Mohon tunggu...
Eko Nurhuda
Eko Nurhuda Mohon Tunggu... Penulis - Pekerja Serabutan

Peminat sejarah dan penikmat sepak bola yang sedang belajar berkebun di desa transmigrasi. Tulisannya pernah dimuat di Tabloid BOLA, BOLAVaganza, FourFourTwo Indonesia, detikSport, juga Jambi Ekspres, Telusuri.id dan Mojok.co. Sempat pula menelurkan beberapa buku seputar blog-internet, juga menulis cerita silat di aplikasi novel online.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Menanti Kejutan "Jebolan Babak Kualifikasi" di Fase Grup Liga Champions 2022/23

27 Agustus 2022   22:02 Diperbarui: 27 Agustus 2022   22:11 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para pemain Maccabi Haifa, kontestan fase grup Liga Champions 2022/23 dengan poin koefisien paling rendah. FOTO: mhaifafc.com

PANGGUNG utama UEFA Champions League 2022/23 segera digelar selepas pelaksanaan drawing fase grup di Istanbul, Kamis (25/8/2022) lalu. Alih-alih mengamati mana grup neraka mana grup mudah bagi calon juara, saya malah lebih tertarik menunggu kejutan dari tim-tim asal fase kualifikasi.

Sebagaimana kita ketahui, jatah lolos langsung ke fase grup Liga Champions Eropa hanya 26. Sisa 6 tempat lagi disediakan bagi tim-tim yang lolos dari fase kualifikasi.

Rincian 26 slot lolos langsung tersebut adalah:

  • 1 juara Europa League musim sebelumnya,
  • 11 juara liga domestik dari asosiasi ranking 1-12 (khusus musim ini kecuali Rusia, penghuni ranking 8),
  • 6 peringkat dua liga domestik dari asosiasi ranking 1-6,
  • masing-masing 4 peringkat tiga dan peringkat empat liga domestik dari asosiasi ranking 1-4.

Dengan demikian, para juara liga domestik yang asosiasi sepak bolanya menduduki ranking 13 dan seterusnya mau tak mau harus berkeringat lebih awal. Ada yang bahkan musti memulai perjuangan sejak Preliminary Round, yakni 4 juara liga dari asosiasi ranking 52–55.

Musim ini, empat tim dari asosiasi paling buncit di Eropa tersebut adalah Víkingur Reykjavík (Islandia, ranking 52), FCI Levadia Tallinn (Estonia, 53), Inter Club d'Escaldes (Andorra, 54), dan La Fiorita (San Marino, 55). Keempatnya sudah memulai laga Liga Champions musim ini sejak pertengahan Juni lalu.

Víkingur Reykjavík memenangi Preliminary Round setelah membantai FCI Levadia 6-1 di semifinal, lalu menang tipis 1-0 atas Inter Club d'Escaldes. Klub bernama resmi Knattspyrnufalagid Víkingur ini melaju ke Kualifikasi I.

Sayang, bertemu Malmo FF dari Swedia di Kualifikasi II, Víkingur Reykjavík kalah agregat dengan skor tipis 5-6. Mereka keok 2-3 di kandang Malmo FF pada leg pertama. Ketika ganti menjadi tuan rumah pada leg kedua, klub berusia 114 tahun ini ditahan imbang 3-3 oleh tamunya.

Kejutan Sejak Kualifikasi

Kejutan mulai terjadi di fase Kualifikasi I. Misalnya kemenangan FC Pyunik (Armenia) atas CFR Cluj (Romania). Bukan saja karena ranking Romania (25) jauh lebih tinggi dari Amernia (39), tetapi juga karena CFR Cluj bukanlah pendatang baru di pentas Eropa.

CFR Cluj sudah lama malang melintang di kompetisi antarklub Eropa. Liga Champions, Europa League, termasuk juga UEFA Conference League pertama musim lalu, pernah mereka cicipi. Klub ini bahkan sempat menjadi runner-up Piala Intertoto, kompetisi selevel Conference League, pada tahun 2005.

Di Liga Champions sendiri, CFR Cluj sempat beberapa kali menembus fase grup. Pada musim 2008/09, Cluj menjungkir-balikkan prediksi rumah taruhan dengan membuat kejutan di Grup A. Mula-mula mengalahkan AS Roma 2-1 di Olimpico, lalu menahan imbang Chelsea 0-0.

Musim ini, giliran CFR Cluj jadi 'korban' kejutan yang dibuat FC Pyunik. Usai kemenangan atas Cluj di Kualifikasi I dan kemudian F91 Dudelange (Luksemburg) di Kualifikasi II, Pyunik mencatatkan rekor sebagai perwakilan Armenia pertama yang sukses menembus Kualifikasi III Liga Champions.

Sayang, langkah Pyunik harus langsung terhenti sampai di sana. Berhadapan dengan mantan juara Eropa Crvena Zvezda alias Red Star Belrade, juara Armenia tersebut kalah telak 0-7 secara agregat.

Kejutan lain yang tak kalah menarik dari adalah kalahnya Malmo FF dari FK Zalgiris asal Lithuania di Kualifikasi II. Skornya tidak main-main, yakni 3-0 secara agregat di mana kemenangan 2-0 pada leg kedua dicatatkan FK Zalgiris di kandang Malmo.

Hasil ini layak disebut sejarah. Pasalnya, selain faktor selisih poin koefisien klub keduanya yang sangat jauh--di mana Malmo 23.500 dan Zagiris hanya 8.000, Malmo boleh dibilang salah satu pemain lama kompetisi Eropa. Klub yang membesarkan nama Zlatan Ibrahimovic ini pernah mencapai final European Cup 1978/79.

