Ketika mengecek rekaman terjadinya gol, England dengan dibantu Replay Operator melihat jika Diaz dalam posisi onside. Keduanya bercakap-cakap dan sepakat Diaz tidak offside karena memang masih berada di belakang bek terakhir lawan.
Sayang, akibat tidak fokus, England terlihat tidak tahu ataupun tidak ingat apa keputusan Hooper di atas lapangan sebelum meminta dirinya mengecek rekaman video. Akibatnya, jawaban yang ia berikan kepada Hooper justru mengonfirmasi jika Diaz memang offside alih-alih menyatakan sebaliknya.
Kepada Hooper, saat itu England mengatakan, "Check complete, check complete. That's fine, perfect. Off."
Menerima konfirmasi ini, Hooper meniup peluit dan mengisyaratkan kepada para pemain bahwa Diaz dinyatakan dalam posisi offside oleh VAR. Dengan demikian golnya tidak sah dan skor tetap 0-0.
Pertandingan kembali dilanjutkan. Spurs mendapatkan tendangan bebas dan balik menyerang pertahanan Liverpool.
Pada saat itulah Replay Operator menyatakan jika telah terjadi kesalahan. Ia memberi tahu England jika keputusan Hooper sebelumnya adalah offside.
Mulanya England tidak sadar telah melakukan kesalahan fatal. Setelah Replay Operator mengulangi keterangannya, barulah ia tahu apa yang terjadi.
Namun nasi sudah menjadi bubur. Ketika Manajer Operasi VAR Hub Oli Kohout meminta pertandingan dihentikan, England menyatakan dirinya tidak bisa melakukan apa-apa. Assistant VAR Dan Cook mengamini respons tersebut.
Yang terjadi kemudian seperti sudah kita ketahui bersama. Liverpool meninggalkan London dengan membawa kekalahan 1-2.
Terhalang Laws of the Game
Banyak yang bertanya-tanya, mengapa seruan Kohout untuk menghentikan pertandingan dan mengoreksi keputusan wasit tidak dituruti England selaku VAR?
Jawabannya terletak pada Laws of the Game, 'kitab suci' yang mengatur permainan sepak bola sedunia. Satu-satunya aturan baku yang diakui FIFA dan harus ditaati oleh seluruh asosiasi di bawah naungannya.