Mohon tunggu...
Eko Nurhuda
Eko Nurhuda Mohon Tunggu... Penulis - Pekerja Serabutan

Peminat sejarah dan penikmat sepak bola yang sedang asyik berkebun di desa transmigrasi. Tulisannya pernah dimuat di Tabloid BOLA, BOLAVaganza, FourFourTwo Indonesia, detikSport, juga Jambi Ekspres, Telusuri.id dan Mojok.co. Sempat pula menelurkan beberapa buku seputar blog-internet juga berkecimpung di dunia novel online dan digital self-publishing.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Kisah Indonesia Rela Korbankan Tiket Piala Dunia demi Solidaritas Anti-Israel

1 Juli 2022   04:31 Diperbarui: 2 Juli 2022   12:12 2249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sinilah politik kembali bermain. Sama halnya Turki yang menolak Israel, sikap serupa ditunjukkan Mesir. Mereka menolak terus berpartisipasi jika tetap ada Israel. Tuntutannya tegas, keluarkan Israel dari kualifikasi Piala Dunia 1958.

Terang saja FIFA tidak menggubris keberatan ini. Israel dipertahankan sebagai kontestan, membuat Mesir memilih mengundurkan diri dari kompetisi.

Karena lawannya mundur, Sudan mendapat kemenangan WO dan dipastikan melaju ke putaran ketiga. Siapa yang akan jadi lawan Sudan di fase ini, sekaligus sebagai penentu satu tiket ke Piala Dunia 1958, menunggu hasil pertandingan Indonesia vs Israel.

Korbankan Piala Dunia

Lihat, bagan ini menunjukkan jika saat itu Indonesia tinggal berjarak dua pertandingan saja menuju Piala Dunia 1958. Menilik pada peta kekuatan sepak bola saat itu, saya yakin level Indonesia berada di atas Israel meski hanya setipis kertas.

Di atas kertas, Indonesia yang tengah berada di masa-masa puncak kehebatannya sangat berpeluang membabat habis dua lawan tersisa. Mula-mula mengalahkan Israel, baru kemudian melibas Sudan di putaran ketiga.

Sayang, kekuatan politik turut bermain di sini. Presiden Soekarno yang merasa berutang budi pada negara-negara Arab, termasuk Palestina, meminta timnas untuk ikut-ikutan menolak bertanding melawan Israel.

Tentu saja ini keputusan mengejutkan. Negosiasi pun digelar, sehingga lahir satu keputusan yang lebih lunak. Indonesia bersedia bertanding melawan Israel, tetapi meminta pertandingan dilangsungkan di tempat netral. Jangan di Indonesia, lebih-lebih di Israel.

FIFA menolak permohonan Indonesia. Pertandingan tetap harus dilangsungkan di negara masing-masing peserta, kandang-tandang seperti pada putaran sebelumnya. Tidak ada peluang untuk melakukan kompromi.

Apa boleh buat. Indonesia tidak mau kedatangan Israel, juga tidak mau bertandang ke Israel. Akhirnya keputusan besar pun diambil, Indonesia mengundurkan diri. Mengorbankan tiket menuju Piala Dunia 1958 demi solidaritas anti-Israel.

DISCLAIMER: Saya menyertakan satu tautan artikel Kompasiana mengenai Beram Kayal, pesepak bola Arab-Israel beragama Islam yang adalah anggota timnas Israel. Entah kenapa tautan tersebut dihilangkan oleh admin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun