BEBERAPA waktu lalu saya mengangkat sosok Laszlo Kubala Stecz. Satu-satunya pemain yang pernah membela tiga negara, tiga timnas berbeda. Rekor abadi yang tak akan pernah bisa disamai pemain lain.
Kubala lahir di Budapest, Hongaria, dari rahim seorang wanita Slovakia. Karena itu dia berhak membela timnas Hongaria dan Cekoslovakia---nama ketika Republik Ceska dan Slovakia masih bergabung dalam satu entitas.
Ketika kemudian pindah ke Spanyol atas pinangan FC Barcelona, Kubala mengambil kewarga-negaraan Spanyol sehingga berhak membela Tim Matador. Jadilah dia membela tiga negara sepanjang kariernya.
Catatan serupa sebetulnya ditorehkan bintang Real Madrid, Alfredo di Stefano. Lahir di Buenos Aires, Argentina, Di Stefano sempat membela negara kelahirannya disusul Kolombia dan Spanyol.
Namun penampilan Di Stefano bersama Kolombia tidak pernah diakui FIFA. Kala itu federasi sepak bola Kolombia tengah mendapat sanksi FIFA sehingga segala aktivitasnya tidak masuk catatan resmi FIFA. Termasuk pertandingan-pertandingan yang melibatkan Di Stefano.
Alhasil, menurut catatan resmi FIFA, Di Stefano hanya pernah memperkuat dua negara: Argentina sebagai negara kelahirannya dan Spanyol sebagai negara di mana dia dinaturalisasi.
Karena Naturalisasi
Meski harus puas catatannya tidak menyamai Kubala, setidaknya Di Stefano memegang rekor lain. Apa itu? Satu-satunya pemain yang pernah membela dua negara berbeda atas keinginan sendiri.
Bergantinya kewarga-negaraan Di Stefano memang atas sponsor Real Madrid, tetapi si pemain sendiri bersedia dengan senang hati. Langkah ini ditempuh El Real karena kuota pemain asing mereka habis. Sedangkan klub baru saja membeli Raymond Kopa, kiper top Prancis.
Karena tidak dapat kuota, Kopa jadi tidak pernah dimainkan. Lebih tepatnya tidak boleh dimainkan. Karena itulah Real Madrid mensponsori naturalisasi Di Stefano.
Win-win solution bagi semua pihak. El Real jadi bisa memakai jasa Kopa sebagai salah satu pemain asing, Kopa dapat segera merumput bersama Real Madrid, sedangkan Di Stefano sendiri tetap dipanggil timnas. Bedanya, kini yang melakukan panggilan timnas Spanyol.
Setelah era Di Stefano, tidak ada lagi pemain yang bisa membela dua negara berbeda di event FIFA. Aturan melarang perpindahan pemain dari satu negara ke negara lain. Sekali sudah membela sebuah timnas, maka selamanya harus bersama timnas tersebut.
Karena itulah pemain-pemain naturalisasi seperti Tony Cussell, Jhonny van Beukering atau Sergio van Dijk tidak akan pernah bisa lagi membela timnas Belanda. Itu andaikata mereka suatu saat nanti mendapat panggilan membela negara kelahiran.
Demikian sebaliknya dengan Ronaldo Kwateh. Sekali dia sudah membela timnas Indonesia di level senior, tertutup sudah jalan baginya untuk membela timnas Liberia yang merupakan negara asal-usul ayahnya.
Alasan Politis
Pengecualian tentu saja diberlakukan dalam regulasi ini. Misalnya yang paling umum adalah kondisi dan situasi politik dalam negeri yang mengakibatkan perubahan status sebuah negara anggota FIFA.
Kompasianer gila bola yang seumuran saya pasti tahu kalau di Piala Dunia 1998 ada negara peserta bernama Yugoslavia. Nama lengkap negara tersebut adalah Federal Republic of Yugoslavia.
Anggota skuat FR Yugoslavia waktu itu antara lain Sinisa Mihajlovic, Predrag Mijatovic, Savo Milosevic, Dejan Stankovic dan Darko Kovacevic. Nama-nama yang malang-melintang di liga-liga top Eropa hingga dasawarsa 2000-an awal.
FR Yugoslavia sebetulnya adalah federasi yang terdiri atas tiga negara: Serbia, Montenegro dan Kosovo. Ini entitas yang boleh dibilang 'sisa' Yugoslavia sebelumnya, yakni Socialist Federal Republic of Yugoslavia yang beranggotakan lebih banyak negara..
SFR Yugoslavia pecah pada 1992 kala empat negara anggotanya menyatakan diri merdeka. Tinggallah Serbia dan Montenegro, plus Kosovo di bawah kendali Serbia, yang lantas membuat entitas baru bernama FR Yugoslavia.
Bertahun-tahun kemudian FR Yugoslavia pecah lagi dan berubah nama menjadi Serbia-Montenegro. Karena itu meski namanya baru muncul di Piala Dunia 2006, Serbia-Montenegro tidak bisa dibilang debutan. Mereka hanya ganti nama.
Sebulan sebelum gelaran Piala Dunia 2006, digelar referendum yang menghasilkan pemisahan Serbia dan Montenegro menjadi dua negara terpisah. Republik Montenegro dideklarasikan pada 3 Juni 2006, delapan hari sebelum timnas Serbia-Montenegro memainkan partai pertamanya di Piala Dunia tahun itu.
Cap Dua Negara
Perubahan politis seperti inilah yang membuat beberapa pemain eks Yugoslavia jadi terlihat pernah membela beberapa negara berbeda. Pemain yang pernah membela Yugoslavia, kemudian tampil bersama negara barunya.
Sebut saja Robert Jarni yang pernah memperkuat timnas Yugolavia sebanyak 7 kali dengan satu gol. Ketika akhirnya Kroasia melepaskan diri dari federasi Yugoslavia, Jarni ganti membela negara barunya tersebut.
Begitu pula dengan striker yang bersinar sebagai top scorer Piala Dunia 1998, Davor Suker. Bersama Yugoslavia, Suker pernah permain sebanyak dua kali dan menyumbang satu gol
Saat Kroasia lepas dari Yugoslavia, Suker-pun membela Kroasia bersama-sama Jarni dan Zvonimir Boban. Tiga pemain ini adalah kunci penting Kroasia saat membuat kejutan di Prancis 24 tahun lalu.
Demikian juga dengan Dzoni Movak, pemain Slovenia yang mencatat total cap 71 kali dengan 3 gol. Movak sempat menjadi bagian dari timnas Yugoslavia dengan jumlah cap sebanyak 4 kali.
Kisruh politik yang melanda Yugoslavia membuat Slovenia turut memerdekakan diri sebagaimana negara-negara anggota federasi Yugoslavia lainnya. Sejak itulah Movak berganti kostum.
Yang terbaru adalah perpecahan Sudan yang melahirkan negara baru bernama Sudan Selatan. Ini berimbas pada status beberapa pemain timnas Sudan asal Sudan Selatan.
Sebut saja misalnya Richard Justin Lado. Sepanjang 1999-2008, Lado membela timnas Sudan dengan cap sejumlah 78 plus mencetak 7 gol. Ketika kemudian Sudan Selatan berpisah dari Sudan, Lado ikut pindah timnas pula.
Bersama Sudan Selatan dari 2011 hingga 2015, Lado telah tampil sebanyak 7 kali dan menyumbang dua gol.
Suka tulisan ini? Jangan sungkan-sungkan untuk mentraktir saya di Trakteer, ya :D
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H