Mustinya tidak masalah. Saya pribadi lebih senang PSSI diurus 'orang basket' ketimbang sosok-sosok yang tujuan utamanya mengincar elektabilitas atau lainnya.
Di sinilah titik lemah Erick Thohir di mata saya. Beliau orang pemerintahan, tengah menjabat Menteri BUMN. Sementara kita sama tahu, dalam tempo setahun mendatang bakal ada Pemilu.
Bukan ingin berburuk sangka, tetapi insan sepakbola sudah semestinya waspada jika ada orang pemerintahan maupun tokoh yang cenderung pada dunia politik ingin masuk kepengurusan PSSI. Setidak-tidaknya harus bisa memastikan niatnya tulus, bukan karena tujuan-tujuan lain di luar sepakbola.
Maka, jangan tanya apa pendapat saya mengenai La Nyalla. Selain karena ia seorang senator di Dewan Perwakilan Daerah (DPD), rekam jejaknya di mata saya sangat kelam.
Memori KPSI
Memang benar La Nyalla punya track record panjang di dunia sepak bola. Bahkan pernah menjadi Ketua Umum PSSI, meski diwarnai noda dengan jatuhnya sanksi FIFA bagi Indonesia.
Namun saya tak akan pernah lupa apa yang pernah dilakukan La Nyalla pada sepak bola Indonesia tepat 10 tahun lalu. Tidak akan pernah lupa seumur hidup.
La Nyalla adalah penggagas terbentuknya Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia (KPSI) yang, diakui atau tidak, membelah dua sepak bola Indonesia saat PSSI dipimpin Prof. Djohar Arifin Husin. Aksi yang membawa efek negatif pada performa tim nasional Indonesia.
Masih ingat wajah masam Aji Santoso saat Indonesia digasak Bahrain 10-0 pada 29 Februari 2012?
Penyebabnya adalah timnas kita tercinta ketika itu diperkuat pemain-pemain minim pengalaman. Partai ini bahkan merupakan laga debut bagi delapan pemain dalam starting line up.
Kalau ada yang bertanya kenapa timnas Indonesia menurunkan pemain-pemain tak berpengalaman, minta jawabannya pada La Nyalla. Sebab KPSI yang ia pimpin kala itu melarang klub-klub Liga Super Indonesia (LSI) dalam naungannya melepas pemain ke timnas.
Ya, dengan kata lain KPSI memboikot timnas. Pemain yang nekat melanggar, diancam sanksi. Karena tak ingin periuk nasinya terguling, banyak pemain akhirnya mengabaikan panggilan dari timnas.