MESKI akhirnya menang atas Myanmar, langkah Indonesia ke final Piala AFF U16 2022 diiringi sekian banyak pekerjaan rumah. Seluruh PR tersebut musti selesai dibereskan sebelum kembali meladeni Vietnam pada Jumat (12/8/2022) mendatang.
Jauh dari bayangan saya, timnas Indonesia U16 rupanya kesulitan membongkar pertahanan Myanmar. Jika sebelumnya saya menyebut anak asuhan Bima Sakti tak bakal kerepotan di semifinal, ternyata justru sebaliknya yang terjadi.
Mentas di Stadion Maguwoharjo, Sleman, pada Rabu (10/8/2022) malam WIB, disaksikan sekian pasang mata pendukung sendiri, Iqbal Gwijangge, dkk. memang mendominasi jalannya pertandingan sejak menit-menit awal. Sayang, bukannya mencetak banyak gol, malah gawang Andrika Fathir Rachman yang kebobolan terlebih dahulu.
Kejadiannya cuma beberapa menit jelang turun minum. Berawal dari satu pelanggaran kasar terhadap pemain Myanmar di sisi kanan lapangan tengah Indonesia. Wasit memberi kartu kuning, sekaligus menghadiahi tendangan bebas bagi Myanmar.
Sebetulnya bola hasil free kick Myanmar tidaklah mengancam. Antisipasi para pemain kitalah yang menyebabkan terciptanya gol lawan. Perpaduan antara kesalahan mengambil keputusan dan miskomunikasi di antara para pemain belakang.
Kesalahan paling mencolok dilakukan Andrika. Sudah ada Iqbal dan satu bek lain mengawal pergerakan pemain Vietnam di dalam kotak penalti, menyambut bola tendangan bebas, tetapi sang kiper tetap ikut maju pula untuk menghalau bola.
Akibatnya, blok yang dilakukan Andrika tidak maksimal karena gerakannya terhalang tubuh Iqbal di depan. Alih-alih membuat bola mental jauh agar gawangnya terbebas dari ancaman, kiper muda ini menyebabkan si kulit bundar jatuh di depan kaki pemain Myanmar lain.
Celakanya, pemain Myanmar bernomor punggung 11 tersebut bebas tanpa kawalan sama sekali. Dengan tenang dan terukur, dia menembakkan bola ke gawang kosong. Gol! Indonesia 0, Myanmar 1.
Mati Kutu
Jika saat tertinggal dari Vietnam para pemain Indonesia U16 dapat langsung melakukan comeback cepat di awal-awal babak kedua, tidak demikian halnya pada partai semifinal. Pertahanan kokoh yang digalang Myanmar benar-benar membuat awak timnas belia mati kutu.
Myanmar memang menerapkan strategi defensif sejak kick off. Para pemain mereka sebagian besar menumpuk di area pertahanan sendiri. Saya hitung bolak-balik untuk memastikan, setidaknya selalu ada 5-6 pemain Myanmar yang bersiaga di sekitaran kotak penalti.