Mohon tunggu...
Eko Nurhuda
Eko Nurhuda Mohon Tunggu... Penulis - Pekerja Serabutan

Peminat sejarah dan penikmat sepak bola yang sedang asyik berkebun di desa transmigrasi. Tulisannya pernah dimuat di Tabloid BOLA, BOLAVaganza, FourFourTwo Indonesia, detikSport, juga Jambi Ekspres, Telusuri.id dan Mojok.co. Sempat pula menelurkan beberapa buku seputar blog-internet juga berkecimpung di dunia novel online dan digital self-publishing.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Yang Perlu Dipelajari PSSI dari Federasi Sepak Bola Curacao

11 Januari 2023   10:10 Diperbarui: 12 Januari 2023   10:00 581
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Remko Bicentini dan bek Cuco Martina. (FOTO: PSSI.org)

TIMNAS Indonesia memperoleh banyak pelajaran berharga saat dua kali menghadapi Curacao, September 2022 lalu. Akan lebih lengkap rasanya jika para pembesar PSSI juga ikut belajar dari pengurus sepak bola negara asal Lautan Karibia tersebut.

Di Gelora Bandung Lautan Api (GBLA), Fachrudin Aryanto, dkk. telah belajar banyak bagaimana caranya meredam sebuah tim berisikan pemain berpostur tinggi-besar. Juga seperti apa mematikan permainan taktis dan efektif ala Eropa yang jadi andalan Curacao.

Dua kali menang, masing-masing dengan skor 3-2 dan 2-1, adalah bukti bahwa para pemain timnas Indonesia sebetulnya punya kualitas yang layak diandalkan. Bahkan saat melawan tim-tim dengan peringkat FIFA jauh lebih tinggi.

Memang masih ada beberapa hal yang bisa dikritisi dalam dua pertandingan tersebut. Akan tetapi secara umum penampilan Tim Merah Putih kala itu sangat memuaskan. Bahkan buat saya tergolong sangat memuaskan.

Itu pelajaran dari segi taktis permainan di atas lapangan. Di luar lapangan, ada lebih banyak poin menarik yang dapat kita serap dari Curacao. Bahkan mungkin saja harus ditiru oleh PSSI.

Lebih persisnya lagi belajar dari pengalaman Federashon Fotbal Korsou (FFK), PSSI-nya Curacao, dalam membangun timnas nan solid dan berprestasi. Sebuah tim yang dipuji oleh CONCACAF karena lesatan prestasinya yang menakjubkan dalam 5 tahun terakhir.

Dalam satu wawancara dengan Remko Bicentini (pelatih Curacao) di tahun 2021, laman resmi CONCACAF menggunakan istilah "meteoric rise" untuk menggambarkan perkembangan La Familia Azul. Melesat bak meteor. Cepat dan tinggi lesatannya.

Maklum saja Concacaf.com sampai memakai istilah demikian. Pasalnya, sebelum 2017 timnas Curacao hanyalah 'pupuk bawang' di konfederasi sepak bola Amerika Utara, Tengah dan Karibia tersebut.

Memang ada catatan mentereng dalam sejarah Curacao, yakni peringkat 3 CONCACAF Championship (cikal bakal Gold Cup) edisi 1963 dan 1969. Akan tetapi itu dicatatkan ketika masih bernama Netherlands Antilles alias Antillen Belanda.

Begitu Antillen Belanda---negara gabungan pulau-pulau jajahan Kerajaan Belanda di Karibia---bubar pada 2010 dan Curacao menjadi negara serta timnas sendiri, mereka tak pernah lolos ke putaran final turnamen akbar. Sekali saja tidak.

Bangkit dan Melesat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun