Mohon tunggu...
Eko Nurhuda
Eko Nurhuda Mohon Tunggu... Penulis - Pekerja Serabutan

Peminat sejarah dan penikmat sepak bola yang sedang belajar berkebun di desa transmigrasi. Tulisannya pernah dimuat di Tabloid BOLA, BOLAVaganza, FourFourTwo Indonesia, detikSport, juga Jambi Ekspres, Telusuri.id dan Mojok.co. Sempat pula menelurkan beberapa buku seputar blog-internet, juga menulis cerita silat di aplikasi novel online.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Apa Jadinya Jika Sepak Bola Tanpa Adu Penalti?

2 Juli 2022   11:50 Diperbarui: 2 Juli 2022   12:11 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kiper Boca Juniors, Navarro Montoya, menggagalkan penalti di Supercoppa Libertadores 1994. FOTO: Wikipedia

Dari 1872 ke 1970, ada selisih 98 tahun sampai kemudian aturan adu penalti diberlakukan. Lantas, bagaimana caranya menentukan pemenang di masa lalu jika dua tim yang bertanding sama kuat?

Di sinilah menariknya. Maksud saya, banyak kejadian menarik dalam pertandingan sepak bola yang kemudian jadi pemicu diterapkannya aturan adu penalti.

Replay hingga Undian Koin

Dulu, sebelum diberlakukannya adu penalti, pertandingan yang berakhir imbang bakal dilanjutkan ke babak extra time 2 x 15 menit.  Jika masih imbang juga, maka pertandingan bakal diulang lagi beberapa hari berselang. Replay.

Piala Eropa, kini Euro, pada edisi awal-awal sempat memberlakukan aturan begini. Demikian pula dengan pertandingan cabang sepak bola di Olimpiade.

Masih ingat pertandingan heroik yang sering diulang-ulang media nasional, yakni ketika timnas Indonesia menahan imbang Uni Soviet 0--0 di Olimpiade Musim Panas 1956?

Saat itu Indonesia seharusnya menghadapi Vietnam Selatan terlebih dahulu di putaran pertama. Namun Vietnam Selatan mengundurkan diri sehingga Indonesia mendapat kemenangan walkover. Majulah timnas langsung ke perempatfinal dan bertemu ... Uni Soviet!

Meski Indonesia tengah berada di masa-masa jayanya, Uni Soviet juga merupakan kekuatan sepak bola dunia. Tidak heran jika kebanyakan pengamat memprediksi Uni Soviet tak akan kesulitan menaklukkan tim asuhan Antun Pogacnik.

Eh, kejutan kemudian terjadi di Olympic Park Stadium, Melbourne, tempat pertandingan digelar pada 29 November 1956. Alih-alih menang, Uni Soviet justru ditahan imbang Indonesia dengan skor 0-0.

Pertandingan dilanjut ke babak extra time dan skor masih bertahan 0--0. Mau tidak mau, pertandingan ulang harus digelar dua hari berselang di tempat sama.

Indonesia yang sebagian besar pemainnya mengalami cedera akibat bermain begitu heroik di pertandingan pertama, harus mengakui keunggulan Uni Soviet di pertandingan ulang. Dua gol Sergei Salnikov dan masing-masing satu dari Valentin Ivanov dan Igor Netto mengantar Uni Soviet menang telak 4--0.

Setiap kali membaca kisah ini, saya jadi berandai-andai sendiri. Apa yang terjadi jika saat itu pertandingan pertama yang berakhir 0-0 tadi diselesaikan dengan adu penalti alih-alih replay? Lalu ada pula pertanyaan kedua: bagaimana kalau pertandingan replay juga berakhir imbang?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun