HARI ini pada empat tahun lalu, Otavio Dutra resmi menyandang status sebagai warga negara Indonesia (WNI). Pemain belakang asal Brasil tersebut menjadi pesepak bola asing kesekian di Liga Indonesia yang memilih menanggalkan kewarganegaraan asli demi membela Tim Garuda.Â
Menarik untuk mengilas balik proses naturalisasi Dutra. Terlebih karena ia sempat merelakan dirinya sekeluarga untuk tidak mudik ke Brasil selama 9 tahun lamanya. Itu artinya sejak ia menginjakkan kaki di Indonesia pada 2010.
Faktor tersebut jadi salah satu pemulus jalan naturalisasi Dutra. Ayah dari aktris muda Luana Dutra ini sah menjadi WNI usai mengucapkan sumpah di aula Kanwil Kemenkumham Jawa Timur pada 27 September 2019.
Tatiane, istri Dutra, saat itu menyatakan mereka sekeluarga sangat senang dan bangga dengan status WNI yang diperoleh Dutra.
"Karena itu mimpi keluarga Dutra. Kami punya negara Indonesia di dalam hati," demikian ucapnya seperti dikutip dari Kompas.com.
Sempat Membela Corinthians
Dutra lahir di Fortaleza, ibu kota negara bagian Cear di bagian timur laut Brasil. Kota tersebut berjarak sekitar 2.285 km dari Brasilia, ibu kota Negeri Samba.
Ia mengawali karier sepak bola sejak kecil dengan bergabung bersama klub lokal. Pada usia 17 tahun, Dutra diikat oleh Clube Atltico Juventus Sao Paulo. Untuk itu ia musti merantau sendiri sejauh 3.000 km lebih dari kampung halaman.
Tak lama merumput bersama Juventus Sao Paulo, bakat Dutra dicium klub top Brasil yang juga bermarkas di negara bagian tersebut: Corinthians. Tiga tahun lamanya ia bergabung bersama langganan juara Campeonato Brasileiro Srie A tersebut.
Sejak 2003, Dutra pindah ke Esporte Clube Noroeste dan mulai mencicipi atmosfer sepak bola senior. Namun ia musti pindah-pindah klub demi mendapat jam terbang.
Dalam tempo empat tahun sejak bergabung dengan Noroeste, nyaris setiap tahun Dutra berganti klub. Dari Noroestre ke Francisco Beltrao FC di tahun 2005, lalu pindah lagi ke Toledo Esporte Clube pada 2006, untuk kemudian bergabung dengan Legiao Esporte Clube pada 2007.
Selepas itu Dutra sempat mencoba peruntungan di Eropa. Ia meneken kontrak dengan Pogon Szczecin yang berlaga di Ekstraklasa, kasta teratas Liga Polandia. Hanya dua tahun ia merumput di Polandia, sebelum kemudian balik ke Brasil dan berseragam Macae Esporte Futebol Clube.
Menjajal Liga Indonesia
Dua tahun bersama Macae, Dutra kemudian coba merantau lebih jauh lagi, yakni ke Indonesia. Ia datang tepat pada saat sepak bola tanah air tengah kacau balau akibat perpecahan di tubuh PSSI.
Dutra menjatuhkan pilihannya pada Persebaya 1927, klub kebanggaan warga Surabaya yang ketika itu berlaga di Liga Primer Indonesia (LPI). Sebuah liga swadaya yang sempat membuat jagat sepak bola negeri ini gonjang-ganjing.
Satu fakta menarik dari Dutra, ia sudah dapat menguasai bahasa Indonesia hanya dalam tempo empat bulan. Kepada Kompas.com, ia bercerita banyak mempelajari budaya dan iklim sepak bola Indonesia dari pemain-pemain Brasil lain. Ia juga tahu betapa fanatiknya suporter di tanah air pada klub idola.
"Itu yang membuat saya cepat bisa belajar bahasa Indonesia selama empat bulan saja," katanya saat itu.
Dua tahun merumput bersama Bajul Ijo di LPI--pada musim kedua LPI berstatus liga resmi PSSI, Dutra tampil sebanyak 52 kali dan melesakkan tiga gol. Kemampuannya mengawal lini pertahanan dengan cepat menarik minat klub-klub besar di negeri ini.
Bersamaan dengan itu, PSSI dan pihak-pihak yang berseteru melakukan rekonsiliasi. Mereka bersepakat LPI dihentikan dan Liga Super Indonesia kembali jadi liga resmi yang diakui federasi.
Oktober 2012, Dutra pindah ke Persipura Jayapura dan membentuk duet bek kokoh bersama Pierre Bio Paulin. Tak cuma menjadi palang pintu yang nyaris tak tertembus di Liga Super Indonesia 2013, ia juga merupakan bek subur dengan mencetak 10 gol.Â
Musim itu Persipura keluar sebagai juara, membuat Dutra langsung mencicipi manisnya gelar domestik dalam tempo kurang dari tiga tahun sejak menjejakkan kaki di Indonesia.
Di akhir musim 2013, Dutra menerima pinangan Persegres Gresik United dengan nilai transfer fantastis: Rp 2 miliar. Namun ia hanya bertahan semusim di Gresik.
Setelah sempat membela Bhayangkara FC dan kembali meraih gelar juara liga pada 2017, Dutra kembali membela Persebaya. Ia terus setia bersama Bajul Ijo hingga menyatakan sumpahnya sebagai WNI pada 2019.
Hapal Indonesia Raya Walau Belum Jadi WNI
Tak cuma menguasai bahasa Indonesia dengan cepat, Dutra juga berinisiatif menghafalkan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan Pancasila. Ini ia lakukan jauh sebelum tebersit rencana melakukan naturalisasi menjadi WNI, tepatnya sejak 2011 lalu.
Tak heran, ketika dites oleh anggota Komisi X DPR RI yang tengah mengadakan rapat kerja bersama Kementerian Pemuda dan Olahraga di Senayan, 24 Juli 2019, Dutra dengan lancar menyanyikan lagu Indonesia Raya dan menyebut Pancasila.
Buntutnya, Dutra langsung memperoleh rekomendasi positif dari Komisi X DPR RI, sebelum akhirnya mendapat surat pengesahan dari Presiden Joko Widodo dan mengucapkan sumpah setia kepada NKRI.
"Saya tidak sabar menjalani sumpah itu. Setelah menunggu lama, saya akan menjalani proses akhir," demikian kata Dutra jelang pengambilan sumpah, seperti dilansir dari Bola.com.
Proses naturalisasi Dutra juga dipicu pemanggilan mengikuti training center oleh pelatih timnas (kala itu) Simon McMenemy. Ia bahkan sudah mengikuti serangkaian pemusatan latihan bersama Tim Garuda pada Agustus 2019.
Lebih jauh, nama Dutra masuk dalam daftar skuat timnas untuk Kualifikasi Piala Dunia 2022 zona Asia di Grup G. Namun kemudian McMenemy mencoret nama Dutra karena ternyata si pemain masih berstatus warga negara Brasil.
Ketika kemudian mengantongi paspor Republik Indonesia, keinginan Dutra untuk membela timnas tak lagi terbendung. Sayang, ia harus menunda debut bersama Tim Garuda lebih lama lagi.
Sedianya McMenemy ingin membawa serta Dutra ke Dubai untuk menghadapi Uni Emirat Arab pada 10 Oktober 2019. Namun visa untuk bek tersebut tak kunjung keluar hingga hari pertandingan.
Akhirnya, Dutra baru bisa melakoni debut sebagai pemain timnas Indonesia lima hari berselang ketika menjamu Vietnam di Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar.
Mulai Redup?
Awal tahun 2020, Dutra pindah ke ibu kota untuk bergabung dengan Persija Jakarta. Namun musim perdananya sebagai penggawa Macan Kemayoran berantakan gara-gara wabah Covid-19. Liga 1 dihentikan.
Dutra baru mendapat kesempatan unjuk gigi pada musim kedua di Jakarta. Ia tampil reguler di Liga 1 dan turut mempersembahkan trofi juara dalam ajang Piala Menpora 2021.
Kesuksesan tersebut menjadi kali ketiga Dutra meraih gelar juara di Indonesia. Gelar juara Piala Menpora 2021 terasa semakin spesial bagi Dutra dan segenap pemain Persija, sebab lawan yang mereka kalahkan di final adalah musuh bebuyutan Persib Bandung.
Namun bola terus berputar. Usia Dutra juga semakin senja, sehingga membuatnya dinilai tak lagi secepat dan segesit bek-bek yang lebih muda. Alhasil, Dutra tak banyak mendapat porsi bermain pada musim ketiganya berseragam Persija.
Demi memperoleh jam terbang, Dutra memilih dipinjamkan ke Madura United pada 29 Januari 2023. Hanya enam bulan di Pulau Garam, Dutra kembali pindah pulau ke Kalimantan untuk membela Kalteng Putra di Liga 2.
Di level timnas, Dutra juga tak pernah lagi dipanggil. Ia hanya tercatat dua kali membela Tim Garuda semenjak dinaturalisasi, setelah itu sepi.
Apakah ini semua pertanda jika sudah tiba waktunya bagi Dutra untuk gantung sepatu? Terlebih pada 22 November mendatang usianya bakal genap 40 tahun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H