Usai kemenangan atas Malmo FF, Zalgiris memang lantas kalah telak 1-6 dari FK Bodo/Glimt (Norwegia). Mereka turun kasta ke babak play-off Europa League dan lagi-laga kalah dari Ludogorets Razgrad.

Namun menembus Kualifikasi III Liga Champions saja sudah memberikan jaminan satu tempat di fase grup UEFA Conference League. Maka, Zagiris mencatatkan rekor sebagai klub Lithuania pertama yang sukses menembus fase grup kompetisi antarklub Eropa.

Kiprah Haifa

Setelah mengarungi fase kualifikasi nan melelahkan di musim panas, terdapat enam klub yang berhasil mencapai fase grup. Keenam nama tersebut adalah SL Benfica, Glasgow Rangers, Dinamo Zagreb, FC Copenhagen, Viktoria Plzen, dan Maccabi Haifa.

Dari keenam klub tersebut, saya paling penasaran dengan lanjutan kiprah Maccabi Haifa. Pasalnya, klub satu ini merupakan kontestan fase grup Liga Champions 2022/23 dengan poin koefisien klub paling kecil, yakni 7.000. Sementara yang lain memiliki poin lebih dari 30.000.

Meski demikian, sejak pertama kali terjun di Kualifikasi II, Haifa selalu mencatatkan kemenangan atas tim yang berasal dari asosiasi dengan ranking lebih tinggi dan juga poin koefisien UEFA-nya lebih banyak dari mereka.

Haifa masuk Kualifikasi II dengan status bukan unggulan. Maklum, Israel menempati ranking 34 dari 55 anggota UEFA. Lalu poin koefisien klub milik tim asuhan Barak Bakhar juga cuma 7.000. Namun rupanya semua itu bukan halangan bagi mereka.

Kejutan pertama dibuat Haifa ketika mengandaskan perlawanan Olympiacos (poin koefisien klub 41.000) dengan skor agregat telak, 5-1. Bahkan jawara Israeli Premier League ini menang 4-0 di kandang lawan pada leg kedua.

Di Kualifikasi III, Haifa mengalahkan Apollon Limassol (14.000 poin) asal Siprus. Lagi-lagi dengan mencatatkan kemenangan telak 4-0 pada pertemuan pertama. Meski kemudian ganti digebuk 0-2 di kandang Apollon, penghuni Sammy Ofer Stadium tersebut menang agregat 4-2.

Kejutan terbesar Haifa terjadi di babak play-off. Undian mempertemukan mereka dengan Red Star Belgrade, klub Serbia yang adalah mantan juara Eropa musim 1990/91 ketika masih bernama FK Crvena Zvezda, serta memiliki total 46.000 poin koefisien UEFA.

Pertandingan leg pertama di kandang Haifa pada 17 Agustus sudah menjanjikan keseruan. Kedua tim saling berbalas gol sebelum laga berakhir dengan skor akhir 3-2 untuk kemenangan tipis tuan rumah.

Ketika ganti melawat ke Belgrade sepekan berselang, Haifa berhasil memaksakan hasil imbang 2-2. Caranya pun sangat dramatis, yakni dengan menyamakan skor pada masa injury time setelah sebelumnya tertinggal 0-2.

Kejutan Lebih Besar?

Apa yang dicatatkan Haifa di fase kualifikasi ini mengingatkan saya pada kiprah mereka di masa lalu. Tepatnya pada Liga Champions 2002/03, ketika klub berseragam hijau ini mencatatkan diri sebagai klub Israel pertama yang sukses menembus fase grup.

Tak cukup sampai di sana, Haifa melanjutkan rekor manis dengan mengalahkan Olympiacos dan Manchester United masing-masing dengan skor 3-0. Mereka mengakhiri fase grup dengan raihan 7 poin dan mencetak 12 gol. Sayang, itu tidak cukup untuk mengantar ke fase gugur.

Kini, Maccabi Haifa tergabung di Grup H bersama Paris Saint-Germain (112.000 poin), Juventus (107.000), dan Benfica (61.000). Dengan hanya membandingkan poin koefisien klub dengan calon lawan saja, rasa-rasanya peluang jawara Israel ini kecil. Kalau tidak mau dikatakan tidak ada.

Namun Haifa dapat memanfaatkan persaingan PSG dan Juventus yang dipastikan berebut posisi pemuncak grup. Andai dapat memenangkan dua laga melawan Benfica--sesama survivor fase kualifikasi, lalu mencuri poin sebanyak-banyaknya kala menghadapi PSG dan Juventus, ada kans bagi Neta Lavi, cs. untuk maju ke babak 16 besar atau setidak-tidaknya turun kasta ke Europa League.

Hasil undian Haifa tidaklah seapes Viktoria Plzen, survivor kualifikasi asal Rep. Ceska. Bayangkan saja, Viktoria tergabung bersama Bayern Munich, Barcelona, dan Inter Milan di Grup C. Benar-benar bagaikan pelanduk di tengah-tengah dua gajah bertarung, bahkan tiga.

Demikian pula dengan FC Copenhagen yang dikepung tiga pembesar Eropa di Grup G: Manchester City, Borussia Dortmund, dan Sevilla. Dari tiga calon lawan, menghadapi Sevilla merupakan peluang terbaik bagi klub Denmark tersebut untuk mendulang poin.

Sedangkan yang peluangnya paling bagus menurut saya adalah Dinamo Zagreb di Grup E, meski setipis kertas. AC Milan dan Chelsea mungkin bukan lawan sepadan bagi mereka, tetapi Red Bull Salzburg bisa dijadikan ladang poin untuk setidak-tidaknya menduduki peringkat 3 klasemen akhir dan pindah kompetisi ke Europa League.

Kita tunggu saja kiprah mereka mulai 6 September nanti. Siapa yang akan membuat kejutan, siapa yang terpental duluan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun