur.

Gunung Slamet menampakkan wujud begitu petang menjelang. FOTO: dokumentasi pribadi
Gunung Slamet menampakkan wujud begitu petang menjelang. FOTO: dokumentasi pribadi

Hadiah Empat Gol

Mendung tebal memayungi Pemalang kota setengah jam sebelum waktu kick-off. Di langit sisi utara dan selatan tampak sangat gelap oleh awan pekat, disertai angin kencang.

Namun saya tak ragu dan tetap berangkat saja. Sepertinya semua pendukung PSIP juga berpikir begitu. Terlihat dari suasana stadion yang sudah sangat ramai saat saya dan si sulung tiba.

Karena mendapat tiket Tribun Utara, maka kami dapat melihat aksi Lasbo Mania sepanjang pertandingan. Asyiknya lagi, PSIP bermain di sisi selatan pada babak pertama dan Persiku di sisi utara.

Artinya, gawang Persiku berada tepat di hadapan kami di Tribun Utara, sedangkan PSIP mencetak empat gol yang kesemuanya tercipta pada babak pertama. Alhasil, kami dapat dengan jelas menyaksikan proses terjadinya gol demi gol di gawang Persiku.

Sayang, gol kedua PSIP gagal saya abadikan dalam bentuk video. Padahal menurut saya itu gol paling cantik dalam pertandingan tersebut. Proses terciptanya pun lewat aksi individu yang sangat menawan dari striker Gatot Wahyudi.

Terlepas dari itu, secara umum PSIP bermain sangat baik sore ini. Persiku kalah segala-galanya dan tak mampu untuk bahkan sekadar mengancam balik dengan serius.

Sayangnya, tak ada tambahan gol pada babak kedua. Para pemain PSIP agaknya sudah puas dengan keunggulan 4-0 yang diperoleh pada babak pertama. Padahal kalau bisa menang lebih besar, posisi mereka di Grup H bakal lebih nyaman.

Ya sudahlah, tak mengapa. Yang penting PSIP menang dan masih terbuka peluang untuk menapak ke fase selanjutnya.

Bagi saya pribadi, kemenangan 4-0 yang diperoleh PSIP ini tak ubahnya persembahan kado ulang tahun. Karena tepat pada hari ini usia saya bertambah.

Untuk itu, saya musti mengucapkan banyak terima kasih bagi segenap tim dan juga jajaran pelatih. Semoga sukses mencapai target yang dicanangkan manajemen pada awal musim.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun