ENTAH sejak kapan pastinya saya menyukai Liverpool FC, paling lama baru sekitar 20-an tahun terakhir. Jelas tidak ada apa-apanya dibandingkan kakek-kakek satu ini, yang telah menyaksikan nyaris seluruh partai final The Reds sejak 1965.
Ernie Ashley namanya, seorang kakek yang pada 2023 ini berusia 79 tahun. Seorang Scouse tulen yang lahir dan menghabiskan seluruh usianya di kawasan tepian Sungai Mersey.
Sebagaimana umumnya penduduk Merseyside lain, kecintaan Ernie pada Liverpool muncul akibat pengaruh keluarga. Ayahnya adalah seorang Liverpudlian sejati, demikian pula paman-pamannya dari pihak sang ayah.
Tumbuh besar dalam lingkungan pecinta Liverpool, tak pelak Ernie jadi menyukai klub yang sama. Darahnya semakin merah akibat pengaruh kuat The Reds.
"Ayahku menyaksikan Liverpool bertanding selama 60 tahun dan pamanku John dan Jim terus berada di tribun The Kop selama berpuluh-puluh tahun, tapi mereka tak pernah melihat Liverpool memenangkan Piala FA," ujar Ernie pada 2016 lalu, sebagaimana dikutip iniLiverpool dari Liverpool Echo.
Sebagaimana sang ayah, Ernie menunjukkan kecintaannya pada Liverpool dengan cara menonton langsung setiap pertandingan di Anfield. Ia pertama kali masuk ke stadion kebanggaan The Reds tersebut ketika berusia tujuh tahun.
Sepanjang hidupnya, Ernie menjadi pemegang tiket musiman Liverpool. Sebagai pemegang tiket musiman, ia turut menyaksikan saat The Reds meraih 13 titel juara First Division dan sekali menjuarai Second Division.
Lebih dari itu, Ernie juga menyaksikan nyaris seluruh partai final yang melibatkan Liverpool di segala kompetisi. Tak peduli ajang domestik seperti Piala FA dan Piala Liga maupun kompetisi level benua seperti Liga Champions dan Europa League, Ernie senantiasa menyempatkan menonton langsung.
Termasuk ketika Steven Gerrard, cs. melakukan keajaiban di Istanbul pada 2005.
Saksi Kemenangan dan Kegagalan
Ernie merupakan salah satu saksi hidup keberhasilan Liverpool meraih gelar juara Piala FA pertama pada 1965. Ia datang jauh-jauh dari Huyton di Liverpool ke Stadion Wembley di London untuk melihat Ron Yeats mengangkat trofi.
"Partai final pertamaku, final Piala FA 1965, merupakan pengalaman terbaik. Itu kami pertama Liverpool memenangkan Piala FA," kenang Ernie, masih dikutip dari Liverpool Echo.
Itulah pula kali pertama Ernie menyaksikan langsung partai final yang melibatkan klub idolanya. Sejak itulah pula kakek pengagum Bill Shankly ini mengusahakan selalu hadir di nyaris setiap partai final yang dilakoni Liverpool.
Final Liverpool terakhir yang diikuti Ernie adalah laga pamungkas Piala FA 2021-22 melawan Chelsea. Pertandingan yang digelar pada 14 Mei 2022 tersebut berakhir imbang 0-0 setelah berjalan 120 menit.
The Reds keluar sebagai juara usai memenangkan adu penalti dengan skor 6-5. Untuk kali kedelapan sepanjang usianya, Ernie menyaksikan pemain LFC mengangkat trofi Piala FA di Wembley. Kali ini kaptennya Jordan Henderson.
Dari sekian usahanya mendampingi Liverpool di partai final, pernah sekali Ernie nyaris gagal menyaksikan langsung tim idolanya. Itu terjadi pada laga pamungkas Piala FA 1971, di mana Liverpool menghadapi Arsenal.
Ernie nyaris gagal berangkat bukan karena kehabisan tiket, tetapi gara-gara kakinya mengalami cedera parah. Namun ia tetap nekat berangkat juga. Bahkan sampai nekat menerobos lapangan untuk mendekati Bill Shankly.
"Kakiku patah saat itu, tapi aku tetap berusaha berangkat ke Wembley menggunakan penyangga," kenang Ernie.
Sayang, Liverpool dikalahkan Arsenal saat itu. Setelah bermain imbang 0-0 di waktu normal 90 menit, The Reds kalah 1-2 pada babak tambahan waktu.
Keyakinan pada Jurgen Klopp
Bagi Ernie, kekalahan dari Arsenal itu bukan hasil terburuk Liverpool yang pernah ia tonton langsung. Adalah partai final Liga Champions 2007 di Athena yang menurutnya jadi pengalaman terburuk.
Wajar jika Ernie merasa sesak, sebab pertandingan tersebut seolah menjadi ajang balas dendam AC Milan. Setelah di-comeback secara dramatis di Istanbul, Paolo Maldini, cs. balik mempecundangi Liverpool dengan permainan yang sangat dominan.
Setelah kegagalan di Athena itu, Liverpool seolah menghilang dari pentas Eropa. Ernie dan fans The Reds lainnya harus menunggu lama sekali untuk dapat kembali menyaksikan klub idolanya bertanding di final level benua.
Setelah berkali-kali ganti pelatih usai memecat Rafael Benitez pada 2010, pada akhirnya Liverpool ditangai Jurgen Klopp. Di mata Ernie, juru taktik asal Jerman inilah yang dapat mengembalikan kejayaan The Anfield Gank.
"Masa 15 tahun terbaik dalam hidupku adalah ketika Bill Shankly yang luar biasa menjadi manajer Liverpool, tapi aku yakin Jurgen Klopp dapat mengembalikan kejayaan itu ke Anfield," katanya bertahun-tahun lalu.
Penilaian Ernie tepat. Pada masa Klopp-lah Liverpool kembali dapat berbicara banyak di pentas Eropa. Bahkan hanya dalam tempo semusim Klopp mampu membawa The Reds tampil di final Europa League 2016.
Sayangnya, Ernie malah melewatkan final Liga Champions pertama Liverpool di bawah Klopp. Penerbangannya tiba-tiba saja dibatalkan pihak maskapai menjelang pertandingan. Alhasil, ia gagal tiba di Kiev pada 28 Mei 2018.
Musim ini, pengharapan Ernie tentulah sama dengan kebanyakan fans Liverpool. Kembali menjuarai Premier League menjadi harapan terbesar, disusul trofi dari seluruh ajang yang diikuti.
Semoga saja.
Referensi: iniLiverpool, Liverpool Echo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H