ASIAN Games 2022 di Hangzhou segera bergulir. Pelatih Indra Sjafri bertekad memberikan kejutan. Akankah itu berupa raihan medali seperti pada edisi 1958, di mana timnas Indonesia diperkuat sekian pemain keturunan Tionghoa?
Tak perlu malu mengakui sejarah. Satu-satunya medali yang pernah diraih Indonesia di cabang sepak bola Asian Games, ya pada 1958 itu. Medali perunggu sebagai peringkat ketiga. Di Tokyo tempatnya.
Selain catatan perunggu tersebut, Indonesia memang sempat dua kali lagi menembus semifinal. Pertama pada 1954, lalu kali terakhir pada 1986. Namun pada dua kesempatan itu berakhir dengan kekalahan. Kekalahan yang berlanjut di partai perebutan peringkat ketiga.
Alhasil, perunggu di Tokyo 1958 merupakan satu-satunya medali Asian Games dalam lemari koleksi Indonesia. Medali yang telah berusia berusia 65 tahun tersebut diraih oleh timnas yang sebagian anggotanya berdarah Tionghoa.
Coba kita tengok nama-nama peraih medali perunggu di Tokyo kala itu. Di antaranya ada Kwee Kiat Sek, Thio Him Tjiang, Phwa Sian Long dan Tan Liong Houw.
Lihat, bukankah itu nama-nama Tionghoa? Jangan heran, sebab pada era 1950-an hingga 1960-an timnas kita memang selalu diperkuat oleh para pemain yang nenek moyangnya berasal dari daratan Tiongkok nun jauh.
Bukan sekadar menjadi anggota skuat, para pesepak bola berdarah Tionghoa banyak yang menjadi andalan timnas. Bersama merekalah Indonesia mencatatkan capaian-capaian legendaris di pentas internasional. Catatan yang masih terus diceritakan dengan bangga hingga kini.
Selain medali perunggu Asian Games 1958, satu lagi momen epik yang ditampilkan timnas berkekuatan pemain keturunan Tionghoa adalah skor imbang 0-0 kala menghadapi Uni Soviet di Olimpiade 1956. Sebagai catatan tambahan, itulah satu-satunya penampilan Indonesia di Olimpiade.
Mengajari Pribumi
Timnas Indonesia diperkuat pemain berdarah Tionghoa adalah hal lazim pada masa lalu. Utamanya di era kejayaan Indonesia pada dekade 1950-an hingga 1960-an, di mana Tim Garuda dapat berbicara banyak di level dunia.
Sejarah sepakbola nasional sendiri tidak terlepas dari peran para peranakan Tionghoa. Bahkan menurut Srie Agustina Palupi dalam buku Politik dan Sepak Bola di Jawa 1920-1942, orang-orang Tionghoa-lah yang memperkenalkan sepak bola kepada penduduk pribumi.