Eksistensi YouTube inilah yang membuat saya benar-benar melupakan televisi. Saya lebih akrab dengan nama-nama seperti Eno Bening, VNGNC, Agung Hapsah, Edho Zell atau kanal seperti Layaria, Gak Penting Sih, juga Grombyang Pictures ketimbang deretan artis yang berseliweran di layar kaca beserta program yang mereka bawakan.
Nama-nama yang saya sebutkan di atas merupakan pelopor kreator konten YouTube Indonesia. Tepatnya ketika YouTube masih belum terlalu kapitalis dan sangat mendukung penuh kreativitas individual.
Kini, YouTube telah sangat berubah dan ujung-ujungnya "dikuasai" korporasi televisi juga. Namun setidaknya di YouTube kita bisa bebas merdeka menentukan pilihan. Mana yang ingin ditonton dan mana yang tidak, sepenuhnya ditentukan sendiri oleh kita.
Saya sendiri lebih senang menonton kanalnya Malini Angelica atau Yes Theory ketimbang tayangan wisata di televisi nasional. Untuk acara seru-seruan, saya lebih suka menyaksikan tingkah Mr Beast dan kawan-kawannya ketimbang acara-acara ... you name it.
Istri saya lebih suka membuka kanal Lis Achmady untuk mencari resep-resep kekinian ketimbang menunggu program kuliner di televisi. Anak-anak saya yang berusia 4,5 tahun lebih suka menonton video-video Masha di YouTube ketimbang tayangan animasi di tivi.
Jangan lupakan pula kebebasan kita untuk terus menyaksikan iklan yang ditampilkan atau tidak di YouTube. Sesuatu yang tidak mungkin dilakukan saat menonton siaran televisi.
Saya sih, sebagai sesama content creator, biasanya menonton iklan antara 31-35 menit, baru kemudian tekan tombol "Skip Ads".
Karena sejak lama sudah tidak akrab dengan televisi dan lebih condong pada YouTube inilah, saya tidak ikut-ikutan geger ketika kakak ipar dan mertua di kiri-kanan sibuk mencari set top box (STB) demi mendigitalkan pesawat televisi lawas mereka.
Demi tetap dapat mengikuti program favorit mereka, lebih tepatnya.
Bahkan ketika beberapa bulan lalu pesawat televisi di rumah rusak berbulan-bulan, saya dan anak-anak anteng saja. Kami sama sekali tidak kebingungan apalagi merasa kehilangan sumber hiburan maupun sumber informasi.
Justru kemudian ibu mertua yang sibuk mencarikan jasa servis, tetapi setelah bener itu televisi dianggurin saja oleh kami. Benar-benar tidak pernah dihidupkan lagi sejak terakhir kali dites oleh si tukang servis.