Mohon tunggu...
Eko Nurhuda
Eko Nurhuda Mohon Tunggu... Penulis - Pekerja Serabutan

Peminat sejarah dan penikmat sepak bola yang sedang belajar berkebun di desa transmigrasi. Tulisannya pernah dimuat di Tabloid BOLA, BOLAVaganza, FourFourTwo Indonesia, detikSport, juga Jambi Ekspres, Telusuri.id dan Mojok.co. Sempat pula menelurkan beberapa buku seputar blog-internet, juga menulis cerita silat di aplikasi novel online.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Setahun Tragedi Kanjuruhan dan Suporter yang Tak Kunjung Dewasa

1 Oktober 2023   12:39 Diperbarui: 1 Oktober 2023   18:10 1997
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahkan sebelum menghadapi Uzbekistan pun tim asuhan Indra Sjafri sudah bermasalah. Termasuk ketika menang 2-0 atas Kyrgyzstan di laga pembuka fase grup.

Benar, Indonesia meraih tiga poin ketika itu. Cuma coba lihat lagi bagaimana jalannya pertandingan tersebut. Perhatikan pula bagaimana dua gol kemenangan Indonesia tercipta.

Saya tidak ahli-ahli benar dalam hal taktik sepak bola. Namun demikian sebagai awam saya dapat menilai jika permainan Indonesia selama di Hangzhou jauh dari kata bagus.

Sekalipun saat itu Hugo Samir tetap berada di atas lapangan sampai pertandingan berakhir, menurut saya hasilnya bakal sama saja. Toh, bukankah Uzbekistan menceploskan gol pertama saat Indonesia masih bermain lengkap 11 orang?

Sebagai penutup, saya ingin mengajak suporter Indonesia untuk berbenah dan dewasalah. Jangan hanya bisa menuntut PSSI dan timnas menjadi lebih baik.

Mari tinggalkan kebiasaan-kebiasaan buruk yang selama ini dianggap lumrah. Tragedi Kanjuruhan telah mengajarkan pada kita bahwa kebiasaan-kebiasaan seperti itu sangatlah merugikan karena berpotensi menghadirkan malapetaka.

134 nyawa melayang dalam Tragedi Kanjuruhan setahun lalu. Ratusan lainnya terluka dan sebagian masih mengalami trauma hingga kini.

Itu harga yang sangat mahal untuk sebuah pengalaman. Terlebih kalau kita gagal memetik pelajaran berharga dari peristiwa tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